Tingkatkan Tes, Telusur, dan Tindakan Covid-19 di Kota Semarang
Calon petahana Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, kesiapan fasilitas kesehatan di Semarang dalam menangani Covid-19 terkendali. Panelis menilai, peningkatan 3T perlu diupayakan dalam menangani Covid-19.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pendalaman materi dan penajaman visi-misi pasangan calon pada Pemilihan Wali Kota Semarang, Jawa Tengah, digelar Rabu (18/11/2020). Selain pendidikan, sosial budaya, dan pembangunan daerah, penanganan Covid-19 juga menjadi salah satu tema yang dibahas dalam acara tersebut. Panelis menilai, tes Covid-19 perlu diintensifkan.
Pendalaman materi dan penajaman visi misi merupakan pengganti debat karena Pilwalkot Semarang 2020 hanya diikuti satu paslon, yakni Hendrar Prihadi-Hevearita Gunaryanti Rahayu, yang juga wali kota dan wakil wali kota petahana. Pertanyaan diberikan oleh lima panelis serta warga Kota Semarang melalui tayangan video.
Hendrar mengatakan, penanganan Covid-19 di Kota Semarang relatif terkendali jika melihat kesiapan fasilitas kesehatan dalam menampung pasien. ”Dari semua RS, ditambah (rumah isolasi) di rumah dinas wali kota dan Diklat Kota Semarang, kapasitas total ada 1.100 (unit). Periode puncak ialah awal Juli,” katanya.
Hendrar menuturkan, pada awal Juli 2020, jumlah pasien terkonfirmasi Covid-19 yang dirawat atau isolasi mencapai 976 orang. Namun, jumlahnya turun hingga sempat 300 orang, kemudian naik lagi menjadi sekitar 500 orang. Menurut dia, tak pernah ada pasien Covid-19 yang tak mendapat tempat untuk dirawat.
”Semua bisa saling bertukar (layanan), misalnya saat di RS Dr Kariadi penuh, bisa ke RSWN (RSUD KRMT Wongsonegoro), RS Telogorejo (swasta), dan lainnya. Kami serius akan hal ini. APBD untuk penanganan kesehatan hampir Rp 280 miliar, antara lain untuk pembelian alat, obat, dan jasa tenaga kesehatan,” ujarnya.
Rektor Universitas PGRI Semarang Muhdi, yang menjadi salah satu panelis acara itu, mengatakan, secara umum, paslon mampu menjawab pertanyaan dengan baik meski ada keterbatasan waktu. Pengalaman Hendrar, yang sudah 1,5 periode (sempat menjadi Plt Wali Kota) membuat dirinya menguasai permasalahan.
Akan tetapi, menurut Muhdi, perlu ada peningkatan 3 T (testing, tracing, dan treatment) Covid-19 di Kota Semarang. ”Yang dipilih, kan, PKM (pembatasan kegiatan masyarakat). Artinya, bukan pilihan tegas, melainkan ada keseimbangan (ekonomi dan kesehatan). Namun, risiko terpapar, kan, semakin tinggi. Karena itu, 3T perlu ditingkatkan,” katanya.
Menurut data pada laman informasi Covid-19 Pemkot Semarang, Rabu (18/11) sore, terdapat 12.105 kasus positif kumulatif dengan rincian 541 orang dirawat, 10.506 orang sembuh, dan 1.058 orang meninggal. Sebagian orang dalam data tersebut merupakan warga luar Kota Semarang.
Hendrar merupakan calon petahana Wali Kota Semarang yang sempat terinfeksi Covid-19 pada awal November 2020. Setelah mendapat perawatan 10 hari di RSUP Dr Kariadi, ia diperbolehkan pulang, setelah tiga hari sebelumnya dinyatakan Covid-19. Menurut Hendrar, hal itu menjadi pembelajaran.
”Kata orang, Covid-19 itu konspirasi, harus dipatahkan. Saya bukan OTG (orang tanpa gejala) karena ada gangguan klinis seperti demam tinggi dan batuk. Namun, saya diobati pada waktu dan penanganan yang tepat. Yang penting saat ini, terus cegah dengan memakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Meski seperti sepele, itu yang membuat kita jauh dari Covid-19,” ucapnya.
Pendidikan
Terkait dengan pendidikan, Hendrar menuturkan, pihaknya memberi perhatian kepada anak-anak yang putus sekolah. Beasiswa diberikan tak hanya kepada anak-anak yang berprestasi, tetapi juga pada yang miskin. Selain pendidikan, kesehatan menjadi fokusnya. Maka, warga dipastikan tak sulit mengakses layanan kesehatan.
Lebih lanjut, Hendrar juga mengatakan pihaknya menggandeng anak-anak muda untuk terlibat dalam pembangunan. ”Kami memfasilitasi keterampilan anak-anak muda. Pola pembangunan dengan merangkul generasi milenial diharapkan membuat mereka semakin cinta dan bangga dengan kotanya,” ujar Hendrar.
Sementara itu, Hevearita menjelaskan, mulai 2020, Pemkot Semarang juga memberi bantuan kepada 40 sekolah swasta, tingkat TK, SD, dan SMP. ”Nanti, jumlahnya akan bertambah. Tak hanya bantuan pada sekolahnya, tetapi juga kesejahteraan pada guru-guru swasta. Jadi, diperlakukan sama seperti sekolah negeri,” katanya.
Muhdi mengemukakan, Kota Semarang kini telah menjadi salah satu tujuan bagi warga Indonesia yang ingin bersekolah. ”Oleh karena itu, mutu harus ditingkatkan. Karena ini kota pelajar, (dukungan) jangan hanya yang jadi kewenangannya saja (Pemkot hingga tingkat SMP), tetapi juga SMA dan perguruan tinggi,” ujarnya.