Penularan Covid-19 yang belum juga mereda mengakibatkan Surabaya, Jawa Timur, kembali masuk zona merah atau risiko tinggi penularan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Penularan Covid-19 (coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) yang belum juga mereda mengakibatkan Surabaya, Jawa Timur, kembali masuk zona merah atau risiko tinggi penularan. Hal ini ditandai dengan munculnya kluster penularan baru.
Status zona merah itu tercatat pada Kamis (20/8/2020) yang bertepatan dengan 1 Muharam atau Tahun Baru Islam 1442 Hijriah. Padahal, selama sembilan hari sebelumnya, Surabaya berada di zona jingga atau oranye dengan status risiko sedang. Di antara 38 kabupaten/kota di Jatim, tersisa Surabaya dan Sidoarjo yang masuk zona merah. Selain keduanya, 10 daerah masuk zona kuning atau risiko rendah dan 26 kawasan zona jingga.
Salah satu faktor kembalinya Surabaya ke zona merah terkait dengan penambahan kasus yang tinggi dan munculnya kluster penularan baru. Sejak pengumuman wabah menyerang Surabaya pada pertengahan April sampai sekarang, di ibu kota Jatim ini telah tercatat 11.019 kasus konfirmasi dengan rincian kematian 869 jiwa, aktif atau perawatan 2.041 orang, dan kesembuhan 8.109 jiwa. Surabaya masih menjadi daerah yang terpapar paling parah wabah Covid-19 di Jatim.
Adapun kluster terkini yang muncul di Surabaya ialah penularan pada 21 pegawai Lumbung Pangan. Lumbung Pangan merupakan program Pemprov Jatim yang diharapkan membantu rakyat terdampak wabah Covid-19 mendapatkan berbagai kebutuhan pokok, antara lain beras, telur, daging, gula pasir, minyak goreng, dan bawang, dengan harga terjangkau.
Lumbung Pangan diselenggarakan oleh PT Panca Wira Usaha (PWU) dan PT Jatim Grha Utama, badan usaha milik daerah (BUMD) Jatim. Pembelian pangan bisa ditempuh secara dalam jaringan (online) melalui laman dan Whatsapp atau luar jaringan (offline) dengan mendatangi gedung JX International Convention-Exhibition, Surabaya. Lumbung Pangan berlangsung 21 April-21 Juli 2020, tetapi diputuskan diperpanjang sampai akhir tahun ini.
Direktur Utama PT PWU Erlangga Satriagung, selaku penanggung jawab Lumbung Pangan, saat dihubungi, mengatakan, pada awalnya terdapat dua pegawai program ini yang jatuh sakit dan terkonfirmasi terjangkit Covid-19. Ada yang kini dirawat di Rumah Sakit PHC Tanjung Perak dan ada yang ditangani di RS Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan II atau RS Darurat Covid-19 Indrapura.
Dia menambahkan, karena temuan dua kasus itu, sebanyak 100 pegawai yang berkantor di Lumbung Pangan mengikuti tes usap. Dari tes usap itu, diketahui 19 pegawai lainnya positif Covid-19. Sebanyak 21 pegawai Lumbung Pangan yang terjangkit itu bekerja di bagian keuangan dan penerima pesanan pengiriman pada aplikasi Whatsapp.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto selaku Wakil Sekretaris Gugus Tugas Covid-19 mengatakan segera menindaklanjuti temuan 21 pegawai Lumbung Pangan yang positif terjangkit virus korona. ”Kami segera melaksanakan tracing (penelusuran),” kata Irvan.
Penelusuran oleh gugus tugas Surabaya akan diberlakukan bagi pegawai yang tercatat sebagai warga setempat. Untuk pegawai Lumbung Pangan yang bukan penduduk Surabaya, tim akan berkoordinasi dengan gugus tugas asal pegawai dimaksud. ”Kalau warga Surabaya, kami yang akan tracing, tetapi yang bukan akan kami surati daerah asalnya supaya mereka tracing pula,” ujar Irvan.
Pegawai asal Surabaya akan dirawat sesuai prosedur pada pasien Covid-19. Orang yang menunjukkan gejala klinis akan dirawat inap di rumah sakit, sementara bagi yang tidak bergejala akan diminta menjalani isolasi di Asrama Haji Sukolilo.
Irvan mengimbau semua warga yang beraktivitas di Surabaya untuk berhati-hati dan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Patuhlah untuk selalu berpelindung diri (masker, sarung tangan, pelindung wajah, atau kacamata), rutin mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, membawa dan memakai penyanitasi tangan, menjaga jarak fisik, serta sebisa mungkin menghindari kerumunan.
”Wabah belum selesai, tolong disiplin protokol kesehatan. Ayo biasakan yang tidak biasa,” ujar Irvan.
Tanpa pengetatan, daerah yang ”agak aman” bisa kembali ke rawan atau risiko tinggi.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, terus mengingatkan pentingnya aparatur pemerintah dan masyarakat mematuhi protokol kesehatan guna mencegah penularan. Kembalinya Surabaya ke zona merah menjadi bukti kurangnya pengawasan dan pengetatan dalam pengendalian serta penanganan wabah Covid-19.
Dalam paparan di Balai Kota Surabaya bersama tim ahli survei pencegahan dan pengendalian Covid-19 di Jatim, Rabu (12/8/2020) malam, Windhu mengatakan, Surabaya dalam zona jingga, sedangkan daerah tetangga, yakni Sidoarjo, zona merah.
Menurut Windhu, situasi itu harus diwaspadai sebab pergerakan warga Surabaya-Sidoarjo amat tinggi. Tanpa pengetatan, daerah yang ”agak aman” bisa kembali ke rawan atau risiko tinggi. ”Ternyata terbukti,” kata Windhu.