Sejumlah Pengungsi di Magelang Mulai Mengeluhkan Sakit
Sejumlah pengungsi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai mengeluhkan sakit seperti flu, demam, batuk, dan gatal-gatal. Dinas kesehatan setempat menyiapkan layanan kesehatan selama 24 jam dalam sehari.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sejumlah warga yang mengungsi di berbagai lokasi pengungsian di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai mengeluhkan sakit seperti flu, demam, batuk, dan gatal-gatal. Pemerintah setempat menyediakan layanan kesehatan yang beroperasi selama 24 jam dalam sehari di sejumlah titik pengungsian.
Memasuki hari keempat tinggal di pengungsian, sejumlah warga yang dievakuasi dari kawasan rawan bencana di Magelang mulai mengeluhkan sakit. Mayoritas sakit yang dikeluhkan pengungsi antara lain flu, demam, batuk, dan gatal-gatal.
Di pengungsian Balai Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, misalnya, pada Selasa (10/11/2020), ada 18 orang yang memeriksakan diri ke posko kesehatan. Mayoritas pengungsi yang memeriksakan diri adalah anak-anak.
Asyifa (8) memeriksakan diri karena mengeluhkan gatal-gatal di tangan. Ia mengaku mulai merasakan gatal-gatal pada Sabtu (7/11/2020). ”Rasanya gatal terus sedikit panas, tidak nyaman. Gatal-gatal muncul setelah saya bermain di tempat yang berdebu,” kata Asyifa.
Asyifa datang ke posko kesehatan dengan diantar oleh salah seorang sukarelawan. Ia lalu diberi obat dan mendapat penjelasan dari petugas kesehatan Puskesmas Borobudur.
Kondisi yang sama terjadi di pengungsian Balai Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan. Di tempat pengungsian tersebut, 160 orang dari jumlah total pengungsi 268 orang sudah berobat di posko kesehatan.
”Di sini rata-rata batuk dan pilek. Kemungkinan itu terjadi karena adanya perbedaan cuaca di kampung asalnya dan di sini (pengungsian),” kata Istip Saratul Adifa, petugas kesehatan dari Puskesmas Windusari.
Istip menuturkan, petugas kesehatan dan pengungsi yang berobat diwajibkan memakai masker. Sebelum masuk ke posko kesehatan, mereka juga diminta mencuci tangan dan diukur suhu tubuhnya. Pengungsi dewasa biasanya diukur tekanan darahnya.
”Setelah itu, kami tanya keluhannya apa, lalu kami beri obat. Namun, jika ada keluhan kesehatan berat yang memerlukan penanganan lanjutan, akan kami rujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat,” tuturnya.
Secara terpisah, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Oktora Kunto mengatakan, ada empat posko kesehatan yang siap melayani pengungsi selama 24 jam penuh. Empat posko itu berada di Balai Desa Deyangan, Balai Desa Banyurojo, Balai Desa Mertoyudan, dan di lapangan futsal Stofia Desa Tamanagung.
”Dari sembilan pengungsian, posko kesehatan berada di empat titik pengungsian. Adapun di tempat pengungsian yang tidak ada posko kesehatannya, masyarakat bisa berobat ke petugas kesehatan yang memberi pelayanan keliling,” kata Oktora.
Selain memberikan layanan kesehatan bagi pengungsi yang memiliki keluhan, dinas kesehatan juga memberikan vitamin kepada semua pengungsi. Tak hanya itu, petugas kesehatan juga rutin menyosialiasikan pola hidup bersih dan sehat serta mengajak pengungsi berolahraga. Hal itu dilakukan untuk menambah daya tahan tubuh pengungsi.
Hingga Selasa malam, jumlah pengungsi di Kabupaten Magelang sebanyak 830 orang. Jumlah pengungsi pada Selasa ini bertambah 18 orang dari jumlah pengungsi pada Senin (9/11/2020). Ratusan pengungsi itu berasal dari sejumlah dusun di empat desa, seperti Ngargomulyo, Krinjing, Paten, dan Keningar.