Sebelas Kecamatan di Kota Langsa dan Aceh Utara Terendam Banjir
Kajian risiko bencana Aceh 2016-2020 yang disusun Badan Penanggulangan Bencana Aceh menyebutkan, 19 kabupaten/kota di Aceh memiliki risiko tinggi terhadap bencana banjir. Potensi terbesar ada di kawasan utara-timur.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
LANGSA, KOMPAS — Banjir yang melanda Kota Langsa, Aceh, meluas hingga merendam lima kecamatan. Ribuan rumah warga terendam dan jalan protokol di pusat kota juga ikut terendam sehingga arus transportasi terhambat. Sementara di Aceh Utara, banjir kembali menggenangi enam kecamatan.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Langsa Riza Pati, Minggu (3/1/2021), menuturkan, banjir menggenangi 1.555 rumah warga di lima kecamatan, yaitu Langsa Baro, Langsa Barat, Langsa Kota, Langsa Timur, dan Langsa Lama. Namun, jumlah desa yang terendam masih dalam pendataan. Ketinggian air mencapai 60 sentimeter.
”Korban terdampak mencapai 6.937 jiwa, sedangkan jumlah pengungsi masih dalam pendataan,” kata Riza.
Ia mengatakan, banjir mulai terjadi pada Sabtu (2/1/2021). Sungai Seulalah di pusat kota meluap setelah dua hari diguyur hujan deras. Hujan deras juga melanda kawasan hulu, di Aceh Timur sehingga memicu kenaikan debit air sungai dengan cepat. Pada hari Sabtu, baru empat kecamatan yang dilaporkan terdampak banjir.
”Kami melakukan patroli ke lokasi banjir dan menyalurkan logistik kepada para warga yang terdampak banjir. Hingga saat ini, hujan masih mengguyur dan banjir semakin meluas,” kata Riza.
Banjir juga kembali melanda sejumlah daerah di Kabupaten Aceh Utara. Pada Minggu (3/1/2020), banjir melanda enam kecamatan, yakni Lhoksukon, Pirak Timu, Tanah Luas, Matangkuli, Simpang Keuramat, dan Syamtalira Bayu. Ketinggian air di permukiman warga berkisar 20 sentimeter hingga 1 meter.
Kepala BPBD Aceh Utara Amir Hamzah mengatakan, banjir terjadi sejak Sabtu (2/1/2021) setelah Sungai Keureuto, Sungai Pirak, dan Sungai Pase meluap. Sungai tersebut semakin sering meluap karena terjadi pendangkalan.
”Ada tanggul sungai di Lhoksukon yang jebol. Ini mendesak untuk diperbaiki,” kata Amir.
Ia mengatakan, warga harus waspada terhadap banjir susulan mengingat banjir parah yang terjadi pada awal Desember 2020 lalu menelan korban jiwa. Apalagi, saat ini debit air sungai terus naik.
Ada tanggul sungai di Lhoksukon yang jebol. Ini mendesak untuk diperbaiki.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Blang Bintang, Aceh, Zakaria Ahmad mengatakan, pada 4-5 Januari 2021, kawasan Aceh Timur, Langsa, Gayo Lues, dan Aceh Tamiang berpotensi dilanda hutan dengan intensitas tinggi. Warga diminta mewaspadai potensi hujan itu.
Kajian risiko bencana Aceh 2016-2020 yang disusun Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyebutkan, 19 kabupaten/kota di Aceh memiliki risiko tinggi terhadap bencana banjir. Kawasan utara-timur Aceh menjadi kawasan dengan potensi banjir paling besar. Adapun luas lahan yang digenangi banjir di Aceh mencapai 1,5 juta hektar. Dari 5,5 juta penduduk Aceh, sebanyak 4,2 juta jiwa berpotensi terdampak banjir.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Muhammad Nur menyatakan, secara umum penyebab banjir di Aceh adalah kerusakan daerah resapan dan kerusakan daerah aliran sungai.
Daerah seperti Kota Langsa yang berada di pesisir, daerah rendah di hilir, akan selalu menjadi langganan banjir kiriman dari hulu. ”Masalahnya, kondisi hutan di hulu rusak. Makanya, daerah hilir yang rendah akan terendam,” kata Nur.
Ia menambahkan, untuk mitigasi banjir diperlukan pemulihan hutan, perbaikan infrastruktur, dan penggunaan kawasan sesuai fungsi.