Kasus Aktif di Surabaya Lebih Rendah dari Kapasitas Rumah Sakit
Sejak 11 hari terakhir, kasus aktif Covid-19 di Surabaya tak lagi melebihi kapasitas tempat tidur rumah sakit rujukan. Kasus aktif sebanyak 1.554 pasien, lebih rendah dari kapasitas rumah sakit yang 1.924 tempat tidur.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sejak 11 hari terakhir, kasus aktif Covid-19 di Surabaya tak lagi melebihi kapasitas tempat tidur rumah sakit rujukan setempat. Tren tersebut diharapkan terus terjaga seiring jumlah pasien sembuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan kasus baru.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita, di Surabaya, Selasa (1/9/2020), mengatakan, kapasitas rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya sebanyak 1.924 tempat tidur. Fasilitas itu ditambah dengan 359 tempat tidur di Asrama Haji Surabaya dan 500 tempat tidur di RS Lapangan Indrapura untuk merawat pasien tanpa gejala, gejala ringan, dan gejala sedang.
”Rumah sakit diutamakan untuk pasien dengan gejala sedang hingga berat dan memiliki penyakit penyerta,” katanya.
Febria mengatakan, ketersediaan tempat tidur bagi pasien Covid-19 masih mencukupi. Pasalnya, dari 1.924 kapasitas tempat tidur di rumah sakit rujukan, jumlahnya masih lebih tinggi dibandingkan dengan kasus aktif sebanyak 1.554 pasien. Bahkan, sejak 11 hari lalu, jumlah kasus aktif menjadi 1.861 orang atau lebih rendah dibandingkan kapasitas tempat tidur di rumah sakit.
Rumah sakit diutamakan untuk pasien dengan gejala sedang hingga berat dan memiliki penyakit penyerta (Febria Rachmanita)
”Sebagian pasien itu pun ada yang menjalani isolasi mandiri di Asrama Haji Surabaya, RS Lapangan Indrapura, dan rumah masing-masing dengan pengawasan petugas,” ujar Febria.
Hingga Senin (31/8/2020), kasus kumulatif Covid-19 di Surabaya mencapai 12.138 orang. Sebanyak 9.653 orang telah sembuh dan 931 orang meninggal. Adapun sisanya masih dirawat. Penambahan kasus baru pun tak lagi lebih tinggi dibandingkan dengan pasien sembuh. Setidaknya, dalam dua pekan terakhir tercatat ada 1.364 kasus baru, lebih rendah dibandingkan dengan pasien sembuh sebanyak 1.926 orang.
Menurut Febria, tren kesembuhan di Surabaya terus meningkat karena kecepatan pelacakan dan ketersediaan fasilitas kesehatan. Pihaknya terus menggencarkan tes massal untuk mendeteksi warga yang telah terpapar virus SARS-CoV-2 dan memberikan perawatan agar segera sembuh serta tak menular semakin luas.
Tes massal, misalnya, masih dilakukan untuk para guru. Tes ini dilakukan sebagai persiapan pelaksanaan kembali pembelajaran tatap muka. Dari 3.382 guru yang telah mengikuti tes usap, sebanyak 393 di antaranya terkonfirmasi positif.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyebutkan, kasus aktif saat ini lebih rendah daripada kapasitas tempat tidur. Oleh sebab itu, pihaknya terus meminta pasien rawat jalan agar mau menjalani perawatan di rumah sakit atau tempat isolasi yang telah disediakan.
”Jika menjalani rawat jalan di rumah, terutama yang dalam satu rumah diisi oleh beberapa orang, masih ada potensi penularan ke anggota keluarganya yang lain,” kata Risma.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Irvan Widyanto mengatakan, ada enam kelurahan di Surabaya yang saat ini nihil kasus Covid-19. Keenam kelurahan itu adalah Romokalisari, Tambak Osowilangun, Benowo, Kedung Cowek, Sukolilo Baru, dan Panjang Jiwo.
”Di Kelurahan Tambak Osowilangun, tidak ada kasus baru maupun warga yang masih dirawat selama seminggu terakhir. Kondisi ini diharapkan terus dijaga dan diikuti wilayah-wilayah lain,” ucapnya.
Ada enam kelurahan di Surabaya yang saat ini nihil kasus Covid-19 (Irvan Widyanto).
Irvan mengatakan, pihaknya terus memastikan agar warga menaati protokol kesehatan. Bahkan, sosialisasi dipimpin langsung oleh Risma dengan mendatangi warga di perkampungan dan tempat-tempat yang berpotensi memunculkan keramaian.
”Kampanye 3M atau memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak saat beraktivitas terus disosialisasikan kepada warga,” katanya.
Untuk mencegah penularan di perkampungan, program Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo diperkuat dengan melibatkan pendampingan dari sukarelawan. Konsep pencegahan dan mitigasi Covid-19 dengan melibatkan banyak kalangan, termasuk akademisi, tenaga kesehatan, medis, dan aparat keamanan, ini dinilai cukup ampuh memberikan pemahaman kepada warga terkait Covid-19.
”Sampai hari ini, ada 10 kecamatan yang menjadi percontohan pendampingan dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus korona baru,” ucap Irvan.