Agus pernah dipanggil KPK untuk menjadi saksi dalam kasus yang sama pada 27 November 2017 dan 15 Desember 2017. Namun, ia tidak hadir dengan alasan menjalankan ibadah umrah. Kemarin, Agus diperiksa penyidik KPK selama lebih kurang tiga jam.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, saat diperiksa penyidik, Agus tidak bersedia memberikan keterangan. Alasannya, saat pembelian helikopter AW 101 dilakukan, Agus masih menjabat sebagai KSAU dan merupakan prajurit aktif.
Jadi, setiap keterangan yang diberikannya akan terkait dengan rahasia militer. Sebagai prajurit, ujar Febri, Agus merasa tidak bisa membocorkan rahasia militer lantaran dirinya terikat dengan sumpah prajurit.
”Hal ini tentu akan kami cermati dan dapat dilakukan koordinasi lebih lanjut dengan POM TNI. Kami percaya komitmen Panglima TNI masih sama kuatnya dalam pengusutan dugaan korupsi di pengadaan heli AW 101 ini,” kata Febri.
Kasus dugaan korupsi dalam pengadaan helikopter AW 101 itu bermula dari hasil penyelidikan POM TNI terkait adanya dugaan penyimpangan yang dilakukan para pejabat di lingkungan TNI AU.
Akibat penyimpangan itu, kerugian negara yang ditimbulkan ditaksir mencapai Rp 224 miliar dari nilai proyek Rp 738 miliar. Ada lima tersangka dari militer dan satu tersangka dari pihak sipil yang kini diproses hukum.
Kelima tersangka dari militer itu adalah Kepala Unit Layanan Pengadaan TNI AU Kolonel Kal FTS, Letnan Kolonel WW selaku pejabat pemegang kas, Marsma FA sebagai pejabat pembuat komitmen, Pelda S yang diduga menyalurkan dana, dan Marsda SB sebagai Asrena KSAU. Dalam kasus ini, KPK menangani tersangka dari sipil, Direktur PT Diratama Jaya Mandiri, Irfan Kurnia Saleh (Kompas, 16/12/2017).
Seperti Ferrari
Kepada wartawan, Agus membantah adanya dugaan korupsi dalam pembelian helikopter AW 101. Namun, ia tidak menjelaskan secara rinci mengenai dugaan penggelembungan anggaran dalam pembelian helikopter tersebut.
Ia hanya menganalogikan pembelian helikopter itu dengan pembelian mobil Ferrari yang dilengkapi dengan suku cadang dan fitur-fitur canggih.
”Saya istilahkan begini. Saya datang ke showroom mobil Ferrari. Lalu saya tanyakan ke penjual, mobil ini buat apa? Dijawab, oh, ini untuk jalan-jalan, Pak. Tapi, saya ingin suatu saat mobil ini bisa untuk balapan atau trek-trekan. Lalu, orang di showroom mengatakan, bisa Pak, kalau ingin buat balapan harus ditambah wiring tambahan. Bodinya nanti saya tambah spoiler. Tapi, kalau buat balapan, sasisnya harus Bapak ganti,” ujar Agus.
Ia menambahkan, ”Di mobil (helikopter) itu sudah dipasang macam-macam, wiring dan segala macamnya. Tetapi, sebagai prajurit, saya tidak boleh mengatakannya karena itu rahasia,” ujar Agus.
Sebagai prajurit, lanjutnya, ia tidak boleh berbicara sembarangan karena harus memegang teguh sumpah prajurit. Sekalipun telah pensiun, sumpah prajurit itu terus dipegangnya.