Kekalahan Manchester United dari Tottenham Hotspur, 1-6, tidak hanya menjadi persoalan taktik semata. Kekalahan memalukan ini turut mengungkap masalah mendasar di manajemen tim “Setan Merah”.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
MANCHESTER, SENIN — Harga diri Manchester United hancur ketika dilibas Tottenham Hotspur, 1-6, pada laga yang berakhir Senin (5/10/2020) dini hari WIB di Stadion Old Trafford. Tak hanya itu, Spurs juga menunjukkan ”puncak gunung es” atau permukaan dari masalah yang lebih besar di dalam tubuh MU pada laga itu.
Berbagai reaksi dari mantan pemain ataupun para pengamat sepak bola menunjukkan bahwa kekalahan ini dianggap sebagai bagian kecil dari sebuah masalah yang lebih besar. Kekalahan ini merupakan dampak dari masalah-masalah di ”dasar gunung es” yang belum terselesaikan. Masalah itu ada di dalam manajemen klub.
”Saya merasa kasihan terhadap Manajer MU (Ole Gunnar Solskjaer). Bagaimana dengan manajemen? Sudah berapa lama sejak (Alex) Ferguson (salah satu manajer tersukses di MU) pergi? Sudah berapa banyak manajer yang dipecat setelah itu?” kata mantan pemain MU, Patrice Evra, yang menganggap Solskjaer sebagai korban dari masalah besar di manajemen itu.
Evra bermain untuk MU dari 2006 hingga 2014 dan telah meraih 9 trofi di kompetisi mayor. Namun, ia kini mempertanyakan sikap manajemen MU sejak Ferguson pensiun pada 2013 dan MU mulai jarang mengangkat trofi.
Merana tanpa Ferguson
Sejak ditinggal Ferguson, MU hanya meraih tiga trofi. Dua trofi di antaranya diraih saat klub itu ditangani Jose Mourinho yang kini menjadi Manajer Spurs dan menghancurkan MU. Mourinho mempersembahkan gelar ganda bagi MU pada musim 2016-2017, yaitu gelar juara Piala Liga Inggris dan Liga Europa.
Tujuh tahun tanpa Ferguson, MU terus berusaha keras mengembalikan kejayaan klub. Pelatih-pelatih ternama datang silih berganti dan menemui kebuntuan. Dari David Moyes, Louis van Gaal, Mourinho, dan kini Solskjaer.
”Ini adalah hari terburuk yang pernah saya alami selama menjadi manajer dan pemain MU,” kata Solskjaer yang pernah menjadi pemain di bawah asuhan Ferguson selama 1996-2007.
Saya tidak menganjurkan kekerasan, tetapi banyak orang yang berharap klub ini ditampar. (Patrice Evra)
Masalah yang ada pada manajemen MU, kata Evra, adalah ketidakbecusan dalam memperkuat struktur tim dengan membeli pemain yang tepat. MU saat ini gagal mendapatkan penyerang Jadon Sancho dari Borussia Dortmund, adapun kabar kedatangan Edinson Cavani dari Paris Saint-Germain juga belum jelas.
Satu-satunya pemain bintang yang dibeli MU pada musim panas ini baru Donny van de Beek dari Ajax. MU terus berusaha memperkuat lini serang, padahal lini belakang mereka masih sangat rapuh dan juga membutuhkan upaya penguatan.
Mantan pemain seperti Evra pun semakin gemas dibuatnya. ”Saya tidak menganjurkan kekerasan, tetapi banyak orang yang berharap klub ini ditampar,” katanya.
Mantan pemain MU lainnya, Gary Neville, mengatakan kegagalan MU di bursa transfer bisa berdampak terhadap psikis pemain. ”Mereka melihat tim seperti Liverpool, Chelsea, dan Manchester City, sudah mendapatkan beberapa pemain baru. Saya rasa para pemain saat ini sangat membutuhkan dukungan,” kata Neville.
Adapun Woodward tampak duduk sendirian di tribune penonton saat menyaksikan MU dilibas Spurs sambil sesekali memainkan telepon pintarnya. Ia beruntung tidak ada para pendukung MU yang datang untuk menonton langsung di stadion karena ia bisa saja dihujat secara langsung. Beberapa waktu lalu, kediamannya pernah dirusak oleh para pendukung MU yang kecewa.
Sejarah besar
Mourinho pun mengatakan kemenangan ini adalah sejarah besar. “Ini adalah sejarah besar bagi Tottenham, pemain, dan tentu saja bagi saya sendiri. Saya telah memenangi banyak laga di sini (Old Trafford), kebanyakan bersama MU tetapi juga ketika saya menangani Chelsea, Real Madrid, dan sekarang Spurs,” katanya.
Sebelum laga tersebut, Mourinho berkali-kali mengeluhkan soal jadwal padat yang bisa berdampak buruk terhadap pemain. Namun, laga itu memperlihatkan keberingasan para pemainnya pada level berbeda.
MU lebih dulu unggul melalui tendangan penalti dari Bruno Fernandes pada menit ke-2. Akan tetapi, itu hanya menjadi ilusi. Dua menit kemudian, Tanguy Ndombele mengawali pesta gol Spurs. Duet penyerang Son Heung-min dan Harry Kane kembali menjadi ancaman bagi para bek MU. Son dan Kane masing-masing mencetak dua gol. Satu gol Spurs lainnya dicetak Serge Aurier.
Dengan hasil ini, Spurs sementara berada di peringkat keenam dan mengumpulkan tujuh poin. Sementara MU masih mengumpulkan tiga poin dan berada di peringkat ke-16 atau di tepi zonda degradasi. (AP/AFP/REUTERS)