Menjelang Pilkada 2018 dan Pemilu 2019, Presiden Joko Widodo mengingatkan agar tak mempertentangkan perbedaan meskipun pilihan berbeda-beda. Pesta demokrasi lima tahun sekali jangan sampai berbiaya sosial tinggi.
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengingatkan masyarakat agar tidak mempersoalkan perbedaan pilihan saat Pemilihan Kepala Daerah 2018 dan Pemilihan Umum 2019. Pernyataan saling mencela, dengki, dan saling mencurigai sepatutnya dapat dicegah dengan selalu mengedepankan pikiran positif.
”Sebentar lagi pilkada dan pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden. Tahun depan baru pemilihan presiden dan wapres. Jangan sampai antartetangga, antarkampung, dan antarteman tak menyapa. Rugi besar hanya karena pilkada dan pemilu berlangsung tiap lima tahun sekali. Jangan sampai biaya sosialnya juga besar,” ujar Presiden saat memberi sambutan pada Peringatan Hari Lahir Ke-93 Al-Khairiyah dan Silaturahim dengan 1.000 Ulama Banten di Cilegon, Banten, Jumat (11/5/2018).
Menurut Presiden, pihaknya prihatin dengan pengguna media sosial yang mulai saling mencemooh.
”Seakan lupa kalau mereka sesungguhnya bersaudara. Semua kalangan semestinya memperkuat ukhuwah islamiah dan persaudaraan kebangsaan,” kata Presiden.
Presiden menambahkan, pihaknya menyampaikan untuk memilih pemimpin yang dianggap paling baik.
”Coblos, lalu kita menjadi saudara sebangsa dan se-Tanah Air. Janganlah bertahun-tahun tak saling menyapa karena itu. Pemilu adalah hajatan politik. Kita harus berpikir dengan penuh kecintaan. Berprasangka baik,” ujar Presiden.
Negara-negara lain, kata Presiden, melihat Indonesia dengan penilaian yang baik sekali. Oleh karena itu, seyogianya penilaian itu terus dijaga.
Ketua Umum Pengurus Besar Al-Khairiyah Ali Mujahidin mengatakan, banyak suku dan golongan di Indonesia. Namun, Indonesia bisa menjadi negara damai, adil, dan makmur. Oleh karena itu, sebagai bangsa yang beradab, rakyat Indonesia patut mensyukurinya.
Hindari politisasi masjid
Menjelang Ramadhan, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar aksi Bersih-bersih Masjid (BBM) Berkah secara serentak pada 13 Mei mendatang. Tujuannya, untuk merevitalisasi kembali fungsi masjid sebagai pusat keagamaan dan kemaslahatan umat.
”Masjid tak boleh dicampuri dengan politik yang menimbulkan atau melahirkan apa yang hari-hari ini disebut sebagai politik identitas. Pemanfaatan masjid yang tak disertai wawasan memadai tentang cara meletakkan hubungan negara dan agama secara baik, menimbulkan pembelokan atau politisasi masjid, harus dihindari,” ujar Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini saat konferensi pers di Jakarta.
Menurut Helmy, Ramadhan kali ini diharapkan menjadi momentum untuk mengembalikan masjid sebagai pusat dakwah keagamaan, yang tak dicampuri kepentingan lain.
”Politisasi masjid untuk kepentingan sesaat hanya menjadikan agama sebagai kedok, sedangkan tujuan aslinya menjadikan masjid sebagai pusat dari gerakan pembelokan, yang acap kali melenceng dari nilai-nilai Islam,” ujar Helmy.
Koordinator Nasional BBM Berkah Ali Sobirin menambahkan, aksi tersebut adalah upaya untuk menyapa jemaah sembari mengingatkan kembali fungsi masjid, sebagaimana pada zaman Rasulullah, sebagai pusat peradaban sekaligus pusat pelayanan jemaah.