Untuk menutup pengeluaran klub di saat sulit, Barcelona dan Juventus meminta pemainnya berkorban dengan dipotong gaji. Langkah klub-klub itu membuat megabintang Lionel Messi kehilangan pendapatan Rp 817 miliar.
Oleh
M IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
BARCELONA, SELASA — Sepak bola menjadi salah satu industri yang mengalami pukulan telak akibat pandemi Covid-19. Klub-klub di Eropa dipastikan tidak memiliki pemasukan dari tiket penonton dan hak siar seiring penghentian kompetisi yang belum jelas hingga kapan. Meskipun begitu, klub harus terus mengeluarkan kewajiban membayar gaji pemain, pelatih, hingga pegawai.
Atas dasar itu, sejumlah klub mencari cara mengurangi pos pengeluaran utama mereka tersebut. Cara ampuh agar pengeluaran tidak kian membengkak dan neraca keuangan menjadi minus adalah meminta pengorbanan pemain. Gaji mereka diminta dipotong agar klub bisa tetap membayar hak-hak pegawai klub.
Barcelona menjadi tim pertama di Liga Spanyol yang memastikan gaji pemain utamanya, termasuk sang megabintang Lionel Messi, dipangkas. Berdasarkan laporan surat kabar Spanyol, Sport, negosiasi pemotongan gaji itu telah dilakukan Presiden Barcelona Josep Maria Bartomeu, 20 Maret lalu, dalam pertemuan dengan seluruh pemain ”El Barca”.
Sebelum pertemuan itu, Bartomeu terlebih dahulu berbicara empat mata dengan Messi untuk membahas rencana pemotongan gaji. Hal itu sejalan langkah Pemerintah Spanyol mengeluarkan regulasi kepegawaian sementara (ERTE) yang mengatur status para pekerja di masa pandemi virus korona baru.
Meskipun ada suara keberatan dari sejumlah pemain senior, Messi melalui akun Instagram, Senin (30/3/2020), mengumumkan persetujuan pemain Barca memotong gaji hingga 70 persen selama masa darurat ini. Kerelaan itu untuk memberikan ”napas” ke klub agar mampu membayar penuh gaji para pegawai.
Pemotongan gaji itu tidak hanya berlaku untuk pemain utama, tetapi juga jajaran direksi Barca, salah satunya CEO Barcelona Oscar Grau. Bartomeu mengungkapkan, kebesaran hati pemain Barcelona menyetujui proposal pemotongan gaji itu disampaikan secara langsung oleh kapten dan wakilnya di tim, seperti Messi, Sergio Busquets, dan Gerard Pique.
”(Persetujuan) itu adalah komitmen nyata yang ditunjukkan pemain utama untuk klub,” ujar Bartomeu kepada Sport, Selasa (31/3/2020).
Berkat pemotongan gaji itu, Barca bisa menghemat 14 juta euro atau Rp 252 miliar selama tiga bulan. Itu bisa membantu mereka menutupi defisit keuangan senilai 37 juta dollar AS (Rp 607 miliar) sebelum penghentian kompetisi.
Penghematan Barca itu mayoritas disumbang Messi yang menerima gaji 565.000 euro (Rp 10,1 miliar) per pekan. Sepanjang 2019, Barcelona mengeluarkan dana 469 juta euro (Rp 8,4 triliun) yang mayoritas digunakan membayar gaji pemain yang berjumlah 391 juta euro (Rp 7,03 triliun).
Menurut Forbes, Messi akan kehilangan pendapatan 50 juta dollar AS (Rp 817 miliar) jika efisiensi itu berjalan setahun. ”Pemotongan gaji 70 persen telah kami sepakati untuk memastikan para pegawai di klub tetap menerima 100 persen gaji,” kata Messi, kapten Barca.
Pendekatan yang dilakukan melalui pemain senior juga telah diterapkan tim raksasa Italia, Juventus. ”Si Nyonya Besar”, 28 Maret lalu, mengumumkan pengurangan gaji kepada staf kepelatihan dan pemain tim utama. Pengurangan gaji itu berlaku selama empat bulan, yakni Maret, April, Mei, dan Juni 2020.
Penghematan
Melalui kebijakan itu, manajemen menghemat 90 juta euro (Rp 1,6 triliun) yang akan disalurkan untuk memenuhi kewajiban pegawai klub. Untuk melakukan pemotongan itu, Presiden Juventus Andrea Agnelli meminta ”pertolongan” kapten tim, Giorgio Chiellini.
Dilansir Tuttosport, Cristiano Ronaldo, sebagai pemain dengan bayaran tertinggi di Juve yang menerima 30 juta euro (Rp 540 miliar) per tahun, menjadi pemain pertama yang dihubungi Chiellini melalui sambungan video. Setelah ”CR7” setuju, Chiellini menghubungi pemain lainnya.
Pemain sayap Juventus, Douglas Costa, menuturkan, pemotongan gaji itu telah diantisipasi seluruh pemain seiring kondisi yang tidak menentu akibat pandemi Covid-19 di Italia. Walaupun berat, para pemain berusaha memahami kondisi sulit yang harus diambil klub. Selain pemain, gaji Pelatih Juventus Maurizio Sarri juga ikut dipotong.
”Kami berdiskusi bersama membahas permasalahan yang muncul akibat berhentinya liga. Situasi saat ini buruk sehingga kami paham (wabah Covid-19) akan memengaruhi gaji kami,” kata Costa.
Selain berbicara terkait pemotongan gaji, Costa mengungkapkan, komunikasi yang dilakukan Chiellini juga membahas kemungkinan tim akan kembali berkumpul di Turin. ”Apabila kondisi berangsur-angsur membaik, kami akan berkumpul kembali pada 15 atau 20 April,” ujar pemain asal Brasil itu.
Berdasarkan laporan keuangan klub 2019, Juventus mengeluarkan sekitar 250 juta euro (Rp 4,5 triliun) untuk membayar gaji pemain dari total pengeluaran tahun lalu sebesar 458 juta euro (8,3 triliun).
Pendekatan yang dilakukan para petinggi klub juga dilakukan oleh juara Liga Malaysia, Johor Darul Ta’zim (JDT). Presiden JDT, yang juga Pangeran Johor, Ismail bin Sultan Ibrahim, meminta para pemain bersedia dipotong gaji mereka seiring wabah Covid-19 di Malaysia.
Hasilnya, pemain, pelatih, dan staf klub rela dipotong gaji mereka sebesar 33 persen pada bulan ini. Uang itu pun disumbangkan kepada Dana Bencana Johor untuk menangani wabah korona di ”Negeri Jiran”.
”Wabah Covid-19 telah mengancam kita dan seluruh pihak harus bekerja sama untuk melalui masa sulit ini. Saya berharap kontribusi kami dapat menolong banyak orang,” tutur kapten JDT, Harris Harun.
Wabah Covid-19 telah mengancam kita dan seluruh pihak harus bekerja sama untuk melalui masa sulit ini. Saya berharap kontribusi kami dapat menolong banyak orang.
Cara ekstrem
Cara ekstrem dilakukan tim Liga Swiss, FC Sion, yang memecat sembilan pemain karena menolak pemotongan gaji yang diputuskan Presiden Sion Christian Constantin. Untuk menutupi biaya operasional klub, Constantin mengirimkan pesan Whatsapp kepada seluruh pemainnya untuk bersedia ”hanya” dibayar sebesar 12.000 euro (Rp 215 juta) setiap bulannya pada masa wabah virus korona.
Sebanyak sembilan pemain tidak merespons pesan itu sehingga klub memutuskan untuk menghentikan kontrak mereka. Dalam keterangan di laman resmi klub Sion, sejumlah pemain yang diputus kontraknya disebabkan ketidakhadiran mereka dalam telekonferensi video yang dilakukan petinggi klub.
Pemain yang dipecat Sion di antaranya mantan pemain Barca dan Arsenal, Alex Song. Gelandang yang kontraknya akan berakhir Juni 2020 itu berencana akan mengadukan keputusan sepihak klubnya kepada FIFA. Adapun Sion berada di peringkat ke-8 dari 10 kontestan Liga Super Swiss. Kompetisi di Swiss dihentikan, akhir Februari lalu.
”Saya menerima dokumen untuk ditandatangani terkait pengurangan bayaran itu. Namun, kami tidak bisa menandatangani tanpa diawali dengan diskusi,” kata Song yang bergabung dengan Sion, Juni 2018.
Berbeda dengan Sion yang mengambil keputusan sepihak, klub Liga Kolombia, Independiente Santa Fe, menempuh jalur unik sebelum memotong gaji pemain seiring terhentinya kompetisi. Pada 25 Maret lalu, akun Twitter Sante Fe membuat jajak pendapat untuk meminta masukan penggemar terkait rencana pengurangan gaji pemain.
Setelah jajak pendapat ditutup, akhir pekan lalu, sebanyak 62 persen akun mendukung klub untuk memotong gaji pemain. Hal itu didasari jajak pendapat yang diikuti 17.391 akun. (AFP)