Obyek Wisata Ditutup, Warga Lereng Merapi Kembali Bertani
Pengelola tempat wisata di Kabupaten Magelang mematuhi imbauan pemerintah untuk menutup 13 obyek wisata dalam radius 10 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Untuk sementara, mereka kembali mengandalkan hasil bertani.
Oleh
KRISTI UTAMI/PANDU WIYOGA
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sebanyak 13 obyek wisata di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang berada dalam radius 10 kilometer dari puncak Gunung Merapi, ditutup sejak status gunung tersebut ditetapkan Siaga (level III). Warga di lereng Merapi yang biasanya bekerja di sektor wisata pun kembali bertani.
Ketua Forum Daya Tarik Wisata Kabupaten Magelang Edward Alfian, Rabu (18/11/2020), mengatakan, tempat-tempat wisata di lereng Merapi baru mulai beroperasi secara terbatas akhir Juni 2020 setelah tutup selama empat bulan akibat pandemi Covid-19. Kini, mereka harus tutup lagi sejak 9 November akibat peningkatan aktivitas Merapi.
”Sebenarnya, pengelola sudah siap mitigasi saat terjadi bencana, tetapi tidak semua pengunjung siap menghadapi erupsi Merapi. Maka, kami mematuhi imbauan kepala daerah untuk menutup obyek wisata karena keselamatan tetap yang utama,” kata Edward.
Pada 9 November, Bupati Magelang Zaenal Arifin mengatakan, penutupan tempat wisata yang berada dalam radius 10 kilometer dari puncak Gunung Merapi mendesak dilakukan demi keselamatan bersama. Penutupan bersifat dinamis, menyesuaikan status Merapi.
Pantauan Kompas, semua obyek wisata dalam radius 10 km dari puncak Merapi memang sudah tutup. Namun, masih ada sejumlah warga yang mengunjungi obyek-obyek wisata tersebut meskipun mereka tetap tidak diizinkan masuk oleh penjaga.
Penjaga loket di obyek wisata Air Terjun Kedung Kayang, Kecamatan Sawangan, Singgih (27), mengatakan, meskipun sudah dilarang, masih ada segelintir pengunjung yang tetap memaksa masuk. Padahal, obyek wisata itu berada di lokasi rawan dekat aliran sungai yang pada 2010 dilewati lahar hujan Gunung Merapi.
Semua warung di obyek wisata Air Terjun Kedung Kayang sudah tutup sejak 9 November 2020. Menurut Singgih, ada lebih kurang 25 orang yang terpaksa berhenti berjualan. ”Tahun ini, lebih banyak tutup daripada beroperasi. Kemarin (pandemi) Covid-19, sekarang (erupsi) Merapi,” ucapnya.
Beberapa hari setelah Air Terjun Kedung Kayang ditutup, Singgih mengaku beralih mata pencarian dengan menanam cabai. Sebenarnya, bertani pun bukan tanpa risiko. Tanaman petani di lereng Merapi terancam musnah jika terkena abu erupsi.
Hal senada dikeluhkan Sukriyah (44), penjual makanan di obyek wisata Ketep Pass. Ia mengaku, hanya segelintir pedagang yang bertahan melayani pengendara yang lewat. Mayoritas pedagang di obyek wisata itu untuk sementara kembali bertani.
”Kalau nanti sangat sepi pembeli, saya juga akan kembali bertani. Saya mau jual bibit sayur,” kata Sukriyah.
Singgih dan Sukriyah berharap pemerintah dapat memberikan stimulus ekonomi terhadap warga yang selama ini bergantung pada sektor pariwisata. Mereka khawatir sektor pertanian yang kini menjadi gantungan hidup mereka satu-satunya akan lumpuh ketika erupsi terjadi.