Tidak Ada Tempat Khusus, Isolasi Mandiri di Cirebon Terkendala
Pasien yang menjalani isolasi mandiri di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengeluh tidak mendapatkan bantuan bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Padahal, mereka dilarang keluar rumah.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS —Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, belum memiliki tempat khusus isolasi mandiri bagi kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dengan gejala ringan. Padahal, lonjakan kasus positif tanpa gejala terus terjadi, sedangkan ruangan isolasi di rumah sakit terbatas.
Hingga Senin (28/9/2020), jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Cirebon tercatat 799 orang. Sebanyak 39 orang meninggal dan 446 orang dinyatakan sembuh. Sisanya, 314 orang, masih tercatat sebagai pasien terkonfirmasi positif aktif.
Dari jumlah tersebut, 217 orang menjalani isolasi mandiri di rumah sekitar dua pekan karena mengalami gejala ringan. Bahkan, sebagian besar pasien tidak menunjukkan gejala Covid-19, seperti batuk, demam, dan sesak napas.
Akan tetapi, pelaksanaan isolasi mandiri bagi kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Cirebon masih terkendala. ”Ada kasus positif yang keluar rumah untuk bekerja. Petugas puskesmas tidak mungkin memantau kasus isolasi mandiri 24 jam. Dibutuhkan peran RT, RW, dan desa,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni.
Eni mengakui, pasien yang menjalani isolasi mandiri mengeluh tidak mendapatkan bantuan bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Padahal, mereka tidak bisa keluar rumah mencari nafkah.
Pemkab Cirebon juga hingga kini belum memiliki gedung khusus bagi pasien yang menjalani isolasi mandiri. Padahal, tempat tersebut diperlukan untuk memudahkan pengawasan kasus.
Apalagi, pasien yang tidak menjalankan protokol kesehatan saat isolasi mandiri bisa menularkan virus korona baru kepada keluarganya. Dinkes setempat mencatat, sekitar 51,5 persen kasus positif berasal dari kluster rumah tangga.
”Kami sudah berkoordinasi dengan sejumlah hotel untuk menyiapkan tempat isolasi mandiri. Anggarannya sudah ada. Namun, belum ada yang mau,” ujarnya.
Padahal, isolasi mandiri dibutuhkan bagi pasien tanpa gejala karena kapasitas ruangan isolasi di 11 rumah sakit di Cirebon terbatas. Saat ini, dari 145 tempat tidur yang tersedia di ruangan isolasi, 105 tempat tidur digunakan kasus terkonfirmasi dan suspect Covid-19.
Pemda akan hadir dengan bantuan bahan pokok bagi pasien yang menjalani isolasi mandiri.
Bahkan, ruangan isolasi di sejumlah rumah sakit sudah penuh, seperti RSUD Waled, RS Permata, RS Pertamina, dan RS Sumber Waras. Adapun 8 unit dari 14 tempat tidur dalam ruangan isolasi dengan ventilator di Cirebon juga sudah terisi.
Bupati Cirebon Imron Rosyadi mengatakan, pemda akan hadir dengan bantuan bahan pokok bagi pasien yang menjalani isolasi mandiri. Pihaknya masih menyiapkan anggarannya. Pihaknya juga masih mempertimbangkan tempat khusus isolasi mandiri, termasuk hotel, bagi warga.
Saat awal pandemi Covid-19 di Indonesia, April-Mei, pihaknya membangun tempat karantina khusus di GOR Watubelah. Namun, tempat itu tidak lagi digunakan karena tingginya biaya operasional, seperti listrik.
Imron memastikan, pengawasan terhadap pasien yang menjalani isolasi mandiri akan lebih ketat karena Satuan Tugas Covid-19 Cirebon dibentuk hingga tingkat desa dan kelurahan. Aparat desa hingga RT dan RW turut memantau pasien sekaligus menegakkan protokol kesehatan.