Enam Nagari di Sumbar Gunakan Kecerdasan Buatan untuk Jaga Hutan
Penggunaan teknologi kecerdasan buatan memudahkan petugas patroli hutan dari unsur masyarakat ataupun polisi kehutanan untuk menghentikan aktivitas pembalakan liar di hutan nagari.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Enam nagari di Sumatera Barat mulai menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence untuk menjaga hutan dari pembalakan liar. Pemanfaatan teknologi itu didukung pula dengan penguatan kerja sama antara pengelola hutan nagari dan polisi kehutanan di Sumbar.
Nagari-nagari tersebut adalah Pakan Rabaa Timur, Pakan Rabaa, Pasir Talang Timur, Simancuang (ketiganya di Kabupaten Solok Selatan), Sirukam (Kabupaten Solok), dan Sumpur Kudur (Kabupaten Sijunjung). Pakan Rabaa Timur, Pakan Rabaa, Pasir Talang Timur, dan Sirukam mulai menggunakan sejak 2019, sedangkan Simancuang dan Sumpur Kudus sejak Februari 2020.
Manajer Program Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Rainal Daus, di Padang, Kamis (16/7/2020), mengatakan, ide pemasangan alat bernama Guardian itu berangkat dari kesulitan anggota lembaga pengelola hutan nagari (LPHN) dan pemerintah nagari. Aksi pembalakan liar sering kali luput dari petugas LPHN atau dikenal sebagai parimbo yang berpatroli di hutan nagari.
”Biasanya mereka patroli rutin sekali sebulan di hutan nagari (dari skema perhutanan sosial). Ketika sampai ke lokasi, pohon sudah ditebang, bahkan sudah diangkut. Kadang, baru dua hari selesai patroli, pembalak liar masuk. Kesulitan ini membuat upaya melindungi hutan nagari terhambat,” kata Rainal di sela-sela lokakarya Penguatan Tata Kelola Perlindungan dan Pengamatan Hutan Berbasis Teknologi AI (Guardian) di Sumbar.
Permasalahan itu, kata Rainal, kemudian didiskusikan di LPHN Pakan Rabaa pada 2018. Kemudian dicarilah suatu metode agar aktivitas pembalakan liar bisa segera diketahui. KKI Warsi lantas menjalin kerja sama dengan Rainforest Connection (RFCx), organisasi nonpemerintah di bidang konservasi yang berbasis di California, Amerika Serikat. RFCx merupakan pencipta Guardian.
Guardian merupakan peralatan yang bisa menangkap sensor suara. Untuk di hutan nagari tersebut, ada tiga sensor suara yang ditangkap, yaitu suara gergaji mesin (chainsaw), kendaraan, dan senjata api. Jika mendengar ketiga jenis suara itu, Guardian yang dipasang di pohon dengan ketinggian sekitar 30 meter kemudian memberi tahu jenis suara serta titik koordinatnya melalui aplikasi yang terinstal di ponsel pintar anggota LPHN.
Rainal melanjutkan, sejauh ini, ada 17 unit Guardian yang dipasang hutan nagari di enam nagari yang didampingi KKI Warsi itu. Rata-rata di tiap nagari ada 3 unit yang dipasang di hutan nagari. Guardian bisa menangkap suara dengan radius 1,5 kilometer. Perangkat ini memiliki panel surya sebagai sumber energi.
Saat ini, total ada 43 nagari yang didampingi KKI Warsi untuk pengelolaan hutan nagari ataupun hutan kemasyarakatan. Nagari tersebut tersebar di Solok Selatan, Solok, Sijunjung, Pesisir Selatan, Dharmasraya, Agam, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Ke depan, Guardian juga bakal dipasang secara bertahap di hutan nagari-nagari tersebut sesuai prioritas.
Tutupan hutan di Sumbar terus berkurang dari tahun ke tahun. Berdasarkan analisis Citra Landsat-8 GIS KKI Warsi, tutupan hutan Sumbar pada 2017 seluas 1.895.324 hektar (ha). Pada 2019, tutupan hutan di Sumbar berkurang 23.352 ha, menjadi 1.871.972 ha.
Penurunan luas tutupan hutan itu dominan terjadi di Dharmasraya, Kepulauan Mentawai, Solok Selatan, dan Pesisir Selatan. Pemicunya antara lain perambahan untuk pembukaan lahan baru, pembalakan liar, dan pertambangan ilegal.
Jasmir Jumadi, parimbo LPHN Sirukam, mengatakan, penggunaan Guardian mempermudah ia dan rekannya dalam menghentikan pembalakan liar di hutan nagari. Sebelumnya, aktivitas pembalakan liar sulit terpantau atau terlambat ditindaklanjuti karena tidak segera mendapat informasi.
”Sekarang, setelah dapat pemberitahuan, kami bisa langsung dicek ke lokasi (sesuai titik koordinatnya). Jika informasinya benar, kami langsung menghubungi polisi hutan. Sejauh ini, kami sudah menemukan tiga kali tindakan pembalakan liar di hutan nagari,” kata Jasmir.
Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi mengatakan, Kamis ini, dinas, unit pelaksana teknis daerah (UPTD) kesatuan pengelola hutan (KPH), LPHN, nagari, dan KKI Warsi memperkuat koneksi dalam menindaklanjuti pemberitahuan dari Guardian terkait aktivitas pembalakan liar. Dalam lokakarya, disusun dokumen prosedur standar operasi dan pembagian peran antara LPHN dan polhut.
”Sebetulnya komunikasi sudah terbangun karena LPHN berada di wilayah UPTD KPH. Cuma, komunikasi belum sebagus yang kami harapkan. Kadang-kadang polhut terlambat datang. Hari ini dibangun komitmen. Setiap ada notifikasi pembalakan liar yang dilaporkan parimbo, polhut di KPH segera menindaklanjuti,” kata Yozarwardi.
Sekarang, setelah dapat pemberitahuan, kami bisa langsung dicek ke lokasi (sesuai titik koordinatnya). Jika informasinya benar, kami langsung menghubungi polisi hutan. Sejauh ini, kami sudah menemukan tiga kali tindakan pembalakan liar di hutan nagari.
Menurut Yozarwardi, pembalakan liar merupakan salah satu pemicu berkurangnya luas tutupan hutan di Sumbar. Oleh sebab itu, penindakan terhadap pelaku pembalakan liar mesti dilakukan. Pemanfaatan teknologi sangat membantu kerja para petugas.
Yozarwardi menyebutkan, kawasan hutan di Sumbar mencapai 2,2 juta ha. Seluas 1,5 juta ha di antaranya dikelola Pemprov Sumbar. Sepertiga dari hutan yang dikelola pemprov dialokasikan untuk program perhutanan sosial.
Hingga April 2020, sudah 217.000 ha hutan yang diserahkan kepada masyarakat dalam program perhutanan sosial. Hutan tersebut berjumlah 161 unit, yang terdiri dari hutan nagari, hutan kemasyarakatan, hutan tanaman rakyat, hutan adat, dan kemitraan kehutanan.