Awal 2021, di Kota Malang Rata-rata Empat Orang Meninggal akibat Covid-19
Tingkat kematian akibat Covid-19 di Malang mencapai 9,4 persen. Jumlah tersebut jauh di atas tingkat kematian Jawa Timur sebesar 6,97 persen dan tingkat kematian nasional 2,9 persen.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
Jangan anggap enteng Covid-19. Di Kota Malang, tanpa disadari, rata-rata lebih dari 3 orang (hampir 4 orang) setiap hari meninggal akibat Covid-19 pada awal tahun 2021 ini. Untuk itu, masyarakat diharapkan mematuhi protokol kesehatan dengan ketat agar tidak tertular Covid-19.
Pada 1-12 Januari 2021, jumlah kasus Covid-19 di Kota Malang terus bertambah. Penambahan kasus baru rata-rata mencapai 53 kasus setiap hari. Sedangkan jumlah kesembuhan jauh lebih kecil, yaitu rata-rata 49,6 kasus setiap hari selama 12 hari.
Hal yang lebih mengerikan adalah rata-rata kematian mencapai 3,8 kasus atau hampir 4 orang setiap hari meninggal dunia akibat Covid-19 (selama 12 hari terakhir). Padahal, Kota Malang diketahui memiliki fasilitas kesehatan yang memadai dan baik.
”Untuk penambahan kasus harian sebenarnya bisa menunjukkan bahwa jangkauan tes kita semakin luas. Ini artinya bisa jadi seperti itu. Namun, untuk jumlah kematiannya memang cukup tinggi. Ini harus dihadapi bersama. Oleh karena itu, jangan anggap enteng Covid-19 dan terus patuhi protokol kesehatan,” kata Wali Kota Malang Sutiaji, Rabu (13/1/2021).
Salah satu dugaan tingginya angka kematian Covid-19 di Malang adalah terlambatnya pasien mendapatkan penanganan. Pasien datang dalam kondisi sudah parah. Mereka sebagian khawatir memeriksakan diri sejak awal.
Cara untuk mengurangi angka kematian itu, menurut Sutiaji, adalah mendorong orang untuk tidak takut memeriksakan diri jika memang sakit. warga sekitar, RT/RW, diharapkan mampu menjadi garda awal pendeteksi tetangganya yang sakit dan butuh dirujuk ke rumah sakit.
”Semua kembali pada tingkat kesadaran dan kejujuran masyarakat. Kalau mereka sadar dan mau jujur dengan kondisinya, mereka akan berani melaporkan kondisi kesehatannya agar segera tertangani dan tidak sampai menulari orang lain. Harapannya, semua masyarakat memiliki kesadaran, kejujuran, dan keberanian seperti itu,” kata Sutiaji.
Disegarkan
Staf Ahli Kepala Polri Bidang Ekonomi Wildan Syafitri mengatakan, pada situasi sekarang ini, yaitu saat orang mulai bosan dan abai dengan protokol kesehatan penanganan Covid-19, justru seharusnya menjadi momentum tepat untuk menyegarkan kembali semangat kampung-kampung tangguh dalam menangani Covid-19.
”Kampung tangguh pada awalnya bersifat literasi penanganan Covid-19. Sekarang, saat semua sudah paham dan menjadi sistem, maka butuh disegarkan kembali agar orang kembali bersemangat dalam menangani Covid-19,” kata Wildan.
Disegarkan kembali tersebut, misalnya, jika selama ini tanggung jawab dan kesadaran terkait Covid-19 sudah diserahkan kepada individu, maka saat ini tidak ada salahnya kembali meningkatkan kepedulian sosial dengan mendorong tetangga sekitar untuk kembali peduli.
Kampung Tangguh pada awalnya bersifat literasi penanganan Covid-19. Sekarang, saat semua sudah paham dan menjadi sistem, maka butuh disegarkan kembali agar orang kembali bersemangat dalam menangani Covid-19. (Wildan Syafitri)
Awal pandemi, orang masih bingung bagaimana penanganannya sehingga butuh tim khusus RT-kelurahan yang menanganinya. Sekarang, mungkin orang sudah paham sistemnya dan akhirnya penanganannya diserahkan kepada pribadi tiap-tiap orang.
”Misalnya, kalau ada tetangga/teman kena, kita bisa turut melaporkannya ke RT agar penanganannya lebih cepat,” kata Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya tersebut. Kepedulian tersebut, menurut Wildan, juga harus meliputi dukungan sosial lain, seperti sumbangan bahan makan.
Gambaran perlunya penyegaran kembali peran sekitar terhadap penanganan Covid-19, misalnya, tampak pada situasi di salah satu perumahan di Jalan Pahlawan, Kota Malang.
Dahulu, saat pertama kali ada kasus Covid-19 menimpa warga di sana, maka dengan cepat dibentuk grup WA penanganan bersama, terdiri dari warga sekitar, RT, puskesmas, sampai kelurahan. Mereka bahu-membahu mengarahkan dan mengedukasi masyarakat mengenai penanganan Covid-19 tersebut. Namun, kian ke belakang, hal itu tidak terjadi lagi. Bisa jadi, mereka dianggap sudah tahu apa yang harus dilakukan.
Emanuel, salah seorang warga di perumahan Jalan Pahlawan, mengatakan, dahulu saat ada kasus Covid-19 menimpa keluarga di perumahan itu, Pemkot Malang langsung bergerak cepat membentuk grup WA terdiri dari warga, RT, kelurahan, puskesmas, ahli gizi, dan seterusnya.
Grup itu menjadi wadah sosialisasi dan pengarahan warga dalam menangani kasus. Kini, mungkin karena sudah saking banyaknya kasus atau karena sudah dianggap paham sendiri, maka hal itu tidak terjadi lagi. Padahal, kasus baru masih terus terjadi. Bisa jadi juga orang sudah mulai lelah dan bosan.
Dengan masih tingginya ancaman Covid-19, Emanuel berharap sistem penanganan Covid-19 yang awalnya bagus di Kota Malang kembali berjalan. ”Harapannya, penanganan yang bagus seperti itu terus berjalan. Jangan sampai kita panas dan terlalu bersemangat di awal, tetapi melempem di belakang. Kita tidak tahu sampai kapan dan berapa lama pandemi Covid-19 ini akan terjadi di negeri ini,” katanya.
Hingga saat ini, Kota Malang merupakan salah satu kota di Jawa Timur dengan tingkat kematian tinggi akibat Covid-19. Per Selasa (12/1/2021), jumlah kasus meninggal 412 kasus dari total 4.340 kasus. Artinya, tingkat kematian masih 9,4 persen. Jumlah tersebut jauh di atas tingkat kematian Jawa Timur sebesar 6,97 persen dan tingkat kematian nasional 2,9 persen.