Rumah Sakit di Jateng Butuh Tambahan 914 Perawat dan 26 Dokter
Hingga 13 Desember 2020, sebanyak 64 RS di Jateng mengajukan penambahan tenaga medis. Kebutuhan tambahan perawat yakni 914 orang, sedangkan dokter 26 orang.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berupaya memenuhi kebutuhan tambahan 914 perawat dan 26 dokter dalam penanganan Covid-19. Selain itu, penambahan tempat tidur rumah sakit untuk ruang isolasi ataupun perawatan intensif (ICU) juga diperlukan.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, di Kota Semarang, Senin (14/12/2020), menuturkan, hingga 13 Desember 2020, sebanyak 64 RS di Jateng mengajukan penambahan tenaga medis dan ruang rawat. Kebutuhan tambahan perawat yakni 914 orang, dengan rincian 629 untuk ruang isolasi dan 285 untuk ICU. Adapun penambahan dokter sebanyak 26 orang, terdiri dari 21 orang untuk ruang isolasi dan 5 orang untuk ICU.
”Ini sedang kami lakukan penambahan terus-menerus. Kami bekerja sama dengan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dan PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) di Jateng,” ucap Ganjar.
Beberapa pekan lalu, sejumlah rumah sakit di Jateng dalam kondisi penuh, antara lain di Kota Solo, Kabupaten Wonosobo, dan sebagian Kota Semarang. Guna menambah kapasitas pelayanan, perlu ditambah tenaga kesehatan, termasuk perawat dan dokter.
Selain itu, penambahan juga dilakukan untuk tempat tidur RS di ruang isolasi dan ICU. Ganjar menuturkan, ruang isolasi rumah sakit-rumah sakit lini satu bertambah dari 1.176 tempat tidur (TT) menjadi 1.320 tempat tidur. Sementara pada ICU RS lini satu bertambah dari 99 tempat tidur menjadi 132 tempat tidur.
Adapun pada RS lini dua, kapasitas ruang isolasi bertambah dari 2.374 tempat tidur menjadi 2.723 tempat tidur, sedangkan ICU bertambah dari 185 tempat tidur menjadi 268 tempat tidur. ”Sementara untuk RS lini tiga, tempat tidur ruang isolasi bertambah dari 2.388 unit menjadi 6.978 unit, sedangkan ICU bertambah dari 154 tempat tidur menjadi 415 tempat tidur,” kata Ganjar.
Berdasarkan data laman corona.jatengprov.go.id yang dimutakhirkan Senin (14/12/2020) pukul 12.00, terdapat 72.479 kasus positif kumulatif dengan rincian 10.309 orang dirawat, 57.731 orang sembuh, dan 4.439 orang meninggal. Total ada penambahan 1.554 kasus positif dalam 24 jam terakhir.
Sementara itu, Kabupaten Wonosobo menjadi daerah dengan kasus aktif (isolasi/dirawat) tertinggi di Jateng. Menurut data pada laman corona.wonosobokab.go.id, Senin (14/12/2020) sore, terdapat 3.793 kasus positif kumulatif dengan rincian 1.743 orang dirawat, 1.859 orang sembuh, dan 191 orang meninggal.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Wonosobo Jaelan Sulat menuturkan, kluster penularan tertinggi pada kluster sosial. ”Seperti hajatan, takziyah, dan lainnya. Lalu, disusul kluster rumah tangga dan perkantoran,” kata Jaelan, dihubungi dari Semarang, Senin.
Tak ikuti pedoman
Tingginya kasus aktif di Wonosobo, antara lain, karena aktifnya tes dan pelacakan. Selain itu, Pemkab Wonosobo tidak menggunakan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 Kemenkes Revisi ke-5. Dalam pedoman itu disebutkan orang tanpa gejala (OTG) tak perlu dilanjutkan dengan menjalani tes reaksi rantai polimerase (PCR). Pasien dinyatakan sembuh setelah diisolasi selama 10 hari.
Pasien Covid-19 bergejala ringan dan sedang pun bisa dinyatakan sembuh tanpa menjalani tes PCR lanjutan. Pasien dinyatakan selesai isolasi setelah 10 hari isolasi sejak tanggal awal gejala, ditambah tiga hari setelah tak menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan. Sementara gejala berat perlu evaluasi tes usap PCR.
Jaelan menuturkan, berdasarkan kesepakatan dengan tiga rumah sakit di Wonosobo, pasien Covid-19, baik OTG maupun bergejala, harus tes usap PCR sebelum dinyatakan sembuh. ”Minimal satu kali negatif. Kami tidak takut angka kasus kami tinggi, yang utama pelayanan bagi masyarakat bisa dilakukan sebaik-baiknya,” ujarnya.