Sektor Pariwisata Lumpuh, Bintan Berharap pada KEK Galang Batang
Perusahaan pengolah bijih bauksit membuka lowongan bagi 900 calon pekerja di Bintan. Hal ini sedikit memberi angin segar di tengah lumpuhnya sektor pariwisata yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi kabupaten tersebut.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Perusahaan pengolah bijih bauksit membuka lowongan bagi 900 calon pekerja di Bintan, Kepulauan Riau. Hal ini sedikit memberi angin segar di tengah lumpuhnya sektor pariwisata yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi kabupaten tersebut.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Bintan Indra Hidayat, Kamis (3/9/2020), mengatakan ada sekitar 1.300 calon pekerja yang telah difasilitasi untuk melamar di PT Bintan Alumina Indonesia (BAI). Seleksi pegawai dan verifikasi dokumen akan dilakukan oleh perusahaan sepanjang September ini.
”Perusahaan pengolah bijih bauksit itu lokasinya di dalam KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Galang Batang yang luasnya 3.000 hektar. Kawasan itu diproyeksikan dapat menyerap lebih kurang 20.000 tenaga kerja,” kata Indra saat dihubungi melalui telepon dari Batam.
PT BAI merupakan perusahaan penanaman modal asing asal China. Saat berkunjung ke KEK Galang Batang pada 2 Juli 2020, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, 10 persen dari total kebutuhan 20.000 pekerja akan diisi oleh tenaga kerja asing.
Ia menuturkan, pekerja asing itu merupakan tenaga ahli yang dibutuhkan untuk membangun pembangkit listrik berdaya 2.800 megawatt di industri smelter tersebut. Saat ini, balai latihan kerja tengah dibangun sebagai tempat transfer pengetahuan dari pekerja asing ke pekerja lokal.
”Kalau pekerjaan yang bikin gedung dan jalan itu 99 persen orang Indonesia, tetapi yang teknologi tinggi 90 persen masih dia (tenaga kerja asing). Namun, itu secara bertahap akan berubah,” ujar Luhut kala itu di Resor Nongsa Point, Batam.
Menurut Indra, terciptanya 900 lowongan pekerjaan di PT BAI itu menjadi angin segar bagi Bintan yang selama delapan bulan belakangan tengah dilanda kesulitan ekonomi. Sektor pariwisata yang menjadi tumpuan ekonomi kabupaten itu ambruk diterpa pandemi.
Salah satu yang paling terdampak adalah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Lagoi. Salah satu resor di sana, yaitu Bintan Lagoon, gulung tikar karena merugi. Akibatnya, sebanyak 496 orang kehilangan pekerjaan.
Pariwisata Lagoi sangat vital bagi perekonomian Bintan. Tahun lalu, kawasan itu menyumbang Rp 170 miliar dari total Rp 300 miliar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bintan.
Terciptanya 900 lowongan pekerjaan di PT BAI itu menjadi angin segar bagi Bintan yang selama delapan bulan belakangan tengah dilanda kesulitan ekonomi. (Indra Hidayat)
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bintan Wan Rudy Iskandar menyebutkan, salah satu resor lain di Lagoi, yakni Club Med, juga berpotensi menyusul langkah Bintan Lagoon memberhentikan ratusan karyawan. Empat bulan yang tersisa pada 2020 menjadi kesempatan terakhir mereka untuk bertahan.
”Kami berharap pemerintah pusat segera berunding dengan Pemerintah Singapura agar turis dari sana dapat kembali masuk ke Bintan. Lagoi tidak akan dapat bertahan jika hanya mengandalkan wisatawan domestik,” ujar Rudy.
Di Lagoi terdapat 15 hotel dan resor dengan jumlah pekerja sekitar 4.000 orang. Pada 2019, pengunjung di Lagoi mencapai 1,2 juta wisatawan. Lebih kurang 250.000 orang di antaranya berasal dari Singapura.
Indra berharap kawasan industri manufaktur di Lobam maupun kawasan industri berat di Galang Batang terus bergeliat untuk menopang ekonomi Bintan. Selain PT BAI, saat ini PT Meitech yang bergerak di bidang penyedia infrastruktur kilang lepas pantai juga tengah membuka lowongan bagi 700 pekerja.
”Pemkab Bintan juga tengah berupaya memperbanyak pelatihan untuk meningkatkan keterampilan para calon pekerja lokal agar dapat memenuhi kebutuhan industri yang ada di sini,” kata Indra.