Sebagian Petani di Malang Kesulitan Tanam Kopi Arabika
Petani kopi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, didorong menanam jenis arabika karena potensi pasarnya besar dan harganya relatif stabil. Meski tertarik, petani kopi Malang sulit menanam arabika karena kendala lahan.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Petani kopi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, didorong menanam jenis arabika karena potensi pasarnya besar dan harganya relatif stabil. Meski tertarik, petani kopi Malang sulit menanam arabika karena kendala lahan yang ideal.
Kabupaten Malang merupakan salah satu penghasil kopi robusta (Coffea canephora) dan arabika (Coffea arabica) di Jawa Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2018, luas kebun kopi robusta di Malang mencapai 15.086 hektar dengan produksi 10.284 ton biji kopi per tahun.
Lahannya ada di Kecamatan Dampit seluas 3.373 hektar, Tirtoyudo (2.804 hektar), Sumbermanjing Wetan (2.616 hektar), dan Ampelgading (1.940 hektar). Robusta ditanam di bawah ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.
Adapun luas untuk arabika hanya 1.270 hektar dengan produksi 418 ton per tahun. Kebun arabika ada di Poncokusumo (605 hektar), Pujon (220 hektar), Ampelgading (206 hektar), dan Tirtoyudo (176 hektar). Luas lahannya lebih sedikit karena arabika hanya tumbuh di ketinggian 1.000-1.200 mdpl.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang Budiar Anwar, Jumat (24/7/2020), mengatakan, dengan luas lahan lebih sedikit, harga arabika lebih menjanjikan. Harganya di tingkat petani mencapai Rp 26.000-Rp 28.000 per kilogram.
”Sementara robusta, jelang panen raya saat ini, harganya jatuh sampai Rp 18.000 per kg di tingkat petani dari sebelumnya Rp 26.000 per kg,” ujarnya.
Dengan harga yang tinggi, Budiar mengatakan, akan sangat ideal apabila petani mulai melirik arabika. Menurut dia, petani akan mendapatkan pendampingan budidaya dan bantuan alat untuk mendapat hasil terbaik.
Dia mencontohkan bantuan alat pengupas kulit buah kopi dan mesin roasting dari Dinas Pertanian Jatim kepada beberapa kelompok tani di lereng Gunung Semeru. Selain itu, ada juga kredit usaha rakyat bagi kelompok tani yang nilainya mencapai Rp 50 juta.
Dengan luas lahan lebih sedikit, harga arabika lebih menjanjikan. Arabika di tingkat petani harganya mencapai Rp 26.000-Rp 28.000 per kilogram.
Salah satu petani yang masih membudidayakan robusta adalah Mulyono (66) asal Dusun Kalibakar, Desa Tirtoyudo, Kecamatan Tirtoyudo. Dia menanam robusta sejak tahun 1974 di lahan seluas 4.200 meter persegi. Di sana, ia menanam 500 batang tanaman kopi.
Mulyono mengatakan, harga robusta terbilang fluktuatif. Hal itu semakin terasa saat pandemi Covid-19 seperti sekarang. Dia mengatakan tidak tahu pasti apa penyebabnya.
”Di tempat saya, robusta harganya Rp 20.000-Rp 21.000 per kg untuk kopi asalan yang kualitas bagus dari sebelumnya Rp 25.000 per kg. Dulu, jelang panen, harganya juga turun, tetapi hanya menjadi Rp 23.000-Rp 24.000 per kg,” ujarnya.
Mulyono mengatakan tertarik menanam arabika. Namun, ia dan petani lainnya terkendala ketinggian lahan kopi. Ketinggian kebunnya berada di bawah 1.000 mdpl. Artinya, ia bakal kesulitan mendapatkan kualitas panen arabika yang ideal.