14 Tokoh dan Komunitas di Sumbar Dapat Anugerah Kebudayaan
Sebanyak 14 tokoh dan komunitas di Sumatera Barat mendapatkan Anugerah Kebudayaan dari Pemerintah Provinsi Sumbar. Tokoh dan komunitas tersebut dinilai berjasa dalam memajukan kesenian dan kebudayaan Sumbar.
PADANG, KOMPAS — Sebanyak 14 tokoh dan komunitas di Sumatera Barat mendapatkan Anugerah Kebudayaan dari Pemerintah Provinsi Sumbar. Tokoh dan komunitas tersebut dinilai berjasa dalam memajukan kesenian dan kebudayaan Sumbar.
Anugerah Kebudayaan itu diberikan dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-75 Provinsi Sumbar pada 1 Oktober 2020. Anugerah terdiri atas empat kategori, yaitu komunitas, pencipta/pelopor/pembaru, pelestari, dan maestro.
Anugerah kategori komunitas diberikan kepada Nan Jombang Dance Company dan Paguyuban Tionghoa Padang. Kategori pencipta diberikan kepada almarhum Sayhrul Tarun Yusuf, Jamaluddin Umar, almarhum Pirin Asmara, almarhum Gusmiati Suid, almarhum Chairul Harun, almarhum Ibenzani Usman, dan almarhum Sjafrial Arifin.
Selanjutnya, kategori pelestari diberikan kepada Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib, Fadlan Maalip, Musra Dahrizal, dan Mas’oed Abidin. Sementara kategori maestro diberikan kepada Sofyani Yusaf.
Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Gemala Ranti, Jumat (2/10/2020), mengatakan, 14 tokoh dan komunitas tersebut diberi Anugerah Kebudayaan karena dinilai berjasa dalam memajukan kesenian dan kebudayaan Sumbar.
”Kesenian dan kebudayaan itu memengaruhi peradaban suatu daerah. Ketika mereka (seniman dan budayawan) telah memberikan sumbangsih kepada daerah, sudah selayaknya mereka dihargai,” kata Ranti.
Ranti melanjutkan, sudah lama Pemprov Sumbar vakum memberikan anugerah serupa ini kepada seniman dan budayawan. Seingatnya, terakhir kali anugerah diberikan pada masa Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi (2005-2009).
Baca juga : Berandai di Ladang Nan Jombang
HUT Provinsi Sumbar 1 Oktober 1945 yang baru diperingati dua tahun terakhir, kata Ranti, dinilai sebagai momen pas untuk mengadakan kembali anugerah ini. Usulan Dinas Kebudayaan Sumbar disetujui oleh gubernur, pemerintahan, dan anggota DPRD, serta didukung para seniman dan budayawan.
Ranti menjelaskan, Pemprov Sumbar membentuk tim verifikasi dalam menetapkan tokoh dan komunitas yang mendapatkan penghargaan. Tim verifikasi, antara lain, terdiri atas unsur perguruan tinggi, seniman, dan budayawan. Tim tersebut memverifikasi data tokoh dan komunitas yang diusulkan pemerintah kabupaten/kota dan Dinas Kebudayaan Sumbar, lalu kemudian terpilih 14 tokoh dan komunitas.
”Para verifikator melihat jasa-jasa dari penerima anugerah. Sebenarnya banyak sekali orang yang pantas diberi anugerah. Namun, kami baru bisa memberikan kepada 14 tokoh dan komunitas,” ujarnya.
Ranti menambahkan, dengan adanya Anugerah Kebudayaan ini, seniman dan budayawan di Sumbar semakin produktif dan berkualitas dalam berkarya. Mereka diharapkan dapat beradaptasi dan menciptakan formula baru dalam berkegiatan di tengah pandemi Covid-19 dengan tetap berlandaskan nilai-nilai tradisi di Sumbar.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, pemberian Anugerah Kebudayaan kepada 14 tokoh dan komunitas tersebut untuk memberikan apresiasi seniman dan budayawan yang sudah bertahun-tahun berkarya untuk Sumbar.
Kami upayakan ini diadakan setiap tahun.
”Tujuan kami mengapresiasi tokoh-tokoh seniman dan budayawan yang berkreasi, bernisiasi, dan berbuat untuk Sumbar. Termasuk yang lama-lama, kami apresiasi semua. Kami upayakan ini diadakan setiap tahun,” kata Irwan.
Daftar penerima
Nan Jombang Dance Company adalah komunitas tari kontemporer Sumbar dan pelaksana kegiatan KABA Festival setiap tahun dan Festival Nan Jombang Tanggal 3 setiap bulan. Komunitas ini selalu menjadikan tradisi dalam pengaryaannya serta selalu melibatkan komunitas tradisi dan modern, bahkan nasional dan internasional, dalam berbagai kegiataannya.
Nan Jombang juga aktif diundang pada festival kesenian tingkat nasional dan internasional. Selain kegiatan kesenian, Nan Jombang aktif pula memfasilitasi berbagai kegiatan kebudayaan. Sementara, Paguyuban Tionghoa Padang adalah komunitas masyarakat tionghoa Padang yang aktif melaksanakan kegiatan budaya, seperti Padang Multikultural Festival, Festival Bakcang, dan Lamang Baluo.
Selanjutnya, almarhum Syahrul Tarun Yusuf, pencipta lagu-lagu legendaris Minangkabau modern yang sampai sekarang masih diminati oleh semua generasi.
Jamaluddin Umar, seniman tradisi yang mempunyai banyak keahlian, penulis naskah randai, saluang pauah, dan tuo silek. Jamaluddin juga salah satu inisiator dalam pengembangan randai di Sumbar. Karya-karyanya menjadi salah satu acuan dalam pengembangan dan penulisan naskah randai di Sumbar.
Almarhum Pirin Asmara, pencipta dendang dan pemain rabab yang mengembangkan kesenian tradisional rabab pasisia sejak tahun 1980. Ia juga salah satu inisiator berdirinya Himpunan Rabab Pesisir Selatan (Hirpes). Pirin dikenal dengan keunikan di bidang suara dan penampilan bermain rabab sehingga disebut Raja Rabab Pasisia.
Baca juga : Menyibak Bayang-bayang Kepunahan Silek
Almarhum Gusmiati Suid, koreografer tari dan pendiri Komunitas Tari Gumarang Sakti. Gusmiati terkenal dengan karya tari rantak yang mengadopsi gerakan dari berbagai aliran silek di Minangkabau. Ia juga aktif tampil dalam berbagai ajang nasional dan internasioanal.
Almarhum Chairul Harun, seorang sastrawan, budayawan, dan wartawan yang pernah mendapatkan hadiah Yayasan Buku Utama dari Departeman Pendidikan dan Kebudayaan RI. Ia pernah memimpin Badan Koordinasi Kesenian Nasional Indonesia (BKKNI) dan pernah menjadi pimpinan redaksi harian Haluan tahun 1969-1970.
Almarhum Ibenzani Usman, penggagas lambang daerah Tuah Sakato, komponis, pendidik, dan ahli seni rupa. Ibenzani juga dikenang lewat lagu ciptaannya seperti lagu seriosa Indonesia, lagu minang (Lintuah), dan lagu mars (Universitas Andalas, Institut Teknologi Bandung, dan Kota Padang), serta dikenang melalui karya Tugu Padang Area dan Batu Malin Kundang.
Almarhum Sjafrial Arifin, pendiri Parfi Sumbar, berjasa dalam film dan sinetron alam Minangkabau. Sjafrial aktif menulis puisi, prosa, drama, skenario film, dan lagu serta memiliki bakat di bidang editing musik dan film.
Kemudian, Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib, Ketua Umum Bundo Kanduang Provinsi Sumbar, sastrawan/penyair, budayawan, serta pewaris Kerajaan Pagaruyung. Beliau juga salah seorang guru besar di Universitas Andalas dan aktif diundang dalam berbagai kegiatan kebudayaan tingkat nasional dan internasional.
Fadlan Maalip, pewaris kerajaan di Talu dengan gelar Tuanku Bosa XIV. Fadlan juga pimpinan Badan Pekerja Pucuak Adat Alam Minangkabau. Selain itu, ia juga aktif sebagai dokter ahli kesehatan masyarakat. Di tingkat nasional, Fadlan aktif pula sebagai pengurus inti dan kegiatan raja-raja Nusantara.
Musra Dahrizal, budayawan, seniman, dan pelestari lisan petatah-petitih, serta menulis buku 500 pantun. Pria yang karib disapa Mak Katik ini juga sering diundang sebagai dosen tamu untuk University of Hawaii (Amerika Serikat) dan Akademi Seni Warisan Budaya Kebangsaan Malaysia. Mak Katik mengajar mata kuliah etnologi di Universitas Negeri Padang dan Universitas Andalas.
Mas’oed Abidin, alim ulama, mantan Ketua MUI Sumbar, mantan Ketua Dewan Dakwah Indonesia Sumbar, dan penulis buku-buku adat Minangkabau. Buya Mas’oed juga aktif diundang pada seminar budaya dan agama, baik di tingkat provinsi maupun nasional.
Terakhir, Sofyani Yusaf, koreografer, pencipta tari payung, tari pasambahan, dan tari piring legendaris. Sofyani telah menciptakan lebih dari 20 macam tarian Minangkabau yang telah dipertunjukkan di negara-negara di dunia.