Tes Cepat untuk Sukarelawan Pengungsi Merapi di Kabupaten Sleman
Sejumlah sukarelawan diminta menjalani tes cepat sebelum terjun ke barak pengungsian di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Sejumlah sukarelawan diminta menjalani tes cepat sebelum terjun ke barak pengungsian gunung Merapi di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penapisan kesehatan diperlukan agar barak pengungsian tidak menjadi kluster penularan Covid-19.
Novita Krisnaeni, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian, Dinas Kesehatan Sleman, mengatakan, terdapat 60 alat tes cepat yang disediakan. Pihaknya meminta para sukarelawan agar mengikuti tes cepat guna mengetahui kondisi kesehatan mereka. Sebab, para pengungsi merupakan warga kelompok rentan yang terdiri dari warga lansia, anak balita, dan penyandang disabilitas.
”Target kami memang sukarelawan. Sebab, mereka dari luar daerah sini (Desa Glagaharjo). Harapannya, dia datang membantu atau bertugas itu tidak menulari para pengungsi,” kata Novita di Balai Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (9/11/2020).
Tes cepat itu diikuti 44 peserta. Para peserta tes terdiri dari sukarelawan dan perangkat desa. Salah seorang peserta tes menunjukkan hasil reaktif.
Novita mengatakan, bagi peserta tes cepat yang menunjukkan hasil reaktif bakal ditindaklanjuti dengan pengambilan sampel usap. Peserta tes itu juga diharuskan melakukan isolasi jika nanti hasil pengujian sampel usapnya menunjukkan positif Covid-19.
”Kalau reaktif, dilanjutkan pemeriksaan swab. Kalau dia nanti positif (Covid-19), tidak boleh bertugas di sini. Harus isolasi,” kata Novita.
Camat Cangkringan Suparmono mengatakan, penapisan kesehatan bagi sukarelawan penting. Hal ini untuk menjamin tidak terjadi penularan di desa itu. Saat ini, desa itu masih masuk menjadi zona hijau penularan Covid-19. ”Upaya rapid adalah screening awal bagi kami,” ujarnya.
Hingga Senin siang, total pengungsi di barak tersebut berjumlah 185 orang. Para pengungsi merupakan warga dari Dusun Kalitengah Lor yang lokasinya berada dalam radius 5 kilometer dari puncak Merapi. Radius tersebut merupakan daerah yang berpotensi terancam bahaya erupsi Merapi. Adapun status Merapi saat ini adalah Siaga (Level III).
Kalau reaktif, dilanjutkan pemeriksaan swab. Kalau dia nanti positif (Covid-19), tidak boleh bertugas di sini.
Pengungsi paling banyak merupakan warga kelompok rentan, seperti warga lansia, anak balita, dan penyandang disabilitas. Namun, terdapat sejumlah pengungsi yang merupakan warga berusia produktif. Mereka ikut mengungsi karena merasa khawatir dengan ancaman erupsi Merapi yang sudah dialami sebelumnya.
Suparmono menjelaskan, erupsi terakhir kali yang dialami warga desa tersebut terjadi pada 2010. Masih ada sebagian warga yang merasa khawatir dan panik dengan ancaman erupsi. Saat ini, memang barak pengungsian diprioritaskan untuk warga kelompok rentan. Namun, pihaknya tetap menerima apabila ada warga selain kelompok rentan yang ikut mengungsi karena merasa khawatir dengan ancaman erupsi tersebut.
”Ini orang-orang panik yang ikut mengungsi harus kami terima. Mungkin ada yang masih trauma dengan pengalaman erupsi tahun 2010 lalu,” ujar Suparmono.
Suparmono menuturkan, terdapat delapan unit barak pengungsian yang disiapkan di Kecamatan Cangkringan. Semua barak sudah dalam kondisi siap digunakan. Akan tetapi, baru barak yang berlokasi di Balai Desa Glagaharjo yang sudah terisi pengungsi.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Sleman Heru Saptono mengungkapkan, selain warga kelompok rentan, ratusan ternak juga tergolong yang diprioritaskan untuk dievakuasi. Total ada 294 ternak berupa sapi perah dan sapi pedaging yang akan dievakuasi. Evakuasi dilakukan secara bertahap mulai Senin ini.
Ternak berupa sapi perah akan dievakuasi lebih dahulu. Total sapi perah milik warga berjumlah 94 ekor. Sapi perah membutuhkan penanganan khusus sehingga penting agar dapat dievakuasi secepat mungkin. Adapun lokasi evakuasi sapi perah berada di kandang komunal di Dusun Singlar, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY. Jarak kandang tersebut sekitar 8,5 km dari puncak Merapi.
”Ini tahap awal, yang dievakuasi sapi perah. Sebab, treatment-nya (sapi perah) berbeda dengan sapi potong (pedaging). Risiko stresnya juga tinggi. Jadi, kami awali dengan sapi perah. Sambil mempersiapkan tempat, secara bertahap, sapi potong juga akan kami evakuasi,” kata Heru.