Tak Mau Repot, Warga Lereng Merapi di Magelang Mulai Jual Sebagian Ternak
Sebagian warga lereng Gunung Merapi di Kabupaten Magelang mulai menjual ternaknya. Selain karena belum memiliki kepastian tentang lokasi pengungsian ternak, mereka enggan kerepotan mengurus ternak saat mengungsi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sebagian warga lereng Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang tinggal di barak pengungsian mulai menjual ternaknya. Selain belum mendapat kejelasan soal lokasi pengungsian ternak, mereka tak ingin bebannya berlipat karena kerepotan mengurus ternak saat berada di pengungsian.
Novianto (23), warga Dusun Ngandong, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Magelang, mengatakan, beberapa hari setelah Gunung Merapi ditetapkan berstatus Siaga (Level III), pada Kamis (5/11/2020), dirinya langsung menjual dua dari empat ekor sapinya.
”Dua ekor sapi sengaja saya jual untuk mengurangi beban pikiran dan dua ekor lagi saya simpan sebagai tabungan,” ujarnya, Selasa (17/11/2020).
Dua ekor sapi yang dijual Novianto laku terjual dengan harga masing-masing Rp 16 juta. Menjual separuh ternaknya, menurut dia, setidaknya dapat membantu mengurangi kerugian karena saat Merapi erupsi, ternak hanya akan dihargai sangat murah, yakni 50 persen dari harga saat normal.
Adapun dua ekor sapi lainnya sengaja disimpan sebagai cadangan aset. ”Setidaknya dua ekor sapi tersebut bisa dijual saat kami membutuhkan uang untuk memulai hidup baru setelah erupsi,” ujarnya.
Upaya menjual sebagian ternak, menurut Novianto, juga dilakukan sejumlah warga dusun lain. Hal itu dilakukan karena hingga saat ini warga belum memiliki kejelasan tentang lokasi lahan yang bisa dipakai sebagai lokasi pengungsian ternak.
”Saat ini, pemerintah desa masih meninjau lokasi di Pasar Hewan Muntilan. Namun, kami juga belum tahu seberapa luas areal dan kapasitas lahan yang bisa kami tempati,” ujarnya. Dari pendataan, di Dusun Ngandong terdapat 46 ekor sapi dan 58 ekor kambing milik warga yang disiapkan untuk diungsikan.
Wahono (24), warga Dusun Karanganyar, Desa Ngargomulyo, mengatakan, salah seorang kerabatnya yang berencana mengungsi juga bersiap menjual dua ekor sapi miliknya.
”Kami menyarankan untuk segera menjual ternak saja. Terlalu repot jika nantinya saat kondisi mendesak, dia masih harus memikirkan mengangkut ternak untuk dibawa ke lokasi pengungsian,” ujar Wahono yang saat ini mengungsi di barak pengungsian di Desa Tamangagung, Kecamatan Muntilan.
Beberapa pekan lalu, Wahono sudah terlebih dahulu menjual seekor sapinya. Hal ini dilakukan karena dia baru saja mengalami kecelakaan sehingga sulit berjalan dan tidak lagi mampu mencari pakan bagi ternaknya.
Terlalu repot jika nantinya saat kondisi mendesak, dia masih harus memikirkan mengangkut ternak untuk dibawa ke lokasi pengungsian.
Sementara itu, Pemerintah Desa Kemiren di Kecamatan Srumbung juga sudah menyiapkan lokasi pengungsian bagi ternak. Desa Kemiren berjarak sekitar 6 kilometer dari Gunung Merapi dan bukan merupakan daerah yang direkomendasikan untuk segera mengungsikan warganya.
Meski demikian, Wiyono, salah seorang perangkat Desa Kemiren, mengatakan, masalah pengungsian ternak sudah mulai dipikirkan karena Desa Kemiren menjadi salah satu dari 19 desa yang masuk dalam kawasan rawan bencana III erupsi Gunung Merapi.
Masalah pengungsian ternak, menurut Wiyono, sudah dibicarakan dengan mitra desa yang menjadi calon lokasi pengungsian. ”Dua lokasi pengungsian tersebut sudah kami tinjau dan kami pastikan bisa menampung semua ternak milik warga Desa Kemiren,” ujarnya. Di Desa Kemiren terdapat 82 ekor sapi dan 351 ekor kambing.