Bandara Internasional Yogyakarta Dorong Pertumbuhan Hotel dan Restoran di Kulon Progo
Keberadaan Bandara Internasional Yogyakarta turut mendorong pertumbuhan hotel baru di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejumlah hotel berbintang pun bakal dibangun di Kulon Progo.
Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Bandara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tak hanya menjadi simpul transportasi dan pintu masuk wisatawan luar daerah. Keberadaan bandara juga ikut mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, termasuk hotel-hotel baru di sekitarnya.
Dari penelusuran, setelah bandara itu dibangun, sudah ada satu hotel baru yang beroperasi di Kulon Progo, sedangkan lima hotel lain dalam proses pembangunan dan pengurusan izin.
”Total nantinya ada enam hotel berbintang. Satu di antaranya sudah beroperasi,” kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (DPMPT) Kulon Progo Agung Kurniawan, saat dihubungi dari Yogyakarta, Kamis (27/8/2020).
Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) merupakan bandara baru di DIY yang menggantikan Bandara Internasional Adisutjipto di Kabupaten Sleman, DIY. Bandara yang berlokasi di Kecamatan Temon, Kulon Progo, itu mulai beroperasi secara penuh pada 29 Maret 2020. Menurut rencana, pada Jumat (28/8/2020), Presiden Joko Widodo dijadwalkan meresmikan BIY.
Agung menjelaskan, setelah BIY dibangun, ada satu hotel baru yang sudah beroperasi. Hotel bintang tiga itu berlokasi di dalam kawasan BIY dan dikelola PT Angkasa Pura Hotel yang merupakan anak perusahaan PT Angkasa Pura I selaku pengelola BIY. ”Hotel ini beroperasi sejak April 2020,” ujarnya.
Agung menambahkan, saat ini juga ada tiga hotel berbintang yang tengah dibangun di Kulon Progo. Dari tiga hotel yang sedang dalam proses pembangunan konstruksi itu, dua di antaranya merupakan hotel bintang tiga dan satu lainnya adalah hotel bintang empat. Selain itu, ada dua hotel bintang tiga lain yang sedang mengurus perizinan di Kulon Progo. Oleh karena itu, nantinya ada enam hotel berbintang baru di Kulon Progo.
Berdasarkan data DPMPT Kulon Progo, enam hotel berbintang tersebut memiliki 843 kamar. Adapun total nilai investasi enam hotel itu, menurut Agung, mencapai Rp 2,5 triliun. ”Dari enam hotel itu, lima di antaranya berlokasi di Kecamatan Temon dan satu hotel lain berada di Kecamatan Pengasih, Kulon Progo,” katanya.
Agung mengatakan, pembangunan hotel-hotel berbintang di Kulon Progo itu tak bisa dilepaskan dari keberadaan BIY. Para investor hotel menilai keberadaan BIY akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kulon Progo sehingga mereka tergerak membangun hotel di kabupaten tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, hingga 2019, tidak ada hotel berbintang di Kulon Progo. Adapun jumlah hotel melati dan penginapan lain di kabupaten tersebut sebanyak 26 unit. ”Jadi, keberadaan Bandara Internasional Yogyakarta ini benar-benar menjadi magnet untuk investasi di Kulon Progo,” ungkap Agung.
Agung menyatakan, meski saat ini tengah ada pandemi Covid-19, para investor hotel di Kulon Progo tetap berniat melanjutkan investasi. Oleh karena itu, penanaman modal di bidang perhotelan tersebut diharapkan bisa turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Kulon Progo pada masa pandemi ini.
Total nilai investasi enam hotel itu mencapai Rp 2,5 triliun.
Selain hotel, Agung mengatakan, keberadaan BIY juga turut mendorong tumbuhnya restoran atau rumah makan di Kulon Progo. Dia menyebut, berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, saat ini ada 85 restoran di kabupaten itu. ”Tapi, restoran-restoran ini tidak semua di sekitar bandara, tapi tersebar di berbagai wilayah Kulon Progo,” ujarnya.
Kunjungan wisatawan
Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X menyatakan, ke depan, keberadaan BIY pasti akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke provinsi tersebut. Namun, saat ini, kenaikan kunjungan itu belum bisa dirasakan akibat pandemi Covid-19. Meski demikian, aktivitas wisata di DIY diharapkan tetap bisa berjalan diikuti penerapan protokol kesehatan.
Pemerintah Daerah DIY pun telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mendukung penerapan protokol kesehatan. Salah satunya dengan membuat aplikasi Jogja Pass untuk mendata para wisatawan dan tamu dari luar daerah yang masuk ke DIY. Aplikasi itu berguna untuk memudahkan tracing atau penelusuran kontak apabila ada wisatawan yang diketahui positif Covid-19.
”Yang penting ada kesadaran melaksanakan protokol kesehatan. Kami juga punya aplikasi Jogja Pass yang digunakan untuk memudahkan tracing kalau nanti ada yang positif,” kata Sultan.
Sultan menambahkan, keberadaan BIY juga diyakini bakal mendongkrak investasi ke DIY. Namun, investasi tersebut kemungkinan belum bisa masuk tahun ini karena pandemi Covid-19. Sultan memperkirakan, investasi baru akan masuk mulai tahun depan dengan syarat pandemi Covid-19 di DIY bisa dikendalikan.
Secara terpisah, Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, BIY memang diharapkan bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi di DIY. Pertumbuhan ekonomi itu tidak hanya berasal dari kunjungan wisatawan, tetapi juga kunjungan para tamu yang datang ke DIY untuk melakukan bisnis.
”Dengan adanya BIY, nanti pasti ada pertumbuhan di sekitar BIY dan wilayah sekitarnya menjadi kota satelit. Jadi, fasilitas-fasilitas penunjang, seperti hotel, juga dibutuhkan. Bukan hanya untuk tamu, melainkan juga untuk awak pesawat,” kata Kadarmanta.