Gempa M 5,1 Bunyikan ”Alarm” Kewaspadaan Warga Padang
Gempa bermagnitudo 5,1 mengguncang wilayah Padang dan Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Rabu (5/8/2020) pagi. Meski relatif kecil dan tidak memicu kerusakan, gempa ini menjadi alarm bagi masyarakat untuk tetap waspada.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Gempa bermagnitudo 5,1 mengguncang wilayah Padang dan Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Rabu (5/8/2020) pagi. Meskipun relatif kecil dan tidak memicu kerusakan ataupun korban, gempa ini menjadi ”alarm” bagi masyarakat untuk tetap waspada.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa tektonik bermagnitudo 5,1 (sebelumnya tercatat M 5,2) itu terjadi pada Rabu pukul 06.51. Episenter gempa terletak sekitar 49 kilometer barat daya Pesisir Selatan atau 95 kilometer barat daya Padang. Gempa terjadi pada kedalaman 41 kilometer.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan, berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi tersebut merupakan gempa dangkal. Ini akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia. ”Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan, gempa bumi ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” kata Rahmat dalam keterangan tertulis.
Menurut Rahmat, guncangan gempa ini dirasakan di Pesisir Selatan pada skala III-IV MMI (apabila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah), Padang, Pariaman, Padang Pariaman sekuat III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah, getaran terasa seperti truk lewat). Di Padang Panjang, Bukittinggi, dan Agam, guncangan terasa sekuat II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
”Hingga saat ini, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan gempa ini tidak berpotensi tsunami,” ujar Rahmat.
Hingga Rabu pukul 07.00, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan. Pantauan Kompas di Padang, tidak semua masyarakat merasakan atau menyadari terjadinya gempa. Gempa tidak mengganggu aktivitas masyarakat.
Miftahul Khairi (26), warga Padang Utara, mengatakan, ia menyadari terjadinya gempa, tetapi tidak begitu terasa. Ketika siap-siap berangkat ke sekolah untuk mengajar, perempuan yang karib disapa Riri ini melihat jendela dan benda di atas meja kosnya bergetar.
”Jendela bergetar, berbunyi-bunyi. Minyak kayu putih di atas meja juga bergetar. Berlangsung sekitar beberapa detik. Getarannya seperti mobil truk lewat. Lihat info BMKG ternyata benar gempa,” kata Riri. Guru sekolah dasar itu menambahkan, tidak ada kerusakan di sekitar lingkungan kosnya.
Sementara itu, Mardian Fauzi (23), warga Padang Utara, mengatakan, ia bahkan tidak tahu terjadi gempa. ”Saya tidak tahu adanya gempa. Soalnya tidak terasa,” kata mahasiswa Universitas Bung Hatta itu.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar Rumainur mengatakan, hingga pukul 10.00, belum ada laporan kerusakan akibat gempa dari daerah yang merasakan gempa. ”Kami sudah cek, belum ada laporan kerusakan,” kata Rumainur.
Menurut Rumainur, tidak semua masyarakat menyadari terjadinya gempa, terutama di Padang dan Pesisir Selatan yang paling dekat dengan pusat gempa. Rumainur menambahkan, di Sumbar, hampir setiap hari terjadi gempa kecil dengan magnitudo di bawah 5. Ini ancaman nyata yang sebenarnya sudah disadari oleh kabupaten/kota, baik di kawasan pesisir maupun daratan.
Gempa ini ancaman nyata. Masyarakat jangan lengah, terus waspada. (Rumainur)
”Ada sesuatu yang harus diwaspadai setiap hari. Gempa ini ancaman nyata. Masyarakat jangan lengah, terus waspada. Kapan datangnya tidak dapat diprediksi. Kami terus sosialisasi ke masyarakat, selain banjir dan longsor, ancaman bencana di Sumbar adalah gempa dan tsunami,” ujar Rumainur.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang Mamuri mengatakan, pusat gempa ini masih berentetan dengan megathrust Mentawai. Dari hasil kajian, megathrust Mentawai berpotensi memicu gempa bermagnitudo di atas 8. Gempa-gempa kecil yang terjadi (di bawah M 5) diharapkan bisa mengurangi energi yang tersimpan di megathrust itu.
”Meskipun demikian, megathrust masih berpotensi memicu gempa bermagnitudo di atas 8. Gempa ini sebagai alarm bagi kita agar selalu siap siaga. Dari hasil kajian, tidak tahu kapan terjadinya gempa. Informasi hasil kajian tidak untuk menghantui masyarakat, tetapi untuk menyiapkan diri kita agar siap menghadapi ancaman gempa besar di sekitar megathrust Mentawai,” kata Mamuri.
Mamuri melanjutkan, ada tiga penyebab utama gempa di wilayah Sumbar, yaitu sesar Sumatera memicu gempa yang berpusat di darat, sesar Mentawai, dan aktivitas subduksi.
Dari catatan BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang, minggu terakhir Juli 2020, terjadi empat kali gempa di bawah M 5 di wilayah Sumbar. Rata-rata, kata Mamuri, terjadi 5-10 gempa di wilayah Sumbar dan sering tidak dirasakan.
Dia menambahkan, terakhir kali gempa relatif kuat yang dirasakan di Sumbar terjadi pada 10 Juni 2020 dengan magnitudo 5,5 dan tidak berpotensi tsunami. Gempa dipicu aktivitas subduksi.
Episenter gempa tersebut terletak di laut pada jarak 28 kilometer arah barat daya Mukomuko, Bengkulu, pada kedalaman 28 kilometer. Gempa terasa hampir di seluruh wilayah Sumbar dan terasa kuat di Pesisir Selatan dan Padang.