Pengungsi Terus Bertambah, Balai Desa dan Sekolah di Magelang Disiapkan
Seiring terus bertambahnya jumlah pengungsi, Pemkab Magelang, Jateng melakukan antisipasi dengan menambah tempat pengungsian. Sejumlah gedung milik pemerintah, termasuk sekolah bakal digunakan.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Menyusul terus meningkatnya jumlah pengungsi, Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menyiapkan sejumlah bangunan untuk menambah lokasi pengungsian. Bangunan yang disiapkan tersebut antara lain balai desa serta gedung-gedung sekolah.
Sejak status Gunung Merapi ditingkatkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III), Kamis (5/11/2020), sejumlah warga dari beberapa dusun di Desa Ngargomulyo, Krinjing, Paten, dan Keningar dievakuasi bertahap. Hingga Senin (9/11/2020), jumlah pengungsi mencapai 812 orang. Jumlah itu lebih banyak dari jumlah sehari sebelumnya yakni 795 orang.
Sebenarnya, hanya warga dari sembilan dusun di tiga desa, yakni Ngargomulyo, Krinjing, dan Paten, yang menurut rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPTKG) perlu dievakuasi. Kendati demikian, sejumlah warga dari Desa Keningar, yang berdekatan dengan dusun-dusun di Desa Ngargomulyo, belakangan meminta untuk diungsikan juga karena mereka trauma dengan erupsi Merapi 2010.
"Dengan peningkatan status Merapi, kami terus menyiapkan sejumlah tempat pengungsian untuk menampung warga. Selain di tempat evakuasi akhir, pemerintah juga menyiapkan sekolah, balai desa, dan bangunan milik pemerintah lainnya. Bahkan, lapangan futsal juga kami pakai," kata Bupati Magelang Zaenal Arifin di Magelang.
Zaenal mengatakan, pihaknya juga akan memenuhi standar protokol kesehatan di seluruh pengungsian. Selain melakukan pemeriksaan kesehatan dan tes cepat, pemerintah setempat juga menyediakan tempat cuci tangan di sejumlah titik untuk memudahkan masyarakat menjaga kebersihan tangan.
"Nantinya, seluruh tempat pengungsian akan disekat menggunakan tripleks menjadi bilik-bilik. Kami upayakan, setiap keluarga mendapatkan satu bilik untuk menghindari kontak langsung dengan keluarga lain," ujarnya.
Pemasangan bilik-bilik juga akan dilakukan di sejumlah sekolah di tiga kecamatan antara lain, Kecamatan Muntilan, Mungkid, dan Mertoyudan. Sebab, sekolah-sekolah di tiga kecamatan itu akan dijadikan tempat pengungsian alternatif apabila tempat pengungsian yang ada saat ini penuh.
"Di tiga kecamatan itu, sedikitnya ada 100 sekolah dari tingkat SD dan SMP yang siap untuk dijadikan tempat pengungsian. Berdasarkan simulasi yang kami lakukan, setiap kelas berukuran 7 meter x 7 meter, dengan dibuat bilik-bilik, bisa menampung sekitar lima keluarga," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Magelang Aziz Amin Mujahidin.
Sekolah-sekolah di tiga kecamatan itu akan dijadikan tempat pengungsian alternatif apabila tempat pengungsian yang ada saat ini penuh.
Ternak
Selain khawatir akan keselamatan diri dan keluarganya, sejumlah warga yang masih bertahan di desa juga cemas akan nasib hewan ternak mereka. Di Desa Krinjing, Kecamatan Dukun misalnya, beberapa warga ingin agar hewan ternak mereka juga diungsikan.
"Sebagian warga yang saat ini masih bertahan di rumah masih mencemaskan nasib hewan ternak mereka. Sebab, hingga kini, belum ada arahan pasti terkait evakuasi hewan ternak," kata Kepala Desa Krinjing Ismail.
Menurut Zaenal, tidak hanya warga yang akan dievakuasi, tetapi juga hewan ternak. Hewan-hewan ternak akan diungsikan di sejumlah pasar hewan dan lapangan.
"Untuk tempat evakuasi ternak, saat ini sedang disiapkan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan. Rencananya ada sejumlah titik yang akan digunakan seperti Pasar Hewan Muntilan dan lapangan-lapangan desa," ucap Zaenal.