Siapkan Gerakan ”Di Rumah Saja”, Operasi Yustisi Serentak di Jateng
Hanya daerah-daerah di bekas Karesidenan Pekalongan yang kasusnya menurun. Sementara pada bekas Karesidenan Semarang, Pati, Kedu, Surakarta, dan Banyumas masih ada daerah-daerah yang mengalami kenaikan kasus Covid-19.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pekan pertama perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM di Jawa Tengah, 26-31 Januari 2021, dinilai belum optimal menekan penambahan kasus Covid-19. Pemerintah provinsi pun mencanangkan gerakan ”Jateng di Rumah Saja”, yang menurut rencana akan diuji coba pada akhir pekan ini.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, di Kota Semarang, Senin (1/2/2021), mengatakan, dari hasil rapat evaluasi Covid-19, hanya daerah-daerah di bekas Karesidenan Pekalongan yang kasusnya menurun. Sementara pada bekas Karesidenan Semarang, Pati, Kedu, Surakarta, dan Banyumas masih ada daerah-daerah dengan kenaikan kasus Covid-19.
”Catatan kami, perlu ada perbaikan. Dari evaluasi, kami merasa bahwa (PPKM) ini belum berhasil. Kami menyetujui untuk melakukan operasi yustisi bersama di seluruh Jateng serentak. Selain itu, akhir pekan ini ada gerakan ’Jateng di Rumah Saja’. Kami ingin lihat, bisa atau tidak Jateng sepi sehingga bisa mencegah potensi kerumunan,” kata Ganjar.
Ganjar menambahkan, Sekretaris Daerah Jateng akan berbicara dengan seluruh sekda di 35 kabupaten/kota untuk membicarakan gerakan tersebut. Dengan demikian, nanti yang berada di luar rumah hanya mereka yang bertugas. Adapun teknisnya dapat melibatkan camat, kepala desa, serta tokoh agama dan masyarakat.
Hal tersebut diikuti peningkatan intensitas operasi yustisi. ”Kami tidak sedang menakut-nakuti, tetapi membangun kesadaran. Akan disampaikan kepada masyarakat bahwa yang meninggal (karena Covid-19) sudah banyak, tenaga kesehatan yang meninggal juga sudah banyak, tokoh-tokoh juga. Rumah sakit juga mulai penuh. Itu untuk membangun kesadaran,” katanya.
Kami tidak sedang menakut-nakuti, tetapi membangun kesadaran.
Ganjar juga mengusulkan kepada pemerintah pusat agar tidak ada libur panjang saat perayaan Imlek pada 12 Februari 2021. Hal tersebut untuk mencegah kerumunan yang berpotensi memunculkan kasus Covid-19 baru.
Ia meminta tidak ada perayaan-perayaan saat merayakan Imlek, seperti pertunjukan barongsai, pesta kembang api, atau perayaan yang menimbulkan keramaian. ”Kalau ibadah boleh, kan ibadah bisa virtual,” ujarnya.
Kluster keluarga
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo menuturkan, saat ini kluster rumah tangga atau keluarga masih paling dominan di Jateng, yakni sekitar 70 persen. Umumnya, ada satu anggota keluarga yang tertular di luar rumah kemudian menularkan pada anggota keluarga lain. Adapun penularan di luar rumah bisa terjadi di mana saja.
”Salah satu faktor penularan Covid-19 adalah adanya mobilitas, yang juga berkaitan dengan sosial ekonomi. Hal itu bisa membuat banyak orang bertemu. Karena itu, selain memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M) ditambah lagi menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas. Ini perlu diperhatikan,” ujar Yulianto.
Selain itu, Yulianto juga mendorong pasien Covid-19 untuk memanfaatkan tempat isolasi terpusat guna menekan potensi penularan di keluarga. Sebab, ada kecenderungan pasien, terutama tanpa gejala hingga gejala ringan memilih isolasi mandiri di rumah ketimbang di tempat isolasi terpusat. Padahal, kondisi tempat tinggal harus memenuhi syarat sehingga jaga jarak dan isolasi bisa optimal.
Menurut data laman corona.jatengprov.go.id, yang dimutakhirkan pada Senin (1/2/2021) pukul 12.00, terdapat 126.820 kasus positif kumulatif di Jateng, dengan rincian 11.440 orang dirawat, 107.329 orang sembuh, dan 8.051 orang meninggal. Ada penambahan 6.624 kasus positif sejak dua pekan terakhir.