Kejar Target Tes Massal, Jawa Tengah Berniat Gandeng Swasta
Untuk meningkatkan persentase tes massal, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berniat menggandeng pihak swasta. Jika mengandalkan pola penganggaran selama ini, sulit mencapai target tes massal.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Tingkat kematian akibat Covid-19 di Jawa Tengah hingga Senin (7/9/2020) mencapai 9,2 persen atau jauh di atas rata-rata nasional 4,1 persen. Untuk meningkatkan jumlah tes massal sebagai upaya pelacakan kasus, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berniat menggandeng pihak swasta.
Berdasarkan data laman Corona.jatengprov.go.id, Senin (7/9/2020), yang dimutakhirkan pukul 12.00, terdapat 16.483 kasus positif dengan 1.509 orang di antaranya meninggal. Artinya, tingkat kematian mencapai 9,2 persen.
Tingkat kematian Covid-19 Jateng di atas Jawa Timur dengan 7,2 persen (2.576 kematian dari 35.941 kasus konfirmasi), Sulawesi Selatan dengan 2,9 persen (368 kematian dari 12.690 kasus konfirmasi), DKI Jakarta dengan 2,8 persen (1.318 kematian dari 47.796 kasus konfirmasi), dan Jawa Barat dengan 2,2 persen (281 kematian dari 12.709 kasus konfirmasi).
Sementara itu, di tingkat nasional, hingga Senin, terdapat 196.989 kasus positif Covid-19 kumulatif dengan kasus sembuh 140.652 orang dan meninggal 8.130 orang. Tingkat kematian nasional sebesar 4,1 persen.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Kota Semarang, Senin, mengakui angka kematian dan kesembuhan Covid-19 di Jateng menjadi perbincangan. Menurut dia, tingkat atau persentase kematian di Jateng tinggi karena kasus terkonfirmasi positif kumulatif atau pembaginya relatif kecil.
Ganjar Pranowo mengakui angka kematian dan kesembuhan Covid-19 di Jateng menjadi perbincangan.
”Maka, saya minta tes harus tetap ditambah. Meskipun tes (usap) di Jateng terstruktur, sistematis, dan masif pada tracing (kontak erat), tes harus ditambah. Kami optimalkan kapasitas,” kata Ganjar.
Ganjar mengatakan, tak tertutup kemungkinan pihaknya menggandeng pihak swasta untuk mendorong target sekitar 4.991 tes PCR per hari. ”Tadi ketemu masalahnya kenapa tes PCR sulit didorong. Ada beberapa masalah di laboratorium. Kebanyakan mengeluhkan barang habis pakai, seperti reagen dan sebagainya yang ternyata belum terkover penuh. Ini butuh dikover. Kalau tidak, mereka akan lambat kerjanya,” tuturnya.
Akan tetapi, lanjut Ganjar, pemerintah cukup kesulitan memenuhi kebutuhan itu. Untuk itu, ia membuka ruang kerja sama dengan laboratorium swasta guna mempercepat proses pengetesan massal.
”Kalau memang laboratorium pemerintah tidak mampu, ya ajak swasta saja. Kalau sama-sama satu pemeriksaan swab nominalnya Rp 1 juta atau Rp 1,5 juta, ya sudah kasih swasta saja biar mengerjakan. Kalau memang sulit mendapatkan reagen dan barang habis pakai lain, ya kasih swasta saja. Nanti sistemnya reimburse,” jelasnya.
Menurut Ganjar, dengan pola selama ini, pemerintah akan sulit mengejar target percepatan pengecekan spesimen. Padahal, kecepatan pengecekan itu akan berdampak pada berbagai hal, termasuk penanganan pasien Covid-19 dan manajemen rumah sakit.
Kematian
Berdasarkan data Pemprov Jateng, mayoritas pasien Covid-19 yang meninggal berusia 50-69 tahun. Adapun riwayat penyakit pasien Covid-19 meninggal antara lain diabetes melitus (40,2 persen), hipertensi (32,2 persen), gagal jantung (8,3 persen), ginjal kronis (5,6 persen), dan stroke (5,6 persen).
Dengan banyaknya pasien meninggal akibat memiliki penyakit penyerta, Ganjar menekankan pentingnya pencegahan. ”Harapannya, mereka yang punya penyakit bawaan dites, lalu diisolasi. Kami juga meminta rumah sakit melakukan audit kematian untuk melihat SOP (prosedur standar operasi) kenapa sampai meninggal dan seterusnya,” kata Ganjar.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo mengklaim tingkat kematian Jateng tinggi karena jumlah pembagi (total konfirmasi) relatif kecil. Ia pun tak menampik bahwa tes perlu diperbanyak. ”Namun, tak hanya itu. Sebab, banyak komorbid dan lansia yang terkena (Covid-19),” ujarnya.
Terkait audit kematian, lanjut Yulianto, langkah itu dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian sehingga untuk selanjutnya hal serupa dapat dicegah. Itu menjadi salah satu upaya menekan angka kematian di Jateng.
Kami juga meminta rumah sakit melakukan audit kematian untuk melihat SOP kenapa sampai meninggal dan seterusnya. (Ganjar Pranowo)
Sebelumnya, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jateng Joko Handojo mengatakan, saat ini semua pihak sedang mempelajari SARS-CoV-2. Salah satu hal terpenting saat ini adalah tracing pada kontak erat pasien Covid-19 guna melihat seberapa jauh penularan sehingga bisa diantisipasi sejak awal.
Ia juga mendorong program jogo tonggo (menjaga lingkungan) di Jateng benar-benar diterapkan hingga ke rumah-rumah. ”Jadi, bukan sekadar jogo tonggo, tetapi juga pada pabrik, sekolah, pesantren, dan lainnya, hingga ke rumah-rumah,” kata Joko.