Harga Bawang Merah Fluktuatif, Petani Brebes Butuh Penunjang Tunda Jual
Kementerian Perdagangan meresmikan ruang penyimpanan terkondisi dengan sistem resi gudang di Kecamatan Wanasari, Brebes, Jateng. Hal itu diharapkan menjadi solusi mengatasi penyusutan komoditas akibat tunda jual.
Oleh
KRISTI D UTAMI
·4 menit baca
BREBES, KOMPAS — Tunda jual menjadi salah satu pilihan yang banyak diambil petani bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, saat harga komoditas anjlok. Petani butuh gudang penyimpanan yang andal agar proses tunda jual tidak menimbulkan penyusutan tinggi.
Sejumlah petani di Brebes masih mengeluhkan fluktuasi harga bawang merah. Pada saat panen raya Desember 2020, misalnya, harga bawang merah di tingkat petani berkisar Rp 10.000-Rp 12.000 per kilogram. Padahal, petani baru bisa mendapatkan keuntungan memadai jika harga berkisar Rp 15.000-Rp 20.000 per kilogram.
Agar tak terlalu merugi, sejumlah petani memutuskan menunda penjualan bawang merah hingga harga stabil. Dalam sistem tunda jual, petani juga berpotensi merugi. Sebab, penundaan penjualan bisa berakibat pada penyusutan fisik bawang merah.
”Biasanya, para petani Brebes menyimpan bawang merah yang ditunda jual di ruangan biasa. Hal ini berisiko timbulnya penyusutan fisik bawang merah hingga 30 persen dari bobot semula,” kata Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia Juwari di Brebes, Selasa (16/3/2021).
Juwari menambahkan, untuk mengurangi penyusutan, diperlukan gudang penyimpanan yang memadai. Misalnya, bawang merah disimpan di ruangan dengan suhu tertentu untuk mempertahankan kondisi fisiknya.
Untuk mengakomodasi kebutuhan petani, Kementerian Perdagangan meresmikan Controlled Atmosphere Storage (CAS) atau ruang penyimpanan terkondisi dengan sistem resi gudang (SRG) di Kecamatan Wanasari, Brebes, Selasa sore. Fasilitas tersebut diharapkan menjadi solusi mengatasi penyusutan tinggi akibat sistem tunda jual bawang merah.
”Bawang merah yang disimpan di CAS ini hanya akan mengalami penyusutan sebesar 7-8 persen per bulan. Adapun waktu penyimpanan bawang merah bisa dilakukan hingga empat bulan sembari menunggu harga stabil,” ucap pengelola CAS SRG Brebes, Dian Alex Chandra.
Menurut Alex, CAS SRG Brebes memiliki lima ruang penyimpanan terkondisi. Setiap ruangan mampu menyimpan 17-19 ton. Sejak dibangun pada 2019, gudang penyimpanan yang disewakan dengan harga Rp 12 juta per bulan itu sudah empat kali disewa petani bawang merah.
Alex menuturkan, pada awal Januari 2021, ada salah satu petani yang menyimpan 800 karung berisi sekitar 16 ton bawang merah di CAS SRG Brebes. Kala itu, harga bawang merah sekitar Rp 16.000 per kilogram. Beberapa hari lalu, petani itu mengambil kembali bawang merah yang disimpan. Ia menjual bawang merahnya dengan harga Rp 22.000 per kilogram.
”Keuntungan seperti itu yang kami harapkan bisa dirasakan oleh petani. Dengan sistem ini, petani memiliki pilihan lain selain menjual hasil panen ke tengkulak dengan harga murah,” katanya.
Dalam peresmian gudang CAS SRG Brebes, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga berharap, penyimpanan bawang merah di gudang CAS memungkinkan petani bawang merah di Brebes memperoleh harga jual yang layak. Sementara itu, para pedagang juga bisa mendapatkan kepastian terkait ketersediaan stok bawang merah dengan kualitas tinggi dan harga kompetitif.
”Pada gilirannya, skema ini juga akan bermanfaat bagi konsumen akhir atau masyarakat. Sebab, mereka akan mendapatkan bahan pangan secara mudah dengan harga terjangkau,” tutur Jerry.
Jerry menambahkan, selama 2009-2019, Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan pemerintah daerah telah membangun 123 gudang SRG. Gudang-gudang tersebut tersebar di 106 kabupaten/kota di 25 provinsi di Indonesia. Menurut Jerry, jenis komoditas yang masuk dalam gudang SRG beragam, seperti gabah atau beras, jagung, kopi, kakao, rumput laut, rotan, lada, garam, timah, ikan, ayam beku, dan bawang merah.
”Gudang SRG ini berpotensi menjadi bagian dari sistem logistik dan distribusi nasional. Ke depan, gudang SRG akan dioptimalkan sebagai instrumen dalam mendukung pengendalian ketersediaan stok dan stabilitas harga komoditas barang kebutuhan pokok,” ujar Jerry.
Gudang SRG ini berpotensi menjadi bagian dari sistem logistik dan distribusi nasional. (Jerry Sambuaga)
Ditambah
Pemerintah Kabupaten Brebes menyambut baik peresmian gudang SRG tersebut. Namun, keberadaan gudang tersebut dinilai belum berpengaruh secara signifikan. Bupati Brebes Idza Priyanti berharap, jumlah gudang SRG di Brebes terus ditambah.
”Setiap tahun, Brebes bisa memproduksi lebih dari 300.000 ton bawang merah. Sementara itu, gudang SRG yang ada saat ini hanya mampu menampung 95 ton bawang merah,” kata Idza.
Idza mencontohkan, luas lahan di sekitar gudang SRG Brebes sekitar 10.545 meter persegi. Dari jumlah tersebut, lahan yang dimanfaatkan sekitar 5.115 meter persegi. Adapun sisa lahan seluas 5.430 meter persegi diharapkan bisa dimanfaatkan untuk menambah kapasitas penyimpanan di SRG Brebes.
”Dengan adanya gudang SRG bawang merah, kami berharap harga bawang merah yang fluktuatif bisa lebih stabil. Para petani juga berharap, saat panen raya harga bawang tidak terlalu jatuh mengingat biaya produksi yang sudah dikeluarkan cukup besar. Mudah-mudahan gudang SRG ini bisa menjadi salah satu solusi,” tutur Idza.