Habib Luthfi: Jaga Rasa Cinta Tanah Air dan Kebinekaan
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya mengajak masyarakat untuk menjaga rasa cinta Tanah Air serta menghargai kebinekaan. Cinta Tanah Air dan kebinekaan menjadi modal dasar untuk menjaga persatuan Indonesia.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
SOLO, KOMPAS — Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, mengajak semua elemen masyarakat untuk menjaga rasa cinta Tanah Air serta menghargai kebinekaan yang ada di Indonesia. Rasa cinta Tanah Air dan penghargaan terhadap kebinekaan itu menjadi modal dasar untuk menjaga persatuan di tengah munculnya kelompok yang ingin memecah belah bangsa Indonesia.
”Di mana pun kita berada, kita harus tetap cinta Indonesia. Kalau sudah sepakat hal ini, kita akan menghargai kebinekaan kita dan akan semakin kokoh kekuatan kita bersama,” kata Habib Luthfi dalam acara Silaturahmi Kebhinekaan dan Doa Bersama di Kota Solo, Jawa Tengah, Senin (7/9/2020), yang disiarkan secara langsung akun Youtube Kepolisian Resor Kota Solo.
Dalam acara itu, hadir sejumlah pejabat, antara lain Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi, Panglima Komando Daerah Militer IV/Diponegoro Mayor Jenderal Bakti Agus Fadjari, dan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo.
Habib Luthfi mengatakan, generasi sekarang seharusnya belajar dari para pendahulu bangsa yang sudah berjuang keras untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dengan mempelajari sejarah perjuangan para pendahulu itu, masyarakat di harapkan bisa menguatkan nasionalisme atau rasa cinta Tanah Air.
”Nasionalisme kita melentur (melemah) karena kita sudah mengurangi mengetahui sejarah (perjuangan para pendahulu bangsa). Sejarah itu seharusnya menjadi fondasi dari nasionalisme,” ujar Habib Luthfi yang juga dikenal sebagai ulama asal Jawa Tengah.
Habib Luthfi menambahkan, dengan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, masyarakat juga akan menghargai kebinekaan yang ada di Indonesia. Dengan begitu, kebinekaan atau kemajemukan yang ada dalam masyarakat bisa terus terjaga. ”Kami mengharapkan sekali kebinekaan ini bisa terus terjaga,” tuturnya.
Jangan memberikan kesempatan seujung rambut pun kepada oknum-oknum yang ingin mengubah Indonesia.
Habib Luthfi juga meminta elemen-elemen masyarakat untuk mencegah upaya sejumlah kelompok yang ingin memecah belah bangsa Indonesia. Kelompok-kelompok yang ingin memecah belah dan tak menghargai kebinekaan Indonesia itu tidak boleh diberi kesempatan untuk menjalankan aksinya.
”Relakah negeri kita terpecah belah? Kalau tidak, mari kita rapatkan jajaran. Jangan memberikan kesempatan seujung rambut pun kepada oknum-oknum yang ingin mengubah Indonesia,” kata Habib Luthfi.
Ganjar Pranowo mengatakan, Indonesia berdiri di atas fondasi ideologi Pancasila. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia seharusnya berperilaku dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai ada yang pada Pancasila. Dengan begitu, seharusnya tidak ada kelompok tertentu yang menyakiti atau bahkan melukai pihak lainnya.
”Kita jangan melukai dan menyakiti teman-teman kita. Apalagi, pandemi Covid-19 belum beres. Supaya bisa bangkit, kita harus tolong-menolong, jangan gebuk-gebukan,” ujar Ganjar.
Deklarasi
Dalam acara itu, Ganjar beserta para pejabat lain dan semua peserta acara juga membacakan deklarasi yang berisi sejumlah komitmen. Komitmen pertama adalah memegang teguh ideologi Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Komitmen kedua, merajut kebinekaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Komitmen ketiga, menolak segala bentuk intoleransi, kekerasan, radikalisme, dan terorisme. Komitmen keempat, mendukung penegakan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Covid-19.
Sementara itu, Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi meminta masyarakat untuk bersatu melawan tindakan intoleransi yang bisa memecah belah NKRI. Upaya melawan intoleransi itu tidak cukup hanya mengandalkan peran aparat penegak hukum, tetapi membutuhkan peran serta tokoh lintas agama.
”Bentengnya adalah para tokoh lintas agama. Jadi, kami mohon dibantu TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan Polri sehingga mampu menjaga NKRI,” ujar Luthfi.
Luthfi menambahkan, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, tidak boleh ada pihak yang merasa paling benar sehingga menyalahkan pihak lain secara semena-mena. Selain itu, tidak boleh ada pihak yang memaksakan kehendak kepada pihak lain. ”Yang merasa paling benar dan memaksakan kehendak biasanya justru tidak benar,” tuturnya.