JAKARTA,KOMPAS – Sisa empat bulan masa kampanye Pemilu 2019, partai-partai politik mencoba meyakinkan pendukungnya untuk memilih calon presiden/calon wakil presiden yang diusung partai. Ini terutama berkaca pada masih belum banyaknya pendukung partai yang memutuskan mendukung calon pilihan partai.
Saat Rapat Koordinasi Nasional PDI-P, di Jakarta, Sabtu (1/12), Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pemenangan Pemilu Bambang DH menyebutkan, hasil survei terbaru dari sejumlah lembaga survei menunjukkan, soliditas pemilih PDI-P untuk memilih juga calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang diusung oleh partai, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, tertinggi diantara partai pengusung lainnya.
Jumlahnya mencapai 96 persen dari total pemilih PDI-P. Adapun elektabilitas PDI-P berdasarkan survei itu, berkisar antara 29 hingga 30 persen. Angka ini pun menempatkan PDI-P sebagai partai peraih suara tertinggi di antara partai lain.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto yakin di sisa masa kampanye, partai-partai lain pengusung Jokowi-Ma’ruf pun akan mampu meyakinkan pendukungnya agar ikut memilih Jokowi-Ma’ruf.
“Ini sebuah proses,” ujarnya.
Untuk kepentingan itu, dia melanjutkan, tidak jarang Jokowi atau Ma’ruf kerap terlihat bersama-sama dengan elit partai lain. Pola ini pula yang akan diintensifkan hingga kampanye berakhir.
Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengakui kalau pemilih Golkar belum sepenuhnya memutuskan akan ikut memilih Jokowi-Ma’ruf sesuai pilihan Golkar. “Jika dilihat dari survei terakhir, baru sekitar 60 persen pendukung Golkar yang menyatakan akan memilih Jokowi-Ma’ruf,” tambahnya.
Namun jika dibandingkan tahun lalu, persentase itu sudah jauh meningkat. “Tahun lalu hanya sekitar 17 persen,” katanya.
Artinya, sudah terlihat upaya Golkar meyakinkan pendukungnya agar memilih Jokowi-Ma’ruf. Di sisa masa kampanye, ikhtiar tersebut akan lebih diintensifkan hingga mencapai target, yaitu 90 persen dari total pemilih Golkar. Salah satunya melalui para calon anggota legislatif (caleg) dari Golkar. “Kekuatan Golkar kan ada di caleg,” ujarnya.
Upaya meyakinkan itu diakuinya tidak mudah karena jika melihat Pemilu 2014, banyak juga pendukung Golkar yang tidak memilih capres/cawapres yang diusung Golkar. Ditambah lagi, Jokowi merupakan kader PDI-P, sehingga butuh waktu untuk meyakinkan pendukung Golkar agar tetap memilih Jokowi.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Kadir Karding, pun mengakui belum semua pemilih PKB turut mendukung Jokowi-Ma’ruf. “Kalau PKB baru sekitar 76 persen. Namun sangat memungkinkan untuk didorong mencapai sekitar 90 persen,” katanya.
Dia optimistis karena di awal masa kampanye ini, caleg dari PKB yang menjadi ujung tombak untuk pemenangan PKB sekaligus Jokowi-Ma’ruf baru mulai bekerja. “Ini istilahnya baru pemanasan. Semakin dekat waktu ke pemilu, caleg akan bergerak lebih optimal sehingga pasti akan meningkat,” tambahnya.
Tak hanya di kubu Jokowi-Ma’ruf, partai-partai pendukung capres/cawapres, Prabowo Subianto/Sandiaga Salahuddin Uno, juga akan fokus meyakinkan pemilih masing-masing partai agar ikut memilih Prabowo-Sandi, di sisa masa kampanye.
“Tentu akan dilakukan pergerakan dari setiap partai pendukung Prabowo-Sandi untuk meyakinkan pendukungnya. Bahkan sudah ada rencana pergerakan sosialisasi yang lebih masif dengan membawa capres/cawapres ke daerah-daerah, yang nanti diinisasi BPN (Badan Pemenangan Nasional),” kata Wakil Ketua BPN Prabowo-Sandi dari Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno.
Bagi PAN sendiri, Eddy yang juga menjabat sekjen PAN optimistis suara pemilih PAN akan solid mendukung capres/cawapres pilihan PAN. Dia berkaca pada pemilu sebelumnya, dan juga gelaran pilkada di sejumlah daerah. “Ketika PAN sudah menyatakan dukungan ke salah satu calon, biasanya 80 persen dari pemilih PAN itu akan ikut mendukung,” tambahnya.