Stok batubara yang menjadi bahan bakar PLTU Indramayu, Jawa Barat, hanya tersisa tiga hari ke depan. Cuaca buruk dan bencana di daerah produsen membuat pasokan terganggu.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Stok batubara yang menjadi bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU Indramayu, Jawa Barat, hanya tersisa tiga hari ke depan. Penyebabnya, antara lain, cuaca buruk dan bencana banjir di daerah pemasok batubara. Kesulitan pasokan batubara bisa menyebabkan pemadaman listrik.
”Batubara di PLTU Indramayu untuk tiga hari lagi. Jumlahnya sekitar 36.000 metrik ton,” kata Okky Kusuma Nugraha, Supervisor Umum dan CSR (Corporate Social Responsibility) PT Pembangkitan Jawa-Bali Unit Bisnis Jasa Operation dan Maintenance PLTU Indramayu, saat dihubungi, Rabu (27/1/2021), di Indramayu.
PLTU Indramayu berlokasi di Desa Sumuradem, Kecamatan Sukra. Pembangkit yang dikelola anak perusahaan PT PLN ini memiliki kapasitas 3 x 330 megawatt (MW). Dalam sehari, operasional pembangkit ini membutuhkan 12.000 metrik ton batubara.
Namun, menurut Okky, stok batubara kian menipis. Sejak awal tahun, setiap hari, hanya ada satu tongkang yang melakukan bongkar muat batubara sekitar 8.000 metrik ton. Padahal, sebelumnya, minimal ada dua kapal yang membongkar batubara.
”Ketersediaan (stok) batubara biasanya untuk 30 hari atau sekitar 340.000 metrik ton. Namun, sekarang, hanya bisa tigahari saja,” ujar Okky. Menurut dia, sejumlah penyebab minimnya pasokan batubara adalah cuaca buruk dan bencana di daerah produsen, yakni Sumatera serta Kalimantan.
”Tidak hanya Indramayu, PLTU di daerah lain juga kondisinya sama. Kami berharap pasokan batubara segera normal,” ujarnya. Okky tidak menampik minimnya pasokan batubara bisa berujung pada pemadaman listrik sehingga merugikan masyarakat.
Hingga kini, katanya, PLTU Indramayu belum berencana melakukan pemadaman bergilir akibat kekurangan bahan bakar. Sebab, jaringan PLTU Indramayu sudah terkoneksi dengan PJB (Pembangkitan Jawa-Bali), seperti di Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap Muara Tawar di Bekasi, Jawa Barat.
Pasokan aman
Berbeda dengan PLTU Indramayu, pasokan batubara diklaim aman di PLTU Unit 1 Cirebon Power. ”Cadangan batubara mencukupi untuk 26-30 hari operasional pembangkit. Jumlahnya sekitar 196.000 metrik ton. Kondisi ini di atas ambang batas ketersediaan bahan bakar pembangkit,” kata Head of Communication Cirebon Power Yuda Panjaitan.
PLTU Unit 1 Cirebon Power berada di Kabupaten Cirebon, Jabar, dengan kapasitas 1 x 1.000 MW. Pembangkit ini menggunakan teknologi supercritical boiler yang diklaim ramah lingkungan karena memakai batubara secara efisien sehingga pencemaran debu lebih sedikit.
Yuda memastikan, PLTU 1 Cirebon Power siap memproduksi listrik untuk masyarakat. Meski demikian, ia mengakui ada keterlambatan pasokan karena cuaca buruk. ”Saat ini, pasokan sedikit terlambat, paling mundur dua hingga tiga hari dari jadwal,” ujarnya.
Saat ini, pembangkit listrik di Indonesia masih bertumpu pada bahan bakar batubara, hingga 60 persen. Kini, sembilan PLTU milik PT PLN tengah mencoba mengurangi penggunaan batubara dengan mencampurkan biomassa sebagai bahan bakar pembangkit metode co-firing (Kompas.id, 1/1/2021).