Pemkab Sleman Rawat Pasien Tak Bergejala di Asrama Haji Yogyakarta
Pemkab Sleman akan merawat pasien tak bergejala dan bergejala ringan di Asrama Haji Yogyakarta. Keputusan ini diambil mengingat kapasitas rumah sakit yang mulai penuh akibat gencarnya tes massal.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sleman akan merawat pasien tak bergejala dan bergejala ringan di Asrama Haji Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Langkah itu mempertimbangkan kapasitas rumah sakit yang kian penuh seiring tingginya penambahan kasus di daerah tersebut.
”Dengan melonjaknya pasien positif, dan terbatasnya ruang-ruang isolasi rumah sakit di Kabupaten Sleman, yang menjadi rujukan, kami akan menjadikan Asrama Haji Yogyakarta untuk orang-orang (pasien) positif asimtomatik,” kata Bupati Sleman Sri Purnomo di Kompleks Kantor Bupati Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (3/8/2020).
Sempat terjadi penambahan pasien dalam tiga hari berturut-turut dengan jumlah lebih dari 10 orang per hari. Kondisi itu terjadi pada Jumat (31/7/2020) hingga Minggu (2/8/2020). Ada penambahan kasus sebanyak 28 orang pada Jumat, 40 orang pada Sabtu, dan 13 orang pada Minggu.
Kami tetap tidak memperbolehkan pasien tanpa gejala isolasi mandiri di rumah. Maka, disiapkan Asrama Haji Yogyakarta. Dengan pertimbangan, daripada berbuntut karena (kurangnya) kedisiplinan masyarakat. Nanti jika ada gejala berat akan dilarikan ke rumah sakit rujukan.
Dengan adanya kondisi itu, Sri mengingatkan, masyarakat harus benar-benar memberlakukan protokol kesehatan secara ketat. Lonjakan kasus itu menunjukkan ancaman penularan Covid-19 masih tinggi.
Sri melanjutkan, salah satu pemicu lonjakan kasus adalah pelonggaran penduduk antardaerah. Terdapat sejumlah kasus yang memiliki riwayat perjalanan. Mereka baru diketahui tertular seusai melakukan pengecekan kesehatan sebelum kembali ke daerah asal.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Sleman juga tengah menggencarkan tes massal. Tes massal dilakukan terhadap penduduk yang punya risiko penularan tinggi, seperti tenaga kesehatan, pengelola, dan pengajar sekolah berasrama, hingga titik kerumunan.
Tes itu ditargetkan mampu menjangkau 5.000 sampel pada akhir Agustus. Sejauh ini, sudah lebih dari 2.000 sampel berhasil diambil. Langkah ini diiringi pula penelusuran yang gencar dari kasus-kasus positif sebelumnya.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo, menyampaikan, Asrama Haji Yogyakarta mampu menampung 138 pasien positif. Satu pasien akan diisolasi di satu kamar. Hanya pasien positif tanpa gejala atau yang bergejala ringan yang bakal dirawat di tempat tersebut.
”Kami tetap tidak memperbolehkan pasien tanpa gejala isolasi mandiri di rumah. Maka, disiapkan shelter ini (Asrama Haji Yogyakarta). Dengan pertimbangan, daripada masalahnya berbuntut selanjutnya karena (kurangnya) kedisiplinan masyarakat. Nanti jika ada gejala berat akan dilarikan ke rumah sakit rujukan,” kata Joko.
Joko menjelaskan, hingga Senin siang, total terdapat 133 pasien positif yang dirawat di Kabupaten Sleman. Dari jumlah tersebut, 88 persennya merupakan pasien tanpa gejala. Untuk itu, masyarakat selalu diminta tidak meremehkan potensi penularan Covid-19 di lingkungannya.
Membeli alat pemeriksa
Pemerintah Kabupaten Sleman juga berencana membeli satu alat pemeriksa sampel usap tenggorok. Harapannya, alat itu dapat mempercepat penanganan Covid-19 di daerah tersebut. Sebab, Dinas Kesehatan Slemanmengalami kesulitan mengirimkan sampel usap untuk diperiksa karena penuhnya laboratorium rujukan di DIY.
”Selama ini, kami selalu bergantung ke laboratorium lain. Ini menyebabkan keterlambatan keluarnya hasil. Bisa 7-10 hari keterlambatannya. Jika baru diketahui 10 hari kemudian, itu kan terjadi penularan ke mana-mana. Itu yang merepotkan,” kata Joko.
Joko menyampaikan, anggaran yang dikucurkan untuk membeli alat tersebut sebesar Rp 750 juta. Menurut rencana, alat itu ditempatkan di Laboratorium Kesehatan Sleman. Mesin itu nantinya mampu memeriksa lebih kurang 200 sampel per hari. Keberadaan mesin itu menjadi penting seiring jangkauan tes massal yang terus diperluas. Diharapkan, mesin tersebut sudah bisa digunakan pada pertengahan Agustus ini.