Kontras dengan gayanya yang tegas, warna baret Korps Marinir TNI Angkatan Laut yang ungu sebenarnya bernuansa romantis. Warna ungu itu dipercaya sebagai warna selendang Nyi Roro Kidul. Selendang itu melambangkan kesaktian melindungi tanah air Indonesia. Ensiklopedia Korps Marinir TNI AL juga menyebutkan, warna ungu tersebut diilhami warna bunga bugenvil yang selalu gugur sebelum layu.
Warna ungu itu mulai dipakai tahun 1958 sebagai simbol identitas Korps Marinir dalam pita, kode pengamanan operasi pendarat di Padang, Sumatera Barat. Baru tahun 1961, baret ungu mulai dipakai dengan emblem yang beberapa kali berganti.
Tugas utama Korps Marinir adalah sebagai pasukan pendarat, pasukan yang menyerang dari laut ke darat. Dengan demikian, istilah amfibi selalu lekat pada korps yang cikal bakalnya dimulai 15 November 1945 di Pangkalan Angkatan Laut Republik Indonesia Tegal ini.
Di dunia, pendaratan pasukan seperti Normandia, Perancis, saat Perang Dunia II dan Incheon, Korea, saat perang Korea dikenal punya peran menentukan dalam memenangi perang.
Untuk Indonesia, yang dua pertiganya adalah laut dengan belasan ribu pulau, kemampuan pendaratan pasukan tentu sangat dibutuhkan. Apalagi Indonesia menganut doktrin pertahanan rakyat semesta. Tentu Marinir bukan satuan yang berdiri sendiri. Dalam tubuh TNI AL, Marinir adalah bagian dari Sistem Senjata Armada Terpadu yang terdiri dari kapal, pesawat udara, Marinir, dan pangkalan.
Dalam operasi pendaratan amfibi, kesatuan terdiri dari unsur infanteri, bantuan tempur, dan bantuan administrasi. Pendaratan biasanya dibagi menjadi pendaratan utama dengan lintas permukaan, dengan memakai sekoci pendarat personel dan pendarat amfibi atau dengan helikopter. Sebelumnya ada pendaratan khusus yang rahasia dengan perahu karet. Pendaratan khusus ini biasanya dilakukan satuan Intai Amfibi untuk mengintai, menyiapkan pantai pendaratan, dan disertai tugas menghancurkan dengan serbuan.
Pasukan
Saat ini, Indonesia memiliki tiga Pasukan Marinir (Pasmar), yaitu Pasmar 1 di Jakarta, Pasmar 2 di Surabaya, dan Pasmar 3 di Sorong. Ini sesuai dengan restrukturisasi organisasi Korps Marinir dalam rencana strategis 2015-2019. Tujuannya agar gelar pasukan lebih bisa menanggulangi masalah-masalah di berbagai wilayah Indonesia.
Komandan Korps Marinir Mayjen (Mar) Bambang Suswantono saat mengumumkan penyesuaian satuan yang diurut dari barat ke timur mengatakan, hal ini sesuai dengan pembentukan beberapa satuan di wilayah timur.
Sesuai jati diri TNI sebagai tentara rakyat, peranan Marinir juga sangat dirasakan masyarakat, terutama dalam berbagai musibah yang terjadi di laut. Masih segar dalam ingatan kita peranan Marinir dalam kecelakaan pesawat, yang terbaru adalah saat search and rescue (SAR) pesawat Lion Air JT-610. Tergabung dalam Satgas SAR TNI AL, Marinir ikut berperan dalam penyelaman.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Siwi Sukma Adji saat memberikan penghargaan, Senin (12/11/2018), mengatakan, operasi SAR itu berlangsung selama 10 hari. Menurut dia, kunci utama yang harus selalu ditanamkan saat bertugas adalah kebersamaan. Kebersamaan ini baik yang terjadi di tengah masyarakat maupun di daerah operasi.