JAKARTA, KOMPAS - Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, meminta sukarelawannya melakukan kampanye personal dengan mendekati warga dari rumah ke rumah. Kampanye dalam bentuk pengerahan dan pengumpulan massa dengan jumlah besar dinilai tidak lagi efektif untuk Pemilu 2019.
Hal ini karena Pemilu 2019 menggabungkan pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dengan pemungutan suara serentak pada 17 April 2019. Persaingan semakin ketat sehingga pendekatan personal menjadi kunci untuk menang di pemilu.
Kader partai pendukung, calon anggota legislatif, dan kelompok sukarelawan pun dijadikan tumpuan untuk melakukan kampanye dengan target mikro. Selasa (27/11/2018), calon presiden petahana, Joko Widodo, resmi melantik sukarelawan Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, untuk mendukungnya di Pilpres 2019.
Ada ribuan sukarelawan yang dilantik Jokowi dalam acara bertema ”Jokowi Lantik 7.000 Jokowi” tersebut. Diberi tema demikian karena para sukarelawan yang berasal dari berbagai kalangan itu diminta mengenakan topeng berwajah Jokowi dari awal hingga akhir acara.
Dalam acara pelantikan itu, Jokowi meminta sukarelawan mendekati warga dengan pendekatan dari rumah ke rumah. Pendekatan itu perlu untuk menyampaikan kinerja pemerintahan Jokowi, menyosialisasikan tawaran program Jokowi, dan mengklarifikasi isu-isu yang tidak benar. Saat ini di berbagai kesempatan, Jokowi membantah sejumlah fitnah padanya, seperti PKI dan kriminalisasi ulama.
Membantu kemenangan
Kehadiran para sukarelawan di Kabupaten Bogor menjadi penting mengingat pada Pemilu 2019, Jokowi kalah jauh dari Prabowo Subianto di daerah tersebut. Saat itu, Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla mendapat suara 34,27 persen, sementara Prabowo yang saat itu maju dengan Hatta Rajasa mendapat 63,73 persen.
Ketua Panitia Julianda Effendi mengatakan, kehadiran sukarelawan penting untuk membantu pemenangan Jokowi pada Pilpres 2019. ”Kami targetkan mencapai 70 persen untuk Pak Jokowi,” katanya.