Kasus Pertama Dokter di Aceh Meninggal karena Covid-19
Para tenaga kesehatan di RSUD Zainoel Abidin melepas kepergian Imai Indra, dokter pertama yang meninggal di Aceh akibat Covid-19, dengan penuh keharuan.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Imai Indra (52), dokter spesialis anestesi atau pembiusan, yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, meninggal dunia karena terpapar Covid-19. Ini adalah kasus pertama tenaga medis di Aceh meninggal akibat Covid-19.
Imai meninggal pada Rabu (2/9/2020) setelah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh selama dua pekan. Selain sebagai dosen, Imai juga anggota staf di RSUDZA.
Para tenaga kesehatan di RSUDZA melepas kepergian dr Imai dengan penuh keharuan. Mereka memberikan penghormatan terakhir dan menshalatkan jenazah almarhum di halaman rumah sakit. Jenazah dokter Imai dimakamkan di Blang Bintang, Aceh Besar.
Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Samsul Rizal mengatakan, sivitas akademika Unsyiah sangat berduka atas meninggalnya dosen dan tenaga kesehatan karena pandemi Covid-19. Diduga dr Imai terpapar Covid-19 saat menjalankan tugasnya di RSUDZA.
”Beliau merupakan salah satu dosen di Fakultas Kedokteran Unsyiah dan ahli anestesi terbaik di Aceh,” kata Samsul.
Dokter Imai pernah menjabat Wakil Dekan II di Fakultas Kedokteran Unsyiah. Ia menempuh pendidikan kedokteran di Unsyiah dan spesialis di Universitas Indonesia. Dokter Imai pernah mendapatkan penghargaan kehormatan dari Presiden RI atas jasanya melayani publik di sektor kesehatan.
Samsul menuturkan, dr Imai adalah pribadi yang menyenangkan dan berjiwa sosial tinggi. Semasa kuliah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), ia aktif di banyak kegiatan sosial terkait kesehatan dan pendidikan.
Direktur RSUDZA Azharuddin mengatakan, dr Imai terpapar virus saat terlibat dalam operasi pasien Covid-19 di rumah sakit itu. Beberapa hari setelah operasi, ia mengeluh batuk dan sakit tenggorokan. ”Saat dalam masa perawatan, kondisinya sempat membaik,” kata Azharuddin. Namun, kemudian kondisinya memburuk dan meninggal.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh Safrizal Rahman menyampaikan, pihaknya sangat berduka atas meninggalnya rekan sejawat. Menurut Safrizal, saat ini lebih dari 200 tenaga kesehatan di Aceh terpapar Covid-19.
Pemerintah juga perlu merekrut tenaga medis cadangan. (Safrizal Rahman)
Safrizal berharap pemerintah memastikan alat pelindung diri bagi tenaga medis tercukupi. Selain itu, dia meminta tenaga medis menerapkan prosedur penanganan pasien Covid-19 dengan ketat. ”Pemerintah juga perlu merekrut tenaga medis cadangan,” katanya.
Penyebaran virus korona di Aceh semakin tidak terbendung. Setiap hari sejak Juli hingga September selalu ditemukan kasus baru. Hingga Rabu (2/9/2020), kasus positif di Aceh sebanyak 1.696 orang. Sebanyak 68 orang di antaranya meninggal, 615 orang sembuh, dan 1.013 orang dirawat.
Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Aceh Saifullah Abdu Gani mengatakan, saat ini kemungkinan kasus akan terus bertambah sebab uji usap diperbanyak. Penelusuran terhadap orang-orang yang kontak erat dengan pasien Covid-19 terus dilakukan untuk mencari jaringan penyebaran sehingga mudah untuk dihentikan.
Pemprov Aceh akan mendatangkan dua mobil laboratorium uji Covid-19, yang akan tiba dua pekan depan. Sementara untuk menekan penyebaran, pada 4 September 2020 Pemprov Aceh melakukan kampanye penggunaan masker secara serentak hingga ke desa-desa.