Keterbatasan Tempat, Jaga Jarak Tak Mudah Dilakukan di Sebagian Ponpes
Santri di Pondok Buntet Pesantren di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dilarang meninggalkan lingkungan pesantren. Keluarga mereka juga diminta tidak berkunjung. Ini demi mencegah potensi penyebaran Covid-19.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pondok Buntet Pesantren di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, meminta keluarga santri tidak berkunjung ke pesantren untuk mencegah potensi penyebaran Covid-19. Santri juga dilarang meninggalkan lingkungan pesantren. Namun, keterbatasan tempat membuat kebijakan jaga jarak belum bisa dilakukan dengan ideal.
Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Pondok Buntet Pesantren membawahkan sekitar 60 pondok pesantren dengan santri sekitar 5.000 orang. Akibat pandemi Covid-19, beberapa bulan terakhir, kunjungan keluarga santri dibatasi. Bahkan, menjelang Idul Adha, anggota keluarga santri diminta tidak datang demi mencegah potensi penyebaran Covid-19.
Ketua YLPI Pondok Buntet Pesantren KH Salman Al-Farisi di Cirebon, Kamis (23/7/2020) mengatakan, hampir seluruh aktivitas santri dan pengurus pondok berada di lingkungan pesantren. Potensi terpapar virus korona jenis baru justru datang dari luar pondok. Untuk itu, pihaknya berupaya menyediakan sarana protokol kesehatan.
Tempat cuci tangan dan sabun, misalnya, terpasang di depan kantor dan pondok pesantren. Sejumlah santri yang keluar pondok juga mengenakan masker. Namun, lanjutnya, jaga jarak antara santri sulit dilakukan karena luas pondok berbeda-beda.
”Kalau mau bangun gedung baru itu pasti butuh biaya dan waktu. Kami belum menerima bantuan infrastruktur terkait protokol kesehatan dari pemda, tetapi kami juga tidak menuntut,” katanya.
KH Fahad Achmad Sadat, pengurus YLPI Pondok Buntet Pesantren, mengatakan, pihaknya sudah memutuskan, orangtua dan keluarga santri tidak boleh menjenguk dulu sampai waktu yang belum ditentukan. Sebelumnya, mereka biasanya berkunjung sebulan sekali.
Selain itu, santri juga dilarang keluar dari lingkungan pesantren. ”Jika berkeras ingin pulang, santri harus mengikuti prosedur yang ditetapkan, seperti karantina 14 hari dan membawa surat keterangan sehat untuk masuk ke pondok lagi,” ungkapnya.
Santri juga wajib membawa masker, cairan antiseptik, hingga perlengkapan makan dan minum sendiri. Hingga kini, lebih dari 50 persen santri Pondok Buntet Pesantren telah kembali dari daerahnya. Waktu kedatangannya pun bertahap selama dua bulan.
Adapun santri yang belum kembali karena berada di zona merah penyebaran Covid-19. ”Kami bersama Dinas Kesehatan Cirebon juga sudah melakukan rapid test terhadap 1.300 santri dan pengurus pondok. Alhamdulillah, hasilnya semua nonreaktif. Kami berharap, tes bisa dilakukan untuk semua santri dan pengurus,” ujarnya.
Kami bersama Dinas Kesehatan Cirebon juga sudah melakukan rapid test terhadap 1.300 santri dan pengurus pondok. Alhamdulillah, hasilnya semua nonreaktif. Kami berharap, tes bisa dilakukan untuk semua santri dan pengurus
Sebelumnya, Pemprov Jabar menerbitkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 443/Kep-326-Hukham/2020 tentang Protokol Kesehatan untuk Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Lingkungan Pesantren. Selain menerapkan pola hidup bersih dan sehat, pesantren juga diminta menyediakan fasilitas pendukung protokol kesehatan.
Pemkab Cirebon dan Bank BJB menyalurkan bantuan sejumlah vitamin, wastafel, dan sejumlah uang tunai kepada Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Cirebon, organisasi yang membidani pesantren. Bantuan tersebut untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren.
Pemkab Cirebon juga melakukan tes usap terhadap ratusan santri setempat yang berangkat ke pondok pesantren di luar Cirebon. Pemkab juga menyiapkan 15.000 tes uji cepat gratis terhadap santri di wilayah Cirebon. Terdapat 632 pondok pesantren dan sekitar 20.000 santri di Cirebon.
Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni mengatakan, jika tidak mencukupi, pihaknya akan menambah alat tes untuk santri. Kalangan pesantren, lanjutnya, termasuk dalam target tes usap untuk 22.000 warga atau sekitar 1 persen dari total penduduk Cirebon.