Cagub-Cawagub Sulut Gagal Identifikasi Masalah Daerah dalam Debat Perdana
Tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Utara dinilai gagal memberikan pencerahan dan gambaran bagi pemilih. Debat tidak dilandasi identifikasi permasalahan yang dihadapi publik.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MANADO, KOMPAS — Tiga pasangan calon gubernur-wakil gubernur Sulawesi Utara dinilai gagal memberikan pencerahan dan gambaran bagi pemilih karena tidak mengidentifikasi masalah utama daerah terlebih dahulu. Para calon juga dinilai tidak menawarkan terobosan dalam wacana penanganan Covid-19.
Debat publik yang diadakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulut pada Kamis (5/11/2020) sore di Desa Warembungan, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa, itu bertemakan kesehatan masyarakat, pencegahan bencana alam, pengembangan wilayah, serta infrastruktur daerah. Topik utama yang menjadi sorotan adalah penanganan, pencegahan, dan pengendalian Covid-19.
Debat pertama dari tiga debat ini dibagi menjadi lima segmen yang terdiri dari pemaparan visi dan misi, pertanyaan dari tim penyusun materi debat, tanya jawab antarcalon, serta pernyataan penutup. Tiga pertanyaan di segmen kedua disusun oleh tim ahli beranggotakan sembilan orang, sedangkan segmen ketiga dan keempat diisi oleh pertanyaan dari masing-masing calon.
Meski demikian, pengajar Ilmu Politik Universitas Sam Ratulangi Ferry Daud Liando mengatakan, pertanyaan dan jawaban yang diajukan para calon sering kali tidak saling terkait. Para calon buru-buru menyuguhkan solusi tanpa membeberkan masalah. Ia menduga jawaban sudah disiapkan tim kampanye sebelum debat.
”Ketiga pasangan calon tidak berangkat dari identifikasi apa masalah publik yang dialami di Sulut. Bagaimana mau menawarkan solusi kalau tidak tahu masalahnya apa? Akibatnya, pertanyaan dan jawaban sering tidak nyambung dan mengawang, seperti menghafal saja,” kata Ferry.
Ketika ditanya soal gagasan dan solusi terhadap bencana alam dan pandemi serta kelayakan infrastruktur mitigasi bencana dan upaya menjaga lingkungan hidup pada segmen kedua, paslon nomor urut 1 Christiany Eugenia Paruntu-Sehan Salim Landjar hanya berfokus pada Covid-19. Christiany mengatakan akan menangani Covid-19 dan ”memulihkan keadaan.”
”Ada banyak hal yang sudah kami rancang dan akan lakukan dalam penanganan Covid-19. Kami akan koordinasi dengan kota dan kabupaten lain sebagai bagian dari CEP KISS, yaitu cepat koordinasi, cepat integrasi, cepat sinkronisasi, dan cepat sistematisasi. Ini sudah kami lakukan di daerah masing-masing,” kata Christiany, yang adalah Bupati Minahasa Selatan.
Sehan, Bupati Bolaang Mongondow Timur, menyatakan akan berkoordinasi terkait kesiapan sarana dan tenaga kesehatan di daerah serta mengedukasi masyarakat. ”Kami juga harus berani menggelontorkan anggaran bagi masyarakat,” katanya.
Pasangan calon nomor urut 2, Vonnie Anneke Panambunan-Hendry Runtuwene, mendapat pertanyaan soal program strategis untuk memperbaiki sosialisasi soal Covid-19, perluasan pelacakan dan tes, serta menjaga ketersediaan ruang isolasi. Vonnie menjawabnya dengan menyatakan, dirinya sudah berkeliling ke sejumlah tempat, termasuk daerah kepulauan, untuk melihat dampak Covid-19.
Vonnie juga mengutip ayat Alkitab yang menyatakan dirinya tak akan terkena penyakit asalkan takut akan Tuhan. Ia juga menyatakan telah memberi makan masyarakat dan tidak takut terkena Covid-19 saat turun ke masyarakat.
Saya percaya Covid-19 ini hanya Tuhan yang bisa hentikan, kita hanya bisa memperlambat.
Vonnie lalu berkomentar soal pekuburan Covid-19 yang sempat menjadi bahan pertentangan antara dirinya dan calon gubernur petahana Olly Dondokambey. ”Kuburan harus ditaruh di tempat yang jauh dari penduduk dan tanahnya tidak subur. Saya percaya Covid-19 ini hanya Tuhan yang bisa hentikan, kita hanya bisa memperlambat,” katanya.
Hendry menambahkan, Covid-19 harus dihadapi dengan penuh iman. Masalah lain, seperti kesehatan masyarakat dan gizi buruk, bisa diselesaikan dengan cara yang sama.
Adapun paslon nomor urut 3, Olly Dondokambey-Steven Kandouw, ketika ditanyai soal perlambatan pembangunan karena pengalihan anggaran untuk penanganan pandemi akibat kelalaian masyarakat, lebih suka membeberkan hasil kinerja mereka para periode pertama kepemimpinan. Olly menyatakan telah melakukan pelacakan dan tes sambil menyediakan jaring pengaman sosial.
Steven menambahkan, pada periode pertama telah dibangun dua rumah sakit khusus Covid-19 dengan kapasitas total 325 tempat tidur. Telah dibuat pula produk hukum, antara lain empat peraturan gubernur dan 13 keputusan gubernur.
Kurangnya keterkaitan antara pertanyaan dan jawaban juga muncul di segmen tanya jawab antarcalon. Ketika Steven mengajukan pertanyaan soal strategi pengembangan wilayah dan transformasi digital, Sehan lebih banyak menjawab soal pembangunan dari wilayah kumuh, fokus pembangunan di Bolaang Mongondow Raya, serta anggaran penanganan Covid-19.
Vonnie juga menjawabnya dengan rencana membangun pelabuhan ekspor di Bitung atau Amurang (Minahasa Selatan) agar petani cengkeh dan kelapa tidak terjebak ijon. Hendry menambahkan, penguasaan teknologi informatika diperlukan untuk menjamin kesuksesan program pembangunan.
Ketika Hendry menanyakan alasan terhambatnya pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Bitung serta perwujudan Terminal Peti Kemas Bitung sebagai pelabuhan simpul internasional, Olly lebih suka menjawabnya dengan ajakan untuk memilihnya lagi. ”Penetapan Bitung sebagai hub port (pelabuhan simpul) adalah komitmen Pak Jokowi. Pilih Olly-Steven agar (perwujudannya) bisa jalan lagi,” kata Olly.
Menurut Ferry, jawaban para calon cenderung abstrak dan minim inovasi. Jawaban lebih banyak menjiplak program pemerintah pusat yang ada di daerah. Tidak ada pula data yang dikutip dalam debat tersebut sehingga solusi yang ditawarkan tidak mampu menunjukkan masalah besar yang dihadapi warga Sulut.
Akhirnya, tadi seolah seremonial, tidak ada saling sanggah dan memperlihatkan kelemahan lawannya.
”Melahirkan solusi dan kebijakan seharusnya berawal dari data. Akhirnya, tadi seolah seremonial, tidak ada saling sanggah dan memperlihatkan kelemahan lawannya. Seharusnya para calon lebih cermat dalam memanfaatkan waktu 3 menit yang diberikan untuk menjawab,” katanya.
Menurut Ferry, paslon petahana, Olly-Steven, tampak paling menonjol karena berbekal pengalaman di periode pertama. Tiga calon dari dua paslon lainnya, yang menjabat bupati dua periode, tampak masih beradaptasi saat berbicara di lingkup provinsi.
Meski demikian, menurut Ferry, hasil debat pada akhirnya hanya akan berpengaruh pada pemilih rasional yang akan memilih sesuai apa yang dia dengar. Adapun pemilih sosiologis tetap memilih berdasar kesamaan latar belakang calon dengan dirinya, sedangkan pemilih pragmatis memilih berdasarkan keuntungan material yang ditawarkan calon pada dirinya atau komunitasnya.
Sementara itu, epidemiolog Universitas Negeri Manado, Jonesius Eden Manoppo, mengatakan, Olly-Steven memiliki konsep penanggulangan Covid-19 yang jelas karena hanya melanjutkan program dari periode pertama. Adapun Christiany-Sehan cukup mantap dengan konsepnya, tetapi tidak menawarkan kebaruan. Sementara Vonnie-Hendry ia sebut masih perlu mempertajam program penanganan pandeminya. Program yang mereka tawarkan sama seperti apa yang sudah dilakukan pemerintah pusat selama ini.
Hingga Kamis malam, Sulut telah mengakumulasi 5.527 kasus Covid-19 dengan kasus aktif sebanyak 601 orang. Pertambahan kasus positif baru masih mencapai kisaran 40 setiap hari.