Perlambatan pesat penularan virus Covid-19 di Jakarta menjadi kabar baik. Namun, informasi itu tidak serta-merta diartikan berakhirnya pembatasan sosial berskala besar.
Oleh
Editor
·2 menit baca
Perlambatan pesat penularan virus Covid-19 di Jakarta menjadi kabar baik. Namun, informasi itu tidak serta-merta diartikan berakhirnya pembatasan sosial berskala besar.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo, seusai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo, Senin (27/4/2020), menjelaskan, perlambatan pesat penularan virus Covid-19 di Jakarta disebabkan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berjalan baik.
Informasi Ketua Gugus Tugas Covid-19 tersebut membawa harapan baik, terutama bagi warga Ibu Kota. Jakarta memulai pemberlakuan PSBB sejak 10 April 2020 selama 14 hari dan kemudian diperpanjang hingga 22 Mei 2020.
Dengan memilih PSBB sebagai cara memutus penularan virus Covid-19, kegiatan warga Jakarta sangat dibatasi. Anak sekolah hingga mahasiswa harus berada di rumah dan belajar dari rumah. Situasi ini cukup merepotkan sebagian orangtua, terutama para ibu, yang harus membantu anak-anaknya mengerjakan tugas sekolah.
Pekerja di bidang-bidang kegiatan yang tidak mendapat prioritas izin beroperasi harus bekerja dari rumah. Banyak perusahaan besar hingga mikro merumahkan karyawan. Bantuan sosial dari pemerintah untuk penduduk paling membutuhkan hanya mencukupi kebutuhan paling dasar. Jumlah orang miskin dan menganggur meningkat. Kejadian tindak kriminalitas dengan kekerasan di Jakarta cenderung naik.
Informasi Gugus Tugas Covid-19 bahwa PSBB telah membuat landai penambahan kasus penularan baru memberi harapan kegiatan sosial dan ekonomi akan segera kembali normal. Secara bertahap, anak-anak dapat kembali bersekolah, kantor dan pabrik beroperasi, toko kembali dibuka, seperti kita lihat di China dan negara-negara di Uni Eropa.
Walakin, informasi tersebut perlu diikuti dengan sikap kehati-hatian. Perlambatan penularan baru di Jakarta tidak berarti PSBB dapat segera dihentikan.
PSBB dilakukan berdasarkan permintaan provinsi, kabupaten, atau kota dan waktu pelaksanaan tidak serempak. Di Jawa, misalnya, Jakarta melaksanakan PSBB terlebih dulu dibandingkan dengan kota dan kabupaten di sekitarnya. Ketidakserentakan pelaksanaan PSBB membawa risiko terjadi penularan berulang sehingga rantai penularan sulit diputus.
Kita ingin pemerintah terus memperluas dan mempercepat penapisan Covid-19.
Pada saat sama, kita ingin pemerintah terus memperluas dan mempercepat penapisan Covid-19. Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah uji penapisan Covid-19 terendah dibandingkan dengan total populasi. Rendahnya jumlah penapisan dapat memengaruhi akurasi gambaran besar pendemi Covid-19 di Tanah Air dan penanganannya.
Dengan memiliki data akurat orang yang positif terinfeksi, termasuk persebaran kasus, pencegahan penularan dalam kerangka PSBB dapat lebih efektif dan tepat sasaran.
Turun tajamnya jumlah penularan baru Covid-19 di Jakarta menjadi harapan PSBB dapat mempercepat turunnya penularan sepanjang kita terus disiplin menjaga jarak sosial dan fisik serta tetap waspada mengikuti turunnya kasus baru.