Kalsel Tambah Kapasitas Pemeriksaan PCR untuk Urai Tumpukan Spesimen
Kalimantan Selatan meningkatkan kapasitas pemeriksaan PCR untuk mengurai tumpukan pemeriksaan spesimen usap. Pemeriksaan PCR ditargetkan bisa dilakukan secara ”real time” atau paling lambat tiga hari.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Jumlah spesimen usap hidung dan tenggorokan yang dikirim ke laboratorium pemeriksaan polymerase chain reaction atau PCR di Kalimantan Selatan terus bertambah. Untuk mengurai tumpukan pemeriksaan spesimen, kapasitas pemeriksaan PCR ditingkatkan hingga menjadi 1.200 spesimen per hari.
Wakil Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalsel Roy Rizali Anwar mengatakan, tumpukan antrean pemeriksaan spesimen usap di Kalsel sempat mencapai 5.000 spesimen lebih pada pekan lalu. Hal itu terjadi karena kapasitas laboratorium PCR hanya mampu memeriksa 300 spesimen per hari, sementara yang dikirim ke laboratorium mencapai 700 spesimen per hari.
Pemeriksaan juga kerap terkendala peralatan yang rusak, logistik yang kosong, serta komponen ekstraksi dan reagen yang belum tersedia. Karena itu, Kalsel sampai mengirim sebagian spesimen usap ke laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat. Pada tahap pertama, Kalsel mengirim 1.100 spesimen, kemudian mengirim lagi 1.746 spesimen ke Sumbar.
”Di samping mengirim spesimen ke luar daerah, kami juga meningkatkan kemampuan pemeriksaan PCR di Kalsel. Saat ini, kapasitasnya sudah 1.200 spesimen per hari dan akan ditingkatkan terus sampai 2.000 spesimen per hari,” ujar Roy di Banjarbaru, Kamis (23/7/2020).
Pemeriksaan PCR itu dilakukan di laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) di Banjarbaru, RSUD Ulin, RSUD Ansari Saleh, RSUD Hadji Boejasin, serta Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Tanah Bumbu. ”Meski yang masuk sekitar 700 spesimen per hari, kami bisa selesaikan secara real time, paling lambat tiga hari,” katanya.
Permasalahan tumpukan pemeriksaan spesimen usap di Kalsel sebelumnya mengakibatkan konfirmasi kasus Covid-19 sangat lambat. Pasien Covid-19 yang berada di gedung karantina khusus bahkan sempat protes karena menunggu terlalu lama. ”Sebelumnya memang harus menunggu hingga lebih dari 10 hari,” ujar Roy.
Sebelumnya memang harus menunggu hingga lebih dari 10 hari.
Kepala Dinas Kesehatan Kalsel Muhammad Muslim, yang juga juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalsel, mengatakan, jumlah spesimen yang dikirim ke laboratorium pemeriksaan PCR terus meningkat sejak April lalu.
Pada April, jumlah spesimen yang dikirim ke laboratorium PCR masih lebih kurang 3,2 persen dari jumlah kasus yang diperiksa, kemudian meningkat jadi 10,8 persen pada Mei, dan meningkat lagi jadi 46,9 persen pada Juni. Sampai 19 Juli, jumlahnya sudah lebih kurang 39,1 persen dari total kasus yang diperiksa.
”Jumlah spesimen yang diperiksa dari April sampai Juli ini berjumlah 32.104 spesimen. Pemeriksaan usap itu dilakukan terhadap 24.816 orang,” katanya.
Menurut Muslim, pemeriksaan usap pada satu orang bisa dilakukan lebih dari satu kali. Sementara itu, untuk alat tes cepat Covid-19 sudah digunakan sebanyak 62.256 alat dengan hasil reaktif lebih kurang 10,83 persen.
Sampai dengan Rabu (22/7/2020), jumlah kasus positif Covid-19 di Kalsel tercatat sebanyak 5.216 kasus. Secara nasional, Kalsel menempati urutan keenam kasus tertinggi. Dari jumlah tersebut, 2.718 orang dalam perawatan, 2.236 orang sembuh, dan 262 orang meninggal. Tingkat kematian akibat Covid-19 di Kalsel tercatat sebesar 5,02 persen.
”Saat ini, yang dibutuhkan adalah kesadaran masyarakat untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru. Hal yang wajib dilakukan adalah selalu menggunakan masker, rajin cuci tangan, jaga jarak, dan menghindari kerumunan,” kata Muslim.