Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 ke 2021 membawa dampak besar, tak hanya finansial, tetapi juga mencari waktu penyelenggaraan. Dari 33 cabang olahraga yang dipertandingkan, sebagian besar memiliki agenda penting pada 2021.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
NEW YORK, KAMIS — Menunda penyelenggaraan Olimpiade bak memasuki belantara yang belum terjamah manusia. Melalui wilayah baru ini memerlukan kerja sama dan kompromi Komite Olimpiade Internasional serta federasi dunia cabang olahraga. Beberapa agenda padat dan krusial pada 2021 dari cabang olahraga utama perlu digeser untuk membuka pintu bagi ”Sang Olympia”.
”Kita akan memasuki wilayah yang belum terpetakan (jika Olimpiade ditunda). Ini juga berarti Olimpiade tak lagi kekal, kecuali karena perang dunia,” ujar Nathalie Nenon-Zimmermann, Managing Director Only Sports & Passion, agen pemasaran olahraga bermarkas di Paris, Perancis, pekan lalu.
Penundaan Olimpiade yang diputuskan, Rabu (25/3/2020), adalah yang pertama kali dalam sejarah. Sebelumnya, kecuali perang dunia yang membatalkan Olimpiade 1916, 1940, dan 1944, Olimpiade selalu bergulir. Bahkan setelah dunia dihantam krisis moneter pada 1987, Seoul 1988 tetap berlangsung. Demikian juga setelah pecah Perang Teluk 1991, Barcelona 1992 berlangsung meriah. Di Barcelona pula Susy Susanti dan Alan Budikusuma meraih emas bulu tangkis, tonggak awal tradisi emas Indonesia di Olimpiade.
Kini, Olimpiade memasuki babak baru akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan pandemi Covid-19. Komite Olimpiade Internasional (IOC), penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020, Pemerintah Jepang, dan sponsor terpaksa menunda Olimpiade ke tahun 2021.
Ini tak hanya membawa konsekuensi yang besar dalam hal finansial, tetapi juga mencari waktu menyisipkan Olimpiade. Meskipun Presiden IOC Thomas Bach menyampaikan Olimpiade juga bisa digelar bukan hanya di musim panas, melainkan celah waktu yang tersedia tidak leluasa (grafis).
IOC saat ini seperti sedang mendaki Everest dan menanti ”jendela cuaca” untuk melakukan summit attack, pendakian ke puncak dunia. Waktu yang memungkinkan Olimpiade bergulir itu tidak bisa diputuskan sendirian oleh IOC karena cabang olahraga telah menetapkan agenda pada tahun depan.
Pada rentang Juni hingga Agustus, saat Olimpiade biasa bergulir, agenda olahraga 2021 sangat padat. Piala Eropa 2020 dan Copa Amerika 2020 yang juga ditunda ke 2021, mengambil waktu 11 Juni-11 Juli.
Bahkan, hingga Juni-Juli sudah beruntun terjadwal kejuaraan golf utama Amerika Serikat Terbuka, Piala Dunia Klub FIFA, tenis Grand Slam Wimbledon, dan balap sepeda Tour de France pada 2-25 Juli. Pada rentang Juli, Agustus, September, juga ada agenda olahraga padat diawali kejuaraan golf utama British Open, kemudian Kejuaraan Dunia Akuatik, Kejuaraan Dunia Atletik, dan tenis Grand Slam AS Terbuka. Adapun pada September-Oktober ada Kejuaraan Dunia Rowing, dan Kejuaraan Dunia Balap Sepeda Jalan Raya.
Kurang ideal
Waktu yang relatif terbuka ada pada Oktober hingga Desember. Namun menggelar Olimpiade di akhir tahun kurang ideal karena fisik para atlet sudah terkuras. Selain itu, secara mental, mereka telah siap berlibur akhir musim kompetisi. Kondisi ini bisa mengurangi gereget Olimpiade yang biasanya berlangsung di paruh musim kompetisi.
Jendela waktu yang terbuka juga ada pada Maret, April, hingga awal Mei. Cuaca yang sejuk dengan pemandangan musim semi di Tokyo yang indah menjadi nilai positif. Namun, agenda musim semi ini bertabrakan dengan agenda olahraga reguler dengan penonton besar. Di Amerika Serikat, misalnya, televisi akan berhitung dengan penonton bisbol, hoki, dan bola basket NBA, yang merupakan tontonan populer. Rating televisi akan menjadi pertimbangan serius IOC karena pendapatan mereka lebih dari 50 persen bersumber dari hak siar dan sponsor Olimpiade.
Olimpiade musim semi juga membuat proses kualifikasi terlalu mepet. Apalagi, saat ini belum ada tanda-tanda persebaran virus korona mereda. Bahkan, di Eropa dan Amerika, kasusnya terus meningkat.
”Akan sangat mengesankan menyisipkan sesuatu sebesar Olimpiade ke Maret atau April tanpa mengorbankan kalender global dari 33 cabang olahraga. Tentu saja ini perjudian untuk meyakini bahwa masyarakat bisa menghadiri ajang olahraga itu setahun dari sekarang dan para atlet merasa nyaman satu sama lain dalam olahraga dengan kontak fisik,” ujar Rick Burton, profesor bidang manajemen olahraga Universitas Syracuse, New York, AS, Kamis (26/3/2020).
Legenda hidup renang asal Amerika Serikat, Michael Phelps, menilai, musim panas adalah waktu terbaik menggelar Olimpiade. Dengan demikian, para atlet memiliki waktu ideal untuk merencanakan ulang persiapan selama setahun. ”Saya pikir itu jalan terbaik untuk menggelar ini,” ujar peraih 23 medali emas Olimpiade itu.
Jika Olimpiade digelar pada musim panas 2021, artinya dua ajang besar, yaitu Kejuaraan Dunia Akuatik (16 Juli-1 Agustus) dan Kejuaraan Dunia Atletik (6-15 Agustus), dimajukan atau dimundurkan. Dengan jendela waktu itu, Olimpiade Tokyo bisa digelar sesuai tanggal awal, 24 Juli-9 Agustus. World Athletics dan Federasi Akuatik Internasional (Fina) menyatakan bersedia bekerja sama dengan IOC untuk mencari waktu menggelar Olimpiade.
”World Athletics siap bekerja sama dengan IOC dan semua cabang untuk mencari alternatif waktu menggelar Olimpiade pada 2021 dan telah berdiskusi dengan penyelenggara Kejuaraan Dunia Atletik Oregon 2021 terkait kemungkinan menggeser tanggal ajang besar ini,” kata World Athletics.
Dengan dukungan yang sudah diperoleh dari federasi internasional, IOC dan panitia akan mendapat ”jendela cuaca” yang cerah dan lama untuk menggelar Olimpiade Tokyo di musim panas 2021. (AP/AFP)