JAKARTA, KOMPAS — Dinamika politik masih akan berkembang hingga pendaftaran calon presiden dan wakilnya pada Agustus mendatang. Pernyataan Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang menyatakan dirinya bersedia dipilih akan menjadi bagian dari gelombang yang terjadi hingga tercapai kesetimbangan politik.
Mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo resmi pensiun pada 1 April 2018. Dalam video yang diunggah media sosial, Gatot mengatakan, pensiun pun ia akan tetap mengabdi kepada bangsa dan negara sebagai wujud rasa cintanya kepada Indonesia.
Pengajar Universitas Pertahanan, Salim Said, di Jakarta, Minggu (1/4/2018), mengatakan, wajar kalau seorang perwira TNI yang pensiun memperoleh kembali hak untuk memilih dan dipilih. Akan tetapi, kalau hak untuk memilih itu otomatis diperoleh, maka hak dipilih bergantung pada dinamika politik yang terjadi.
”Pernyataan Gatot bersedia dipilih adalah awal cerita,” kata Salim.
Menurut dia, popularitas dan elektabilitas adalah dua hal berbeda. Walaupun cukup populer, elektabilitas Gatot Nurmantyo baru menjadi penting setelah ada partai politik yang mencalonkan dirinya, baik sebagai presiden maupun wakil presiden. ”Tergantung pada kekuatan-kekuatan yang punya hak untuk mencalonkan,” kata Salim merujuk partai politik.
Salim melihat bahwa pertanyaan yang paling penting adalah apakah ada partai politik yang akan mencalonkan Gatot Nurmantyo. Namun, menurut dia, hal ini masih akan terus berkembang karena pendaftaran capres dan cawapres masih beberapa bulan lagi.
”Ibarat air, sekarang masih bergolak. Nanti kalau sudah tenang, baru kita lihat apa yang muncul,” kata Salim.
Secara terpisah, Hendri Satrio, analis komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Jakarta, menilai pekerjaan rumah pertama Gatot adalah menemukan partai politik yang ingin mencalonkan dirinya, baik sebagai capres maupun cawapres. Hendri menilai kans Gatot cukup besar. Untuk posisi cawapres, ada parpol-parpol yang sudah jelas akan mencalonkan Joko Widodo sebagai presiden. Sementara untuk capres, masih ada parpol-parpol yang belum menyebutkan kandidatnya.
Hendri menilai positif Gatot ikut serta dalam kontestasi politik tahun 2019. Hal ini menunjukkan Indonesia memiliki banyak calon pemimpin dan memungkinkan terjadinya pesta demokrasi yang luar biasa. Namun, setelah mendapat partai pun, Gatot masih memiliki pekerjaan rumah. Ia harus meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya.
Berterima kasih
Terkait masa pensiun, Gatot mengatakan, setelah 36 tahun menjadi prajurit aktif, ia ingin menghabiskan hari-hari awal pensiunnya dengan istri, anak-anak, dan dua cucunya.
”Mengabdi tidak harus memanggul senjata. Mulai hari ini saya punya hak memilih dan dipilih saat pemilu mendatang,” katanya.
Gatot mengucapkan terima kasih kepada masyarakat serta TNI Angkatan Darat secara khusus. Gatot juga khusus mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo.
”Terima kasih kepada Presiden RI Bapak Joko Widodo sebagai pemimpin yang baik dan memberikan kepercayaan kepada saya,” kata Gatot, yang dilantik Presiden Jokowi sebagai Panglima TNI tahun 2015.
Sebelum menjadi Panglima TNI, Gatot sempat menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD, Panglima Komando Cadangan Strategis TNI AD (Kostrad), Panglima Komando Daerah Militer VI/Brawijaya, dan Gubernur Akademi Militer.