Banyak bintang Spanyol yang gemilang di beberapa liga, termasuk Liga Inggris. Namun, hanya sedikit pemain Inggris yang berhasil menjalani penyesuaian di Liga Spanyol dan berakhir dengan hari-hari suram.
Oleh
Adi Prinantyo
·6 menit baca
Gareth Bale termasuk pesepak bola Inggris Raya yang langka. Di tengah performa sejumlah bintang Inggris Raya yang jeblok di Liga Spanyol, Bale yang asal Wales ini bisa melewati hari-hari sulit di Santiago Bernabeu, kandang Real Madrid. Bahkan, musim-musim pertamanya diwarnai gelimang prestasi.
Pada musim pertamanya di Real Madrid, 2013-2014, Bale menciptakan 22 gol dan 16 asis di semua kompetisi. Trio penyerang ”El Real”, begitu julukan BBC, yakni Bale, Karim Benzema, dan Cristiano Ronaldo, menyumbang 97 gol selama musim itu.
Beberapa gol Bale selama periode itu layak dikenang. Salah satu gol terbaiknya tak lain adalah gol ke gawang Barcelona pada final Piala Raja (Copa del Rey) 2014.
Pada laga ”El Clasico” itu, Bale menang adu sprint melawan bek Barca, Marc Bartra, dari titik di sekitar garis tengah, bahkan dengan sempat berlari di luar lapangan. Ia lalu memperdaya kiper Jose Manuel Pinto.
Gol pada menit ke-85 laga itu membawa ”Los Blancos” menang 2-1 atas Barca dan mengantar tim asuhan Carlo Ancelotti meraih trofi Copa del Rey. ”Hebat. Saya belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya,” ujar Xabi Alonso, rekan setim Bale kala itu.
Pelatih Barca Gerardo ”Tata” Martino saat itu juga mengagumi gol Bale. ”Sulit mengimbangi sprint seperti itu pada laga sepenting ini,” ucap Tata Martino.
Pada 24 Mei 2014, Bale juga mencetak gol pada menit ke-110 dalam laga final Liga Champions Eropa 2014 melawan rival sekota Atletico Madrid. Gol itu membuatnya sebagai pesepak bola Wales pertama yang menciptakan gol pada final Liga Champions.
Aksi indah Bale berlanjut. Termasuk, kala ia melepaskan satu asis kepada Cristiano Ronaldo pada partai Piala Super Eropa 2014 melawan Sevilla di Cardiff, Inggris Raya. Seusai laga 12 Agustus 2014 yang dimenangi ”El Real” dengan skor 2-0 itu, Ronaldo mengategorikan penampilan Bale ”mengagumkan”.
Aksi Bale makin fenomenal dengan dua golnya ke gawang Liverpool pada final Liga Champions 2018 di Kiev, Ukraina, 26 Mei 2018. Dengan satu gol lewat sepakan salto dan satu lagi tendangan jarak jauh, Bale menjadi pemain cadangan pertama yang mencetak dua gol di final Liga Champions. Tak heran, ia menjadi man of the match pada laga yang dimenangi Real Madrid dengan skor 3-1 itu.
Tiba saatnya, Juli 2019, kontroversi mengiringi posisi Bale di Real Madrid. Ia diisukan meninggalkan ”Los Blancos”, seperti dikatakan Pelatih Real Zinedine Zidane. Keretakan hubungan Bale dan Zidane terwujud dalam pernyataan Zidane, ”Kami ingin dia (Bale) pergi secepatnya.”
Agen Bale, Jonathan Barnett, merespons dengan menilai Zidane tidak menghormati pemain yang sudah banyak berkontribusi terhadap Real.
Bersama El Real, Bale menjuarai 4 gelar juara Liga Champions, 1 trofi La Liga, 1 trofi Piala Raja, plus 3 gelar juara Piala Super Eropa dan Piala Dunia Klub. Penyerang tim nasional Wales itu juga sudah mencetak lebih dari 100 gol bagi klub Madrid tersebut.
Anehnya, meski Zidane ingin Bale segera pergi, tawaran klub China, Jiangsu Suning, untuk merekrut Bale ditolak. Setelah gonjang-ganjing soal rencana hijrahnya ke China itu, nama Bale hilang dalam daftar pemain Real Madrid untuk persiapan pramusim di Muenchen, Jerman, karena dinilai kurang siap secara mental.
Selesainya ontran-ontran Real Madrid dengan Bale membuat sang bintang masih bersama ”Los Blancos” hingga akhir musim 2019-2020. Bahkan, pada laga melawan Osasuna di ajang La Liga, 9 Februari 2020, Bale menjadi pemain mula. Fakta-fakta ini menyiratkan hubungan Bale dengan klub yang membaik. Sekaligus, mengukuhkan Bale sebagai bintang langka karena berada di antara sedikit pesepak bola Inggris Raya yang nyaman di Liga Spanyol.
Fenomena anomali
Prestasi Bale ibarat anomali di tengah nasib sejumlah pemain Inggris Raya yang gagal beradaptasi di Liga Spanyol. Nama-nama seperti Michael Owen dan Jonathan Woodgate adalah beberapa nama yang merasakan betapa Liga Spanyol bukan kompetisi yang ramah bagi mereka yang berasal dari Inggris Raya.
Awal-awal di Liga Spanyol bersama Real Madrid, musim 2004-2005, bagaikan hari-hari suram Owen. Ia sering berada di bangku cadangan sehingga banyak menuai kritik fans gara-gara aksinya yang kurang maksimal. Kesulitan Owen dalam beradaptasi membuatnya cuma mencetak 13 gol sepanjang musim 2004-2005.
Prestasi yang tidak gemilang bagi striker yang direkrut dengan nilai 8 juta euro, sekitar Rp 118 miliar. Apalagi, jika dibandingkan dengan prestasi semasa Owen di Liverpool, yang total menciptakan 118 gol dari 216 pertandingan, dari 1996 hingga 2004. Pada Agustus 2005, Owen kembali ke Liga Inggris setelah direkrut Newcastle United.
Bintang lain yang juga menjalani hari-hari suram di Liga Spanyol, bersama Real Madrid, adalah Jonathan Woodgate. Pesepak bola kelahiran Middlesbrough, Inggris, 22 Januari 1980, itu direkrut Real Madrid berdasarkan sebagian aksi impresifnya di Newcastle United meskipun ia sempat absen beberapa bulan dari lapangan hijau akibat cedera panjang.
Banderol transfer Woodgate yang sebesar 13,4 juta euro atau sekitar Rp 198 miliar termasuk mengejutkan bagi dunia sepak bola mengingat cedera panjangnya di Newcastle, selain dia juga masih dalam kondisi cedera saat direkrut ”El Real”.
Alhasil, Woodgate tak banyak bermain untuk Real Madrid pada musim pertamanya, 2004-2005. Bahkan, pada laga debutnya melawan Athletic Bilbao di La Liga, Woodgate ibarat ”sudah jatuh tertimpa tangga”. Betapa tidak? Ia membuat gol bunuh diri dan kemudian diganjar kartu merah karena kartu kuning kedua.
Mulai Februari 2006, barulah Woodgate menempatkan diri sebagai skuad utama di bek tengah bergantian dengan Sergio Ramos, Ivan Helguera, Fransisco Pavon, dan Alvaro Meija. Namun, cedera membuatnya makin jarang tampil lagi hingga ia berstatus pemain pinjaman untuk Middlesbrough mulai Agustus 2006.
Tak terelakkan, ia menjadi pemain tetap ”The Boro” sejak April 2007. Pada Juli 2007, Woodgate terpilih sebagai pembelian terburuk Real Madrid pada abad ke-21, seperti hasil survei portal harian olahraga Spanyol, Marca.
Berbanding dengan Bale, performa Owen dan Woodgate ibarat bumi dan langit. Ada sejumlah nama besar lain asal Inggris Raya yang juga sukses dalam pengelanaan di Liga Spanyol. Sebut saja David Beckham, yang kurun 2003-2007 membela Real Madrid, atau pelatih Bobby Robson yang melatih Barcelona pada 1996-1997.
Namun, sosok Bale menarik karena lebih kekinian dan menembus keraguan akan kemampuan bintang Inggris Raya beradaptasi dengan Liga Spanyol yang terkesan ”angker”. Banyak bintang Spanyol yang gemilang di beberapa liga, termasuk Liga Inggris. Namun, hanya sedikit pemain Inggris yang berhasil menjalani penyesuaian di Liga Spanyol dan berakhir dengan hari-hari suram.
Bale kini tinggal mempertahankan kebugarannya untuk tetap menjadi skuad utama El Real mengingat hanya cedera yang bakal meredam aksinya. Terakhir, seperti diberitakan Dailymail.co.uk, Bale harus meninggalkan latihan Real Madrid karena terserang gastroenteritis (infeksi di usus atau perut akibat virus), Kamis (20/2) pagi.