Seorang pedagang kaki lima yang berjualan di Kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, dilaporkan positif Covid-19. Proses penelusuran kontak dari pasien tersebut masih berlangsung.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Seorang pedagang kaki lima yang berjualan di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, dilaporkan positif Covid-19. Proses penelusuran kontak dari pasien tersebut masih berlangsung. Segenap masyarakat diminta ketat menerapkan protokol kesehatan mengingat pandemi Covid-19 belum berakhir.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, pedagang tersebut masih berjualan aktif pada 20-26 Agustus 2020. Adapun waktu berjualannya dimulai dari pagi hingga malam hari. Pedagang tersebut mulai tidak berjualan pada 27 Agustus.
”Badannya terasa demam saat sore hari. Lemas dan batuk juga. Dengan kondisi itu, pedagang tersebut tinggal di rumah saja untuk sementara waktu,” kata Heroe, lewat pesan singkatnya, Minggu (6/9/2020) malam.
Kemudian, pedagang tersebut memeriksakan diri ke puskesmas pada 1 September. Dengan gejala yang dialami, ia menjalani tes cepat dan menunjukkan hasil reaktif. Ia lalu dibawa ke rumah sakit pada 2 September. Pedagang itu diambil pula sampel usap tenggoroknya seusai tes cepatnya menunjukkan hasil reaktif.
Hasil pengujian laboratorium sampel usap menunjukkan pedagang itu terkonfirmasi positif Covid-19 pada Jumat (4/9). Pedagang itu meninggal, Jumat sore, setelah hasil uji laboratoriumnya keluar. Pedagang itu pun langsung dimakamkan, Jumat malam, di Kabupaten Kulon Progo, DIY.
Heroe menyampaikan, pihaknya menindaklanjuti temuan itu dengan melakukan penelusuran kontak erat pedagang itu sejak Jumat malam. Salah satu kontak erat terjadi di keluarga, khususnya yang mengantarkan pedagang itu memeriksakan diri.
Kontak erat juga diketahui terjadi dengan sejumlah pedagang lain yang lapaknya berdekatan dengan pedagang itu. ”Menurut catatan kami, kontak erat di keluarga terjadi pada tujuh orang. Pedagang yang bersebelahan dan kontak erat ada 12 orang yang sedang dilakukan tracing. Saat ini, mereka sudah isolasi mandiri,” kata Heroe.
Area lapak pedagang tersebut berada di Zona 3 Kawasan Malioboro. Zona tersebut berada di sisi barat Jalan Malioboro. Pedagang dari zona tersebut diliburkan hingga penelusuran kontak erat sudah selesai dilakukan, sementara pedagang yang berada di zona lainnya masih diperbolehkan berjualan.
”Pedagang PKL lainnya masih diizinkan untuk berjualan. Kondisi Malioboro masih aman. Sebab, yang kontak erat sudah diliburkan dan isolasi mandiri. Penyebab penularannya sendiri masih ditelusuri, apakah dari pembeli atau dari lainnya. Ini belum bisa ditentukan,” tutur Heroe.
Heroe menambahkan, saat ini, pihaknya belum meminta pembeli yang sempat berbelanja di PKL itu untuk melakukan pemeriksaan mandiri. Fokus penanganan masih menunggu hasil penelusuran kontak.
Namun, apabila nanti diperlukan menelusuri pembeli, Pemerintah Kota Yogyakarta telah mempunyai nomor telepon dari pengunjung Kawasan Malioboro. Nomor telepon tersebut diperoleh lewat kebijakan pengisian QR Code bagi pengunjung di setiap zona di destinasi wisata tersebut.
Menurut data Pemerintah Kota Yogyakarta, selama 18-27 Agustus, jumlah pengunjung yang mengisi data dirinya melalui QR Code di Kawasan Malioboro berjumlah 30.116 orang. Adapun pengunjung yang memasuki Zona 3 berjumlah 3.698 orang.
Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana mengatakan, dengan adanya kasus itu, pihaknya meminta tes massal bagi para PKL yang beraktivitas di Kawasan Malioboro. Tes tersebut juga hendaknya berupa tes usap tenggorok ataupun tes cepat yang memiliki akurasi tinggi. Perlunya tes massal tersebut guna mengantisipasi dan mengetahui kondisi kesehatan para pedagang.
”Hal ini penting untuk antisipasi dan menjamin keamanan rekan-rekan PKL sendiri di mana kawasan Malioboro saat ini sudah mulai ramai oleh pengunjung yang rata-rata berasal dari luar daerah (DIY),” kata Huda.
Selain itu, Huda mengharapkan seluruh masyarakat memahami pentingnya protokol kesehatan. Penerapan protokol secara ketat dapat mencegah terjadinya penularan Covid-19. Tanpa kesadaran itu, potensi terjadinya penularan akan semakin tinggi yang nantinya akan menyulitkan banyak pihak.