Jauh dari Rencana Kapasitas, RS Khusus Infeksi Covid-19 Pulau Galang Penuh
Pemerintah Kota Batam juga memfungsikan rumah susun Badan Pengusahaan Batam sebagai RS darurat tambahan. Rusun itu berkapasitas 180 kamar.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Mulai Kamis (24/9/2020), Rumah Sakit Khusus Infeksi Covid-19 di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau, tidak bisa lagi menerima pasien karena penuh. Untuk menampung pasien baru yang terus bertambah jumlahnya, Pemerintah Kota Batam akhirnya mengfungsikan rumah susun Badan Pengusahaan menjadi RS darurat tambahan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmarjadi mengatakan, rumah susun (rusun) Badan Pengusahaan (BP) Batam bisa menampung maksimal 180 pasien. Mulai hari ini, tempat itu sudah mulai digunakan sebagai lokasi karantina sejumlah pasien positif Covid-19.
”Ada empat dokter dan delapan perawat yang ditugaskan di sana. Mereka diambil dari sejumlah puskesmas di Batam,” kata Didi.
Sebelumnya, RS Pulau Galang dibangun dengan anggaran Rp 400 miliar. Awalnya, fasilitas kesehatan itu dirancang bisa menampung hingga 1.000 pasien. Namun, sejak diresmikan pada 6 April hingga sekarang, kapasitas RS tersebut maksimal hanya 360 tempat tidur.
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Batam menunjukkan, hingga 23 September, ada 1.430 pasien positif di Batam. Sebanyak 482 pasien di antaranya dirawat di RS Pulau Galang. Menurut Didi, orang yang dirawat di RS tersebut kebanyakan adalah pasien asimtomatik.
”Hal itu karena RS Pulau Galang tidak memiliki dokter paru dan dokter anestesi. Sebelumnya ada dokter paru di sana, tetapi kemudian dirotasi,” kata Didi.
Dokter anestesi merupakan dokter yang bertanggung jawab membius pasien yang akan menjalani prosedur bedah. Menurut Didi, seharusnya perlu ada dokter paru dan dokter anestesi yang menetap di RS Khusus Infeksi Covid-19 Pulau Galang agar fasilitas kesehatan itu bisa membantu daerah menangani pasien Covid-19 yang mengidap gejala berat.
Dokter spesialis kedaruratan, yang juga Wakil Ketua Tim Muhammadiyah Covid-19 Command Center Corona Rintawan mengatakan, aneh apabila RS yang dibangun secara khusus untuk menangani pasien Covid-19 itu hanya bisa merawat pasien asimtomatik. ”Sepengetahuan saya, yang dinamakan RS, ya, seharusnya bisa merawat yang sakit,” ujarnya.
Rintawan menilai pembangunan RS Pulau Galang memang tidak dirancang dengan memikirkan kebutuhan jangka panjang. Di awal masa pandemi, pemerintah justru sibuk menyampaikan narasi menenangkan yang palsu. Pemerintah terkesan meremehkan Covid-19 dan tidak menyangka penularannya akan seluas seperti sekarang ini.
”Tekanan psikologis bagi pasien yang dikarantina dalam satu kota yang sama dengan tempat tinggalnya saja sudah sangat berat, apalagi harus dibawa sampai ke Pulau Galang,” ucap Rintawan.
Pada 24 Maret 2020, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, warga DKI Jakarta akan menjadi pasien prioritas di RS tersebut. Lalu, pada akhir Maret, TNI Angkatan Udara dan petugas kesehatan di Bandara Hang Nadim, Batam, menyimulasikan prosedur transportasi pasien dari Jakarta ke Pulau Galang.
Hingga saat ini belum ada pasien dari Jakarta yang dibawa ke RS Pulau Galang. Namun, RS tersebut memang pernah digunakan untuk merawat pasien positif Covid-19 dari luar Batam, yaitu 29 awak Kapal Motor Kelud dan 55 pekerja migran Indonesia.
Saat ini, dengan kondisi penularan Covid-19 yang hampir merata di seluruh provinsi, kata Rintawan, lebih baik pemerintah fokus memaksimalkan fasilitas kesehatan yang sudah ada di setiap daerah. Apabila masih juga kurang, dinas kesehatan setempat bisa mengubah rumah susun atau hotel menjadi ruang rawat darurat.
”Terlepas dari melesetnya rencana pemerintah untuk menggunakan RS Pulau Galang sebagai fasilitas kesehatan nasional, satu hal yang tidak bisa dipungkiri, minimal RS itu bermanfaat untuk Batam dan sekitarnya,” ucap Rintawan.