Ratusan Warga Lereng Merapi Tinggalkan Pengungsian
Sebanyak 356 pengungsi meninggalkan dan membiarkan dua lokasi pengungsian di Kabupaten Magelang kosong. Ketidakpastian kondisi Merapi memicu reaksi warga untuk kembali pulang ke rumah.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Di tengah ketidakpastian tentang aktivitas Gunung Merapi, para pengungsi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, semakin banyak yang meninggalkan lokasi pengungsian. Selain jenuh dan ingin kembali beraktivitas di rumah, aktivitas Gunung Merapi dinilai belum terlalu membahayakan warga sekitar.
Dengan kondisi tersebut, lokasi pengungsian yang sebelumnya tersebar di sembilan lokasi kini tersisa tiga lokasi. Adapun jumlah pengungsi yang pada pertengahaan November mencapai lebih dari 800 orang, kini tinggal 283 orang.
Aliran kepulangan pengungsi terjadi mulai akhir November. Pada Senin (14/12/2020), warga Dusun Babadan di Desa Paten dan warga tiga dusun di Desa Keningar, Kecamatan Dukun, yang semula mengungsi di Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, dan Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, berbondong-bondong pulang.
Wahyudi, koordinator pengungsi asal Dusun Babadan I, Desa Paten, memastikan mereka baru akan kembali mengungsi saat kondisi sudah mendesak. ”Kami baru akan kembali mengungsi jika Gunung Merapi mengalami peningkatan status menjadi Awas (level IV),” ujarnya, Senin (14/12/2020).
Keinginan untuk pulang tersebut dituangkan dalam surat pernyataan yang ditandatangani perwakilan dari tujuh RT dari Dusun Babadan I. Menyadari bahwa yang dilakukannya adalah inisiatif sendiri, Wahyudi mengatakan, warga menyatakan siap menghadapi segala situasi saat berada di rumah.
”Saat berada di rumah, kami menyatakan siap untuk menghadapi berbagai perubahan dan peningkatan aktivitas vulkanik Merapi. Kami siap bergerak cepat, mengungsi mendadak saat gunung akan meletus,” ujarnya.
Bambang, salah seorang perangkat Desa Paten, mengatakan, warga Dusun Babadan I sudah berkeinginan pulang sejak 30 November. Namun, karena saat itu Pemerintah Kabupaten Magelang menetapkan perpanjangan pertama masa tanggap darurat bencana erupsi Merapi hingga 14 Desember, warga bisa ditenangkan. Namun, kali ini, keinginan warga tak terbendung.
Kepala Desa Keningar Rohmat Sayidin mengatakan, 70 warga dari tiga dusun di Desa Keningar yang sebelumnya mengungsi di dua lokasi memutuskan untuk pulang ke rumah, Senin (14/12/2020).
Selain karena jenuh di pengungsian, mereka menilai kondisi saat ini relatif aman untuk kembali bekerja dan tinggal di rumah. (Rohmat Sayidin)
Selain karena jenuh di pengungsian, mereka juga menilai kondisi saat ini relatif aman untuk kembali bekerja dan tinggal di rumah. ”Hingga saat ini, suara gemuruh dari Merapi masih sering terdengar. Namun, bagi warga yang tinggal di lereng gunung, suara semacam itu memang biasa,” ujar Rohmat.
Rohmat mengatakan, Pemerintah Desa Keningar sama sekali tidak merekomendasikan warga untuk kembali pulang. Namun, dia pun tidak bisa melakukan apa-apa saat warga mendesak kembali ke rumah.
Desa Keningar sebenarnya tidak termasuk dalam desa yang direkomendasikan mengungsi karena berjarak sekitar 7 kilometer dari Gunung Merapi. Namun, pada Minggu (9/11/2020), warga tiga dusun di Desa Keningar memutuskan mengungsi karena takut akan ancaman bahaya erupsi.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, dengan belum adanya penurunan status Gunung Merapi dan bahaya erupsi yang masih mengancam, Pemkab Magelang kembali memperpanjang masa tanggap darurat erupsi untuk kedua kali, dari sebelumnya berlaku 1-14 Desember, diperpanjang 15-31 Desember 2020.
Kendati demikian, karena aktivitas Gunung Merapi sulit ditebak, BPBD Kabupaten Magelang pun tidak bisa bersikap terlalu keras dengan melarang warga meninggalkan lokasi pengungsian. ”Kami sebenarnya hanya meminta agar setidaknya kelompok rentan tetap bertahan di pengungsian. Namun, hal itu ternyata tetap sulit dilakukan,” ujarnya.