JAKARTA, KOMPAS — Imam Besar Masjidil Haram Sheikh Doktor Hasan Abdul Hamid Bukhari menegaskan pentingnya membuat masyarakat paham mengenai Islam wasatiyyat atau Islam jalan tengah. Seiring dengan misi tersebut, Masjdil Haram bersama Pemerintah Arab Saudi terus berusaha menjalin relasi antarumat Arab Saudi dengan Indonesia serta memfasilitasi masjid-masjid melalui Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Dalam kunjungannya ke kantor pusat pimpinan DMI di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (4/7/2018), Sheikh Hasan Bukhari menyatakan, landasan Islam adalah wasatiyyat. Artinya, umat Islam tidak terlalu keras dan tidak terlalu lemah dalam agama. ”Penting untuk kembali menegaskan bahwa umat Islam adalah umat yang berada di tengah, tidak keras ataupun lemah. Tidak sedikit umat Islam ataupun bukan Islam yang salah memahami tentang Islam,” kata Sheikh Hasan melalui penerjemah.
Tahun ini, Pemerintah Indonesia giat mempromosikan Islam wasatiyyat sebagai gerakan global. Salah satunya melalui Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia di Bogor, 1 Mei silam.
Terkait dengan hal itu, Sheikh Hasan berkomitmen membantu umat Islam di Indonesia bersama Pemerintah Arab Saudi dengan memfasilitasi masjid-masjid di Indonesia. Salah satunya melalui sumbangan 100.000 Al Quran ke berbagai masjid. Sumbangan itu diberikan melalui Kedutaan Besar Arab Saudi kepada DMI untuk didistribusikan.
”Tentunya jumlah itu tidak cukup untuk semua masjid karena jumlah masjid di Indonesia sekitar 800.000 unit sampai 1 juta unit,” kata Wakil Ketua Umum DMI Komjen Syafruddin yang juga menjabat Wakapolri.
Pantauan Kompas, puluhan tumpukan kardus berisi sekitar 9.000 Al Quran masih disimpan di garasi kantor pusat DMI. Ribuan Al Quran tersebut merupakan bagian dari 100.000 Al Quran yang akan didistribusikan ke berbagai masjid.
Selain dalam bentuk materi, Syafruddin mengatakan, bantuan Pemerintah Arab Saudi berupa kelancaran bagi umat Islam Indonesia untuk beribadah ke Arab Saudi. Kuota visa haji yang diberikan kepada calon jemaah haji Indonesia telah dikembalikan seperti semula setelah dikurangi menjadi 80 persen. Tahun 2017, kuota jemaah haji yang ditetapkan Kemenag adalah 221.000 orang.
”Melalui DMI, 100 takmir masjid juga difasilitasi Pemerintah Arab Saudi untuk beribadah haji setiap tahun. Semua gratis,” ucap Syafruddin.
Syafruddin menambahkan, visa umrah juga mudah didapatkan, khusus bagi masyarakat Indonesia. Melalui DMI pula, 500 takmir dan marbot masjid juga difasilitasi untuk ibadah umrah tanpa biaya.
Dari segi pendidikan agama, Pemerintah Arab Saudi juga membiayai berbagai perlombaan hafiz quran melalui DMI.
Kedekatan antarumat Islam kedua negara, menurut Syafruddin, menghasilkan imam-imam muda Indonesia yang dididik di Madinah dan Mekkah. Salah satunya adalah Ustaz Asal bin Yanto al-Banjari. Ustaz asal Banjarmasin kelahiran 1997 itu turut serta dalam rombongan Sheikh Hasan.
Tidak ada kegiatan radikal
Menyongsong Pemilihan Presiden 2019, Syafruddin kembali menegaskan, DMI tidak mengatur pengkhotbah yang mungkin menggunakan masjid sebagai tempat kampanye. DMI hanya berkewenangan mengatur masjid sebagai rumah ibadah.
Karena itu, DMI juga tidak dapat menghalau narasi-narasi intoleran atau radikal di masjid. ”Itu tugas lembaga-lembaga negara lainnya. Tetapi, saya tegaskan lagi, tidak ada kegiatan radikal di masjid seperti yang disinyalir atau dikatakan orang. Sampai kapan pun akan saya bantah,” katanya.
Indonesia adalah satu dari dua negara yang tidak mengontrol pengelolaan dan pembangunan masjid sehingga masyarakat bebas membangun. Dari 800.000 hingga 1 juta masjid di Indonesia, hanya sekitar 1 persen yang dikelola pemerintah, seperti Masjid Istiqlal. (E03)