Pandemi Belum Teratasi, Jumlah Wisatawan ke DIY Meningkat Tiga Kali Lipat
Di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai, kunjungan wisatawan ke Daerah Istimewa Yogyakarta meningkat signifikan. Penerapan protokol kesehatan secara ketat harus dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Kunjungan wisatawan ke Daerah Istimewa Yogyakarta terus meningkat meski pandemi belum teratasi. Jumlahnya meningkat tiga kali lipat pada pekan lalu dibandingkan dengan pertengahan Juli 2020. Untuk mencegah penularan Covid-19, protokol kesehatan di destinasi wisata diterapkan secara ketat.
”Melihat dari awal Juli hingga pekan kemarin, jumlah wisatawannya meningkat setiap minggu,” kata Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Singgih Raharjo, Selasa (18/8/2020), di Yogyakarta.
Singgih menjelaskan, sejak awal Juli 2020, data wisatawan tercatat di aplikasi Visiting Jogja milik Dinas Pariwisata DIY. Pada Minggu, 12 Juli 2020, ada lebih kurang 13.000 wisatawan dalam sehari. Jumlah itu meningkat menjadi 22.000 orang pada 19 Juli. Pada 26 Juli, meningkat lagi menjadi 27.000 orang.
Peningkatan jumlah wisatawan terus terjadi memasuki Agustus. Pada 2 Agustus, tercatat 29.000 wisatawan dalam sehari. Jumlahnya melonjak menjadi sekitar 39.000 orang pada 16 Agustus.
Singgih menuturkan, peningkatan kunjungan wisatawan terjadi pada akhir pekan. Jumlah wisatawan di hari kerja cenderung sedikit, kurang dari 5.000 orang per hari.
Singgih memaparkan, selama beberapa waktu belakangan, wisatawan tidak lagi hanya berasal dari DIY dan sekitarnya. Wisatawan asal Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan DKI Jakarta mulai berdatangan. Kini, pengunjung dari luar DIY diperkirakan mencapai 53 persen dari total wisatawan.
Dengan peningkatan itu, Singgih menyatakan, para pengelola obyek wisata harus menerapkan protokol kesehatan ketat guna mencegah penularan Covid-19. Protokol kesehatan itu, antara lain, berupa kewajiban menggunakan masker, menjaga jarak, serta mencuci tangan.
Akan tetapi, penerapan protokol kesehatan itu tak hanya menjadi tanggung jawab pengelola obyek wisata. Para wisatawan juga wajib menerapkannya guna mencegah terjadinya penularan Covid-19 di lokasi wisata. ”Kalau hanya mengandalkan pengelola destinasi wisata, terbatas sekali kemampuannya. Jadi perlu dibangun kesadaran wisatawan,” tutur Singgih.
51 destinasi
Sigit menuturkan, saat ini, ada 51 destinasi wisata di lima kabupaten/kota di DIY yang telah beroperasi kembali. Sebelum menerima kunjungan wisatawan, 51 destinasi wisata itu lolos verifikasi Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY. Verifikasi dilakukan untuk memastikan penerapan protokol kesehatan di setiap lokasi.
Selain itu, sistem pendataan wisatawan di 51 destinasi tersebut juga sudah terkoneksi dengan aplikasi Visiting Jogja. ”Saat ini yang sudah masuk ke dalam sistem Visiting Jogja itu 51 destinasi. Destinasi-destinasi wisata itu juga sudah terverifikasi dari Gugus Tugas dan melakukan uji coba operasional secara terbatas,” ujar Singgih.
Menurut Singgih, Pemda DIY beserta pihak terkait secara rutin memonitoring dan evaluasi guna memastikan penerapan protokol kesehatan di destinasi wisata. Selain itu, jumlah pengunjung di destinasi wisata DIY juga masih dibatasi agar aturan menjaga jarak bisa diterapkan secara maksimal.
Oleh karena itu, wisatawan yang ingin datang ke destinasi wisata di DIY diminta melakukan reservasi lebih dulu. Dengan reservasi, data wisatawan bakal tercatat dengan baik. Mereka juga mendapat kepastian bisa masuk ke destinasi wisata. ”Yang ingin kami dorong sebetulnya adalah sistem reservasinya. Wisatawan punya kepastian bisa masuk ke lokasi wisata,” ungkap Singgih.
Sikap tegas
Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji meminta pengelola destinasi wisata tegas menerapkan protokol kesehatan. Apabila ada wisatawan yang tidak menjalankan protokol kesehatan, pengelola wisata harus berani mengingatkannya.
Jika wisatawan tetap tidak mau mematuhi protokol kesehatan, mereka harus diminta meninggalkan lokasi wisata. ”Kalau tidak pakai masker, tolak saja. Jangan khawatir,” ujar Kadarmanta.
Menurut Kadarmanta, ketegasan tidak akan memberi citra buruk pada pariwisata DIY. Hal itu justru bisa menunjukkan destinasi-destinasi wisata itu benar-benar menerapkan protokol kesehatan ketat.
”Justru orang akan mau wisata ke Yogyakarta karena mereka percaya semua tempat wisata di Yogyakarta menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Ini saya kira perlu kita tegaskan,” ungkap Kadarmanta.
Epidemiolog Universitas Gadjah Mada, Bayu Satria Wiratama, menyatakan, pembukaan destinasi wisata harus diikuti pengawasan ketat. Selain memastikan penerapan protokol kesehatan, pemda harus memastikan semua wisatawan terdata dengan baik untuk memudahkan penelusuran kontak.
”Selain didata, yang lebih penting adalah pengawasan ketat. Jadi, wisatawan yang datang benar-benar tidak boleh buka masker atau bergerombol,” kata Bayu.