Delapan helikopter serang, Apache AH-64E Guardian, telah dioperasikan oleh TNI Angkatan Darat. Selain untuk menjaga kedaulatan wilayah RI, kehadiran heli serang itu juga menunjukkan kemampuan TNI dalam mengoperasikan alat utama sistem persenjataan yang berteknologi tinggi.
Waktu (heli Apache) dipakai di Afghanistan, masyarakat setempat menjulukinya ’Si Monster’. Ini karena sering kali dia muncul tanpa diketahui dari mana asalnya. Namun, tiba-tiba saja (saat heli Apache muncul), sudah ada korban yang jatuh,” kata Letnan Dua (Corps Penerbang/Cpn) Nugraha A Pasha sambil menepuk badan heli Apache yang terparkir di Pangkalan Udara Skuadron 11/Serbu, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (20/7/2018).
Pasha adalah salah satu dari 10 prajurit TNI yang telah kembali dari Amerika Serikat (AS) untuk mengikuti pendidikan sebagai pilot Apache. Kini, ada 10 prajurit TNI lainnya, yang belajar di AS untuk menjadi pilot heli Apache, yang diambil dari nama suku Indian pemberani yang dulu mendiami Amerika Utara
Meski saat di AS sudah 77 jam menerbangkan heli Apache, Pasha masih merasa perlu beradaptasi dengan heli Apache yang dioperasikan TNI AD. Setelah kembali dari AS, dia dan sembilan penerbang lainnya terus berlatih selama dua jam setiap hari dengan didampingi tim dari AS.
”Semua yang ada di heli ini sudah terkomputerisasi. Kami masih harus berlatih supaya lebih percaya diri saat mengoperasikannya,” ujar Pasha yang lulusan Sekolah Penerbang Prajurit Sukarela Dinas Pendek TNI, Yogyakarta, tahun 2015 ini.
Hal serupa disampaikan pilot Apache lainnya, Letnan Satu (Cpn) Alexius Dharma. Lulusan Akademi Militer tahun 2012 ini mengatakan, sistem komputer dan sensor menjadi hal yang
masih perlu dipelajari dari Apache.
Ia menjelaskan, semua informasi dalam heli terhubung dan bisa ditampilkan di helm khusus Apache. Lewat helm itu pula, pilot akan memperoleh gambaran lokasi sekitarnya, bahkan pada malam hari. ”Apache mampu beroperasi optimal pada malam hari sehingga sulit dilihat musuh atau pasukan lawan.” ujarnya. Ia menambahkan, saking canggihnya, heli tersebut sudah seperti komputer terbang.
Komandan Pusat Pendidikan Penerbangan Angkatan Darat (Pusdik Penerbad) Kolonel (Cpn) Catur Puji Santoso mengatakan, bukan hal yang mudah mempersiapkan pilot untuk Apache. Saat ini baru ada 20 pilot yang dikirim ke AS untuk mengikuti pendidikan penerbang Apache. Namun, sekitar dua tahun lagi, Pusdik Penerbad kemungkinan sudah bisa membuka pendidikan pilot Apache. Pasalnya, saat itu, 10 pilot yang kini telah kembali dari AS untuk mengikuti pendidikan mengoperasikan Apache, diperkirakan telah dapat lisensi sebagai pelatih.
Sejak 2012
Wacana pembelian heli serang Apache AH-64E Guardian muncul sejak 2012, tetapi kontrak resminya baru ditandatangani pada 26 Januari 2015. Delapan heli yang kini dioperasikan TNI itu tiba di Tanah Air dalam dua tahap. Tiga heli tiba pada November 2017 dan lima heli lainnya pada Maret 2018.
Apache versi E ini satu tingkatan di atas versi sebelumnya, yakni AH-64D Longbow. Setidaknya ada tiga perubahan yang dilakukan di heli Apache seri terbaru itu. Pertama, kekuatan mesinnya sudah ditambah hingga daya jelajahnya semakin tinggi dan pilot lebih leluasa bermanuver. Kedua, heli tersebut bisa terbang dalam cuaca yang tidak mendukung. Ketiga, lewat frekuensi dari Apache, pilot heli itu dapat mengendalikan pesawat tanpa awak (drone).
Dengan segala kelebihannya, Komandan Skuadron 11/Serbu Letnan Kolonel (Cpn) Cahyo Permono mengatakan, Apache sangat tepat digunakan di wilayah Indonesia yang terdiri atas banyak pulau. ”Heli ini bisa beroperasi di segala medan dan cuaca. Selain itu, juga bisa beroperasi di medan hutan, gunung, dan kepulauan,” jelasnya.
Heli pelindung
Selain sebagai heli tempur, Apache juga menjadi heli pelindung, khususnya untuk pasukan darat. Oleh sebab itu, kata guardian tersemat dalam Apache versi AH-64E.
Apache punya tiga senjata utama. Pertama, meriam 30 mm yang dapat menembakkan 640 peluru per menit dengan jarak tembak 1,5 hingga 3,5 kilometer. Kedua, roket dengan daya tembak 5 hingga 7 tujuh kilometer. Ketiga, rudal antitank.
Ketiga senjata utama yang dimiliki Apache ini, lanjut Cahyo, juga dilengkapi dengan sistem penetapan sasaran dan penglihatan canggih.
”Helikopter ini sangat canggih karena dilengkapi dengan sensor dan semua bagian dikerjakan oleh komputer. Ini menjadi helikopter digital pertama yang kita miliki. Akan tetapi, itu semua bisa tidak berarti kalau pilot tidak berlatih secara intensif,” tuturnya.
Dengan segala kelebihan yang dimiliki, heli Apache berperan penting dalam menumbuhkan efek gentar dari pihak lawan serta menambah rasa percaya diri an kemampuan prajurit TNI dalam mengoperasikan alutsista berteknologi tinggi. Semoga....