JAKARTA, KOMPAS — Alanda Kariza, inisiator Indonesia Youth Conference, meluncurkan novel yang mengungkap pandangannya ihwal politik dan keterlibatan perempuan di Jakarta, Minggu (6/8). Melalui karya sastra berjudul Sophismata, Alanda mengajak pembaca dewasa-muda untuk memahami politik praktis secara komprehensif dengan tulisan populer.
Menurut Alanda, sebagian besar masyarakat dewasa-muda yang berusia 25-28 tahun di Indonesia minim pengetahuan tentang politik. Hal itu menyebabkan kebanyakan dari mereka menganggap remeh wacana dan persoalan politik yang menentukan kehidupan negara. Sementara itu, novel ini juga berkisah tentang perempuan, yang bagi Alanda kiprahnya masih tertantang kondisi sosial dan politik yang membatasinya.
”Novel ini ditulis dengan bahasa populer dan ringan agar pembaca yang tidak suka politik mau membaca dan yang sudah mengerti akan lebih semangat membacanya,” kata Alanda. Sementara itu, novel ini ditulis dengan konteks politik di lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Menurut Dina Novita Sari, Koordinator Program Westminster Foundation of Democracy, novel Alanda berhasil menunjukan minimnya keterlibatan perempuan dalam panggung politik praktis. ”Di DPR itu sedikit sekali perempuan yang bisa jadi tenaga ahli anggota Dewan,” kata Dina.
Selain itu, kata Dina, Sophismata juga menampilkan kurangnya apresiasi terhadap perempuan yang terlibat dalam dunia politik. Sebagaimana pada tokoh Sigi, di DPR karier seorang perempuan di luar anggota DPR terbatas pada tenaga administrasi karena tidak dianggap memiliki kemampuan untuk mengerjakan hal-hal yang lebih rumit.
”Ide-ide perempuan di DPR juga tidak didengarkan, cenderung dianggap tidak berarti,” ujar Dina.
Alanda mengakui, mulanya ia kesulitan untuk menulis novel ini karena tidak pernah mempelajari ilmu politik. Oleh karena itu, ia melakukan penelitian panjang guna memperjelas ide-idenya, mulai dari studi literatur tentang fungsi DPR, menelusuri penelitian ahli-ahli politik, hingga mewawancarai orang-orang yang bekerja di DPR.