Berkunjung ke USS Rushmore
Secara rutin, TNI AL dan Angkatan Laut AS serta Korps Marinirnya menggelar Coperation Afloat Readiness and Training (CARAT). Tahun ini, CARAT sudah memasuki tahun ke-24. Secara formal, tujuan dari latihan itu adalah untuk menjalin hubungan persahabatan terutama antara perwira angkatan laut dan marinir kedua negara.
AS sebagai negara yang menggunakan laut sebagai sarana dominasinya tentunya perlu membina hubungan dengan berbagai negara di Asia Pasifik. Tidak hanya CARATada juga bentuk kerja sama lain, seperti Southeast Asia Cooperation and Training (SEACAT) dan Kemitraan Pasifik dengan negara-negara lain.
Kehadiran angkatan laut AS di wilayah Asia Pasifik dipandang negara tersebut signifikan. Dalam kunjungan Kompas ke USS Rushmore, Komandan kapal USS Rushmore Navy Commander Tyron mengatakan, salah satu kurikulum latihan dalam CARAT 2018 adalah serangan amfibi. Perang dengan menggunakan serangan amfibi memang sangat penting terutama di gugus kepulauan yang secara geografi dominan di Asia Pasifik.
USS Rushmore (LSD 47) yang mulai digunakan tahun 1 June 1991 ini bermarkas di San Diego. Bagian dari Armada Pasifik ini menurut Tyron pertama kali latihan di Indonesia. Tahun lalu, kapal AS yang ikut serta dalam CARAT berjenis Littoral Combat Ship (LCS) yang bermarkas di Singapura. AS memang menempatkan kapal LCS di Singapura karena sesuai dengan lautnya yang relatif dangkal serta banyak pulau.
USS Rushmore sebenarnya memiliki sejarah sendiri bagi masyarakat Indonesia. Tahun 2015, tepatnya tanggal 10 Juni, saat sedang lewat Alur Laut Kepulauan Indonesia, Selat Makassar USS Rushmore melihat sekelompok orang terapung-apung. USS Rushmore segera mengirimkan kapal kecil untuk mengangkut 65 nelayan. Di atas kapal, dengan selimut hangat mereka menyambut para pelaut itu. Saat itu, waktu mendesak karena para pelaut sudah sangat lemah. Namun, bantuan kesehatan bisa diberikan. Walaupun ada kendala bahasa, tapi rupanya komunikasi bisa berjalan sampai salah seorang perwira USS Rushmore yang bisa dialek Illocano, Filipina sadar kalau bahasa mereka serupa. Para pelaut kemudian diturunkan dengan selamat di Manado.
Kendaraan tempur
Dalam kunjungan ke USS Rushmore, bagian paling menarik adalah palka di bawah yang berisi AAV P7. The AAV-P7 adalah alat transport amfibi yang digunakan oleh Korps Marinir AS di batalyon Serang untuk mendarat. Setelah mendarat kendaraan ini bertujuan untuk memenuhi misinya di daratan seperti operasi mekanik yang bertujuan untuk mendukung tempur di darat.
Di USS Rushmore terdapat 15 AAV P7. Sebenarnya kapal itu bisa memuat lebih namun sedang mengangkut kapal kecil sehingga ruangnya jadi terbatas. AAV P7 yang berpenumpang 21 orang bersenjata lengkap, termasuk 3 orang kru ini. Seorang perwira menjelaskan kalau AAV ini bisa digunakan untuk berenang di laut lepas sekalipun dengan kemampuan operasi 7 jam dan 300 mil dalam situasi tempur.
Ia mengatakan, AAV P7 ini bertugas terutama mengangkut pasukan pendaratan. Selain itu juga mereka mengangkut pasukan untuk kembali ke kapal. Wilayah operasi marinir AS masuk ke darata hingga 200 mil. Selain untuk angkut, satu AAV P7 digunakan khusus untuk komunikasi misalnya dengan pesawat tempur dalam sebuah operasi gabungan. Sementara, antara AAV P7 itu mereka berkomunikasi satu sama lain. Biasanya, dalam latihan mereka menggunakan 15 AAV P7 sekaligus. “Komunikasi untuk manuver dilakukan antar AAV P7, ini bagian dari latihan yang penting agar terkoordinasi,” katanya.
Selain untuk tempur, AAV P7 ini juga bisa digunakan dalam misi kemanusiaan. Ia bisa menembus gelombang dan bisa digunakan untuk mengangkut bantuan misalnya ada tsunami di sebuah pulau terkecil. Atau juga bisa mengangkut orang yang terdampar di pulau.
Sebagai pendukung, salah satu AAV P7 memiliki spesifikasi khusus yaitu sebagai Rolling Toolbox. AAV P7 ini berguna untuk mengangkat AAV -7 yang terdampar di dasar laut, agar bisa diperbaiki di tempat yang lebih nyaman. Ia dilengkapi dengan krane yang memiliki panjang kabel hngga 90 meter, walau yang biasa digunakan hanya 15 meter saja. “Prajurit yang ada di dalam AAV P7 menyelamatkan dirinya, sementara kendaraannya kami yang angkat dengan hati-hati, tergantung ketebalan lumpurnya. Bisa makan waktu 1-2 jam,” kata perwira yang bertugas.