Membatasi Diri Kunci Hindari Penularan dari Orang Tanpa Gejala
Tambahan pasien positif Covid-19 di Kepulauan Riau didominasi oleh orang tanpa gejala. Warga diminta lebih ketat membatasi diri agar tidak tertular atau menulari orang di sekitarnya.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Tambahan pasien positif Covid-19 di Kepulauan Riau didominasi oleh orang tanpa gejala. Pencegahan semakin sulit karena virus bisa menular dari orang yang tampak sehat. Kini, semua harus lebih ketat membatasi diri agar tidak tertular atau menulari orang di sekitarnya.
Kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Batam Budi Santosa, Rabu (26/8/2020), mengatakan, sepanjang Agustus, sekitar 80 persen kasus baru Covid-19 di Kepri adalah orang tanpa gejala (OTG). Kasus terbanyak muncul di dua wilayah terpadat, yaitu Batam dan Tanjung Pinang.
”Pada awal Agustus, jumlah sampel yang harus kami periksa melonjak tinggi karena muncul sejumlah kluster penularan baru di Batam dan Tanjung Pinang. Mungkin ini akibat euforia normal baru yang membuat warga menjadi abai melaksanakan protokol kesehatan,” kata Budi.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Kepri mencatat, hingga 25 Agustus terdapat 791 kasus positif. Penambahan kasus terbanyak terjadi pada 30-31 Juli. Saat itu, jumlah pasien positif di Batam dan Tanjung Pinang bertambah 111 orang.
Melonjaknya kasus positif Covid-19 itu sempat mengakibatkan sejumlah rumah sakit di Tanjung Pinang penuh. Sementara di Batam, laboratorium BTKLPP kewalahan memeriksa sampel pasien yang dalam beberapa hari saja bisa mencapai 1.800 spesimen.
”Virus (SARS-CoV-2) ini masih ada di sekitar kita. Siapa pun bisa tertular dan siapa pun bisa menularkan Covid-19. Tidak ada cara lain untuk mencegah selain tetap membatasi diri, memakai masker, dan jaga jarak,” ujar Budi.
Tidak ada cara lain untuk mencegah selain tetap membatasi diri, memakai masker, dan jaga jarak. (Budi Santosa)
Tiga kasus pengambilan paksa jenazah pasien Covid-19 pada 18, 19, dan 25 Agustus di Batam menjadi contoh abainya warga mematuhi protokol kesehatan. Bahkan, sebanyak 12 orang yang terlibat dalam peristiwa penjemputan paksa yang kedua akhirnya dinyatakan positif tertular Covid-19.
Menanggapi hal itu, Gubernur Kepri Isdianto mengatakan, ketidakpatuhan warga melaksanakan protokol kesehatan akan membahayakan orang banyak. Ia mengimbau agar ke depan warga dapat lebih menghargai hasil diagnosis pasien yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
”Semua (orang) sayang dengan (anggota) keluarganya, tetapi dalam kondisi (pandemi) ini warga wajib menahan diri agar tidak membahayakan orang lain,” kata Isdianto.
Satu-satunya lembaga di Kepri yang memegang sertifikat dari Kementerian Kesehatan untuk memeriksa sampel usap pasien adalah BTKLPP Batam. Sejak 12 April hingga 25 Agustus, laboratorium itu telah menguji 17.454 sampel usap pasien.
Menurut Budi, BTKLPP Batam memiliki dua real-time PCR Bio-Rad CFX-9 yang bisa digunakan untuk menguji maksimal 186 sampel usap per hari. Alat itu merupakan bantuan dari Pemerintah Singapura yang diberikan pada 3 April lalu.
”Saat ini ada kendala karena persediaan reagen menipis. Sudah hampir satu bulan kami tidak mendapat tambahan reagen,” ujar Budi.
Selain menipisnya reagen, BTKLPP Batam juga kekurangan analis laboratorium. Analis yang ada hanya 15 orang, itu pun sudah termasuk empat analis tambahan yang ditugaskan oleh provinsi. Padahal, idealnya dibutuhkan sekitar 22 analis.