Kasus Naik Signifkan, Sulsel Kembali Pertimbangkan PSBB
Opsi PSBB di beberapa wilayah di Sulsel kini kembali ditinjau seiring lonjakan kasus Covid-19 sejak awal Desember.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Sejak awal Desember, pertumbuhan kasus Covid-19 meningkat signifikan di Sulawesi Selatan. Saat ini, pemerintah mulai melakukan pembatasan parsial dan pengetatan protokol kesehatan. Opsi menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pun mulai dipertimbangkan lagi, terutama untuk wilayah yang tingkat pertumbuhan kasusnya tinggi.
Hal ini dikatakan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah kepada Kompas, Senin (21/12/2020). Dia menjelaskan, situasi saat ini menunjukkan kenaikan signifikan pada kasus konfirmasi positif Covid-19. Walau mengaku hal ini, antara lain, disebabkan makin gencarnya pemeriksaan spesimen, Nurdin juga sepakat pembatasan harus dilakukan.
”Pemeriksaan spesimen memang makin banyak. Kalau sebelumnya hanya berkisar 1.300-1.700 spesimen (per hari), beberapa hari ini di angka 3.000-an. Bahkan, dua hari terakhir 3.700-3.900 spesimen. Itulah mengapa makin banyak kasus ditemukan,” ujar Nurdin.
Akan tetapi, dia menambahkan, situasi yang terjadi saat ini menjadi perhatian penuh. ”Saya sudah meminta pembatasan dilakukan. Bahkan, jika kondisi memburuk, kami mempertimbangkan opsi PSBB. Untuk ini, saya menunggu masukan tim pakar,” kata Nurdin.
Pembatasan parsial yang akan dan saat ini sebagian sedang dilakukan di antaranya pembatasan waktu operasional pada sejumlah tempat, seperti restoran, warung kopi, kafe, pasar, dan pusat bisnis. Kafe dan restoran, misalnya, akan dibatasi waktu operasionalnya hingga pukul 19.00.
Gubernur bahkan telah mengimbau semua pemerintah kota/kabupaten di Sulsel untuk membatasi warganya datang ke Makassar, begitu juga sebaliknya, warga Makassar diimbau tak ke luar kota dulu, terutama untuk masa liburan Natal dan Tahun Baru. Perayaan pesta pergantian tahun pun dilarang di semua wilayah. Operasi Lilin Natal dan Tahun Baru dari kepolisian saat ini difokuskan untuk mengawasi pergerakan warga.
Kenaikan ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Dihubungi terpisah, Prof Ridwan Amiruddin, epidemiolog Universitas Hasanuddin yang juga tim pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sulsel, mengatakan, memasuki Desember 2020, pertumbuhan kasus Covid-19 mengalami ekskalasi yang signifikan.
Jumlah kasus aktif meningkat menjadi 19 persen, begitu juga positivity rate (rasio kasus positif) naik dari 12 persen menjadi 17-20 persen. ”Kenaikan ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Ridwan.
Yang juga mengkhawatirkan, kata Ridwan, angka kesembuhan mengalami penurunan dari 90 persen pada akhir November menjadi 79 persen saat ini. Angka penggunaan tempat tidur isolasi pun semakin meningkat dan sekarang sudah di angka 54 persen dari sebelumnya 35-39 persen.
Sebagai gambaran, tambahan kasus konfirmasi positif pada Minggu (20/12) berada di angka 489. Sehari sebelumnya, jumlahnya 391. Pada Jumat (18/12), tambahan kasus dalam sehari bahkan mencapai 549. Ini adalah angka kasus harian tertinggi sejak pandemi. Sebelum Desember, kasus harian berada di kisaran puluhan hingga paling tinggi 150 kasus. Peningkatan ini di antaranya disebut sebagai dampak pilkada dan kluster keluarga.
”Pergerakan indikator ke arah yang kurang baik tersebut menunjukkan alarm yang sangat keras bagi kita semua untuk memberikan perhatian yang sangat serius dalam mengambil langkah mitigasi strategis guna memutus mata rantai transmisi. Saat ini, pembatasan parsial sudah harus dilakukan. Jika keadaan makin memburuk, PSBB bisa jadi salah satu opsi,” kata Ridwan.
Ridwan mengatakan, untuk memutus mata rantai penularan Covid-19, pemerintah harus melakukan beberapa hal, di antaranya mengendalikan agen dengan vaksin, alkohol, dan lainnya. Selain itu, mengurangi interaksi sosial, dan perlindungan populasi dengan peningkatan imunitas. Penggunaan masker, menjaga jarak, cuci tangan, dan penerapan pola hidup bersih dan sehat juga harus dimaksimalkan.
Selain itu, aksi lapangan harus dilaksanakan segera dengan operasi yustisi dan pembatasan jam malam semua penduduk. Semua warga diimbau berdiam di rumah, kecuali untuk urusan yang sangat penting. Pembatasan jam pasar rakyat juga harus dilakukan dan dibuka hanya untuk pemenuhan kebutuhan esensial.
”Sepanjang kita menganut ekonomi juga harus tumbuh, maka ketahuilah Covid-19 ini kecepatan pertumbuhannya lima hingga enam kali dari yang kita bayangkan. Tidak ada yang mudah pada keadaan ini. Namun, dengan disiplin yang tinggi, kita dapat melewatinya dengan baik,” katanya.