Dewa Made Juniarta Sastrawan, Mengubah Stereotip Afrika
Negara di Afrika masih banyak mendapat prasangka subyektif. Dubes Dewa Juniarta membagikan pengalaman dan wawasan yang diperolehnya dalam acara daring bertajuk ”Ready for Revival” yang diselenggarakan Ikayana.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
Bekerja di Kementerian Luar Negeri memberikan kesempatan kepada Dewa Made Juniarta Sastrawan untuk mengenal lebih banyak negara di dunia dan memperluas wawasan. Pengalaman dan wawasan yang diperoleh Dewa Juniarta itu kemudian dibagikannya dalam acara bincang tayang dan pergelaran secara dalam jaringan (daring) bertajuk ”Ready for Revival” yang diselenggarakan Ikatan Alumni Universitas Udayana (Ikayana) Jakarta, Jawa Barat, dan Banten (Jakjaban) bersama Ikayana Pusat, beberapa waktu lalu. Acara ini dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-46 Ikayana.
Dewa Juniarta yang menjabat Duta Besar RI untuk Zimbabwe dan Zambia itu mengungkapkan, negara di Afrika masih banyak mendapat prasangka subyektif, misalnya Afrika merupakan kawasan kering sehingga banyak negara di Afrika yang penduduknya kekurangan pangan, Afrika masih sering mengalami perang antarsuku, sistem pemerintahan di Afrika masih banyak otoriter dan tidak demokratis, dan negara di Afrika banyak yang miskin sehingga sangat mengandalkan bantuan dari pihak asing.
Pandangan stereotip tentang Afrika tersebut diluruskan Dubes Dewa Juniarta dalam konferensi yang diikuti secara daring, Sabtu malam. ”Stereotip tentang Afrika seperti itu masih ada terbawa. Padahal, ada beberapa negara di Afrika yang sudah maju dan tidak semua negara di Afrika itu kering,” kata Dubes Dewa Juniarta. ”Afrika itu adalah benua dan terdapat sekitar 60 negara di kawasan Benua Afrika,” ujar diplomat alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Udayana dan mantan Ketua Ikayana Jakjaban itu.
Dubes Dewa Juniarta mengungkapkan, sejumlah negara di Afrika yang dahulu memiliki sejarah kelam, tetapi kini negara tersebut sudah menunjukkan perubahan sebagai negara maju, bahkan menjadi negara modern. Dewa Juniarta menyebut Etiopia dan Rwanda sebagai contoh negara di Afrika yang mengalami perubahan menjadi negara maju tersebut.
Dubes Dewa Juniarta juga mengungkapkan situasi warga negara Indonesia (WNI) di Zimbabwe dan di Zambia yang juga menghadapi tantangan akibat pandemi penyakit akibat virus korona jenis baru (Covid-19). Dewa Juniarta mengatakan, seluruh WNI di kedua negara itu sudah terawasi dan mereka saling berkomunikasi dengan pihak Kedutaan Besar RI melalui grup perbincangan Whatsapp.
Dalam acara ”Ready for Revival” yang digelar Ikayana Jakjaban dan Ikayana Pusat, Dubes Dewa Juniarta menyatakan jajaran Kedubes RI di Zimbabwe menerapkan dengan ketat protokol kesehatan pencegahan Covid-19, baik protokol kesehatan yang disiapkan Pemerintah Indonesia maupun protokol kesehatan yang diterapkan pihak Pemerintah Zimbabwe.
Dewa Juniarta mengatakan, pihak Kedubes RI di Harare, Zimbabwe, juga turut peduli dan menyalurkan bantuan bagi warga yang terdampak pandemi Covid-19 dengan melibatkan peran warga negara Indonesia yang berada di Zimbabwe ataupun di Zambia. ”Jadi, sambil membantu warga negara Indonesia yang berada di Afrika, upaya itu juga menjadi bagian menjaga hubungan bilateral antarnegara,” kata Dubes Dewa Juniarta. (COK)